Rachmani Dewi Sulistyawati

Terus melangkah, jangan menyerah apalagi berbalik arah...

Selengkapnya
Navigasi Web
Guru Galak, Haruskah? (Tantangan hari ke-13)

Guru Galak, Haruskah? (Tantangan hari ke-13)

#TantanganGurusiana

Siang ini seorang rekan mengirimkan saya sebuah tulisan resensi. Sebuah buku karya Andrea Hirata yang berjudul Guru Aini.

Menurutnya, ia sengaja mengirimkan resensi tersebut karena ada bau matematikanya. Hehehe. Coba itu, bau matematika kayak apa sih?

Aneh, kenapa guru emteka pada galak ya? tanya rekan saya itu.

Setelah saya membaca resensinya, saya pun paham dengan pertanyaannya.

Andrea Hirata memang berkisah tentang perjuangan Bu Desi seorang guru matematika yang idealis. Ia berjuang membantu siswanya untuk berhasil di matematika. Tapi Aini? Ia adalah seorang siswa yang paling bebal di matematika.

Bu Desi sangat gemas dengan kebebalan Aini dan sekaligus bertekad membantunya meski harus dengan tekanan yang kuat.

Saya tertawa membaca resensi buku ini. Sebagian kisah Bu Desi seperti ada yang sama dengan kisah saya, Bu Dewi. Bisa mirip gitu namanya. Hehe

Saya juga pernah gemas dengan siswa saya, yang tidak kunjung nyambung dengan pelajaran yang saya sampaikan.

Tapi saya juga bertekad memenangkan pertempuran ini. Misal siswa saya memang belum mampu memahami matematika, setidaknya ia kan mengingat saya sebagai guru matematika yang berkesan untuknya. Berkesan baik dan manis tentunya.

Barangkali memang banyak guru matematika yang galak. Tapi sepertinya guru matematika yang tegas sangat dibutuhkan agar siswa mampu mencapai pemahaman ala matematika.

Matematika melatih kemampuan menalar. Dan kemampuan menalar yang baik akan menunjang pemahaman matematika, begitu seorang instruktur menyampaikan dalam sebuah pelatihan.

Menurut saya guru matematika memang perlu tegas melatih cara berpikir siswa. Guru matematika memang perlu tegas memaksa siswa untuk mengikuti peraturan yang merupakan aturan hitung.

Guru matematika memang perlu tegas memastikan siswa teliti dan tekun saat berlatih.

Karena ia tengah mengkonstruksi cara berpikir, bukan cuma cara berhitung saja.

Jadi, menurut saya ketegasan sebagai guru matematika itu perlu. Kalau galak, menurut saya itu seperti mesin turbo saja. Dipakai bila dibutuhkan di waktu, tempat dan situasi yang tepat. Kalau terus menerus menggunakan mode turbo pasti boros energi. Bukankah kita harus belajar menghemat energi ya?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Untuk disegani tidak perlu harus galak. Disegani bisa juga karena datang karena respek

11 Feb
Balas

Benar Bu,. Guru emteka dijuluki killer, UPS, hehehe. Sukses selalu dan barakallahu fiik

11 Feb
Balas

Biar killer tapi baik hati, tidak sombong dan suka tersenyum. Yess! Hehe

11 Feb

Saya bukan guru MTK tapi saya juga lumayan disegani siswa. Apakah itu galak juga?

11 Feb
Balas



search

New Post