Rachmani Dewi Sulistyawati

Terus melangkah, jangan menyerah apalagi berbalik arah...

Selengkapnya
Navigasi Web
Berguru Pada Kelinci (tantangan hari ke-25)

Berguru Pada Kelinci (tantangan hari ke-25)

#TantanganGurusiana

Masih tentang berkomunikasi kepada siswa dan anak.

Barangkali diantara kita masih ingat film kartun yang berjudul Max and Ruby.

Sejak kali pertama menonton film ini, saya sudah jatuh hati.

Meski film ini bergenre anak, namun sebagai orang tua atau guru kita dapat mempergunakannya sebagai sarana berlatih meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan siswa.

Saya amat terkesan dengan kesabaran Ruby kelinci menjelaskan, meluruskan, menjawab pertanyaan Max kelinci.

Dikisahkan Max adalah kelinci yang belum memahami banyak hal. Sehingga ia sering keliru mengerjakan sesuatu. Nah, Ruby selalu menanggapinya dengan bahasa yang sangat baik.

Pokoknya saya sangat menyarankan agar film ini ditonton dan coba ikuti gaya komunikasi Ruby kelinci, tentunya dengan beberapa penyesuaian tentunya. Karena siswa kita kan bukanlah seekor kelinci.

Film kedua adalah film kartun yang berjudul Curious George.

Film ini berkisah tentang seorang pria yang memiliki kawan seekor monyet yang selalu ingin tahu, selalu ingin membantu. Namun lagi-lagi yang ia lakukan seringkali malah menimbulkan masalah baru.

Saya pun amat terkesan dengan cara pria tersebut berinteraksi dengan George. Tak ada kalimat. menyalahkan ataupun marah.

Meski keduanya adalah film anak yang sarat dengan contoh untuk anak belajar berinteraksi dan berkomunikasi, namun kita juga dapat menimba ilmu dari film ini.

Mungkin kedua film ini bisa dijadikan bahan untuk dibedah agar menjadi media pembelajaran bagaimana kita dapat berkomunikasi dengan siswa atau anak tanpa hambatan

Hambatan komunikasi sering terjadi tanpa kita sadari bahwa kitalah penyebabnya.

Memberikan umpan balik yang kurang tepat, terburu-buru berasumsi buruk, enggan memberikan kesempatan pada anak untuk menjelaskan, dan masih banyak lagi.

Banyak guru atau orang tua mengungkapkan rasa marah dengan nada tinggi, dan atau disertai kekerasan fisik.

Kita mengira hal demikianlah yang menyebabkan mereka jera untuk belajar agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Padahal untuk membuat siswa belajar hingga terjadi perubahan sikap maka kita harus merekonstruksi pemikirannya. Dan itu hanya dapat berhasil bila dilakukan nirkekerasan.

Merekonstruksi pikiran berarti kita membuka jalur komunikasi baik dengan komunikasi persuasi atau eksposisi.

Nah, lagi-lagi kemampuan guru untuk berkomunikasi yang bisa membantu mengubah sebuah situasi menjadi proses pembelajaran

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Betul sekali Bu. Ini yang masih belum bisa dilakukan banyak guru. Sukses selalu dan barakallahu fiik

22 Feb
Balas

Terima kasih untuk kunjungannya untuk apresiasinya

23 Feb

mantap..saya jd ingatt film bug bunny..si kelinci ha.ha..salam balik..

22 Feb
Balas

Kelinci yang banyak akal dan usil

23 Feb



search

New Post