#TantanganGurusiana

Bergegas kuletakkan semua pekerjaanku. Tetiba aku teringat belum juga membuat tulisan edisi ke dua puluh malam ini.

Bukan aku menyengajakan untuk menulis di tepi deadline. Hanya saja aku ingin bisa menulis apa yang sehari ini kurasakan dan kuendapkan.

Tapi malam ini aku punya jadwal yang sedikit berbeda. Jadinya setepi ini baru memulai untuk menulis.

Kali ini aku mau menulis tentang siswa di kelasku yang selalu punya alasan untuk menunda menyelesaikan pekerjaannya.

Tentunya kita tahu apa yang terjadi pada pekerjaan yang ditunda untuk dimulai, seringnya hasil tidak selesai, atau hasilnya tidak benar. Bila pun benar dan selesai patut diduga itu hasil salinan dari pekerjaan temannya.

Pagi tadi aku merasa sedikit gemas dengan dua siswaku yang tidak selesai pekerjaannya.

Mereka terlihat banyak bicara dan tertawa serta melakukan hal tak penting lainnya untuk mengulur waktu.

Sampai tiba waktunya istirahat, dengan gembira mereka ikut meninggalkan kelas tanpa menyerahkan tugasnya.

Aku pun segera meminta mereka meletakkan buku mereka di mejaku untuk kuperiksa.

Olala. Ternyata tak satu pun dari dua soal tentang perbandingan dan skala yang kuberikan, mereka telah kerjakan.

Aku tidak habis pikir, bila mereka belum paham mengapa tidak berusaha bertanya, meminta dijelaskan ulang atau memperhatikan catatan bagaimana penjelasanku telah disampaikan.

Kuputuskan untuk membiarkan mereka istirahat meski aku kecewa karena bukan sekali ini mereka gagal menyelesaikan tugasnya

Aku harus mencari cara membuat mereka membayar sikap mereka ini dengan sesuatu yang juga bermakna belajar.

Apalagi mereka adalah siswa kelas enam yang seharusnya telah memiliki tanggung jawab dan keterampilan belajar.

Lihat saja sore nanti, pikirku. Aku tahu harus melakukan apa pada mereka.

Aku bertanya juga adakah orang tua mereka mengerti tentang masalah ini?