rachman firdaus

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
cinta di era Hekkanisasi

cinta di era Hekkanisasi

Cinta Di Era Hekkanisasi

Oleh

Rachman Firdaus

Guru SMPN 1 Nagawutung

“Izinkan aku hidup dengan caraku, jangan kau paksa aku untuk hidup dengan caramu”

“Aku adalah hidupku karena hidupku adalah pikiranku”

Tulisan ini merupakan catatan penulis tentang peranan cinta sebagai solusi merosotnya nilai kebhinekaan generasi di era digital native, yang mulai mengabaikan arti sebuah perbedaan dalam kehidupan masyarakat. Perubahan cara berfikir dan aktivitas hidup generasi saat ini merupakan tuntutan zaman yang memaksa mereka untuk berpikir tentang dirinya sehingga terkadang mengabaikan perbedaan yang dimiliki orang lain dalam kehidupan sosial. Situasi tersebut merupakan metamorfosa dari sebuah perubahan kehidupan sosial masyarakat diera hekkanisasi (dalam bahasa Lamaholot, hekka berarti perubahan/pergantian).

Hekkanisasi merupakan perubahan kondisi sosial masyarakat yang disebabkan oleh perkembangan teknologi dan modernisasi kehidupan sehingga menyebabkan perubahan cara berpikir dan aktivitas hidup masyarakat. Kondisi ini berpotensi melahirkan konflik sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Generasi saat ini butuh cinta sebagai upaya menghindari konflik sosial yang disebabkan oleh perbedaan budaya, suku maupun ras. Cinta menjadi aspek penting dalam kehidupan sosial masyarakat.

Ada Cinta Dibalik Perbedaan

Cinta senantiasa lahir dari hati dan pikiran manusia yang berbeda. Pikiran yang berbeda, melahirkan karakter yang berbeda, karakter yang berbeda menciptakan perilaku yang berbeda, dan perilaku yang berbeda menjadi dasar hubungan antar manusia menjadi harmonis. Mencari lawan tidaklah sulit, namun mencari kawan bukanlah hal yang mudah. Kawan bisa menjadi lawan, lawan bisa menjadi kawan.

Perbedaan bukanlah alasan untuk berpisah, namun perbedaan adalah sebuah ikatan untuk tetap berada dalam lingkaran kebersamaan sebagai wujud cinta diri, cinta sesama, dan cinta negara. Biarkan perbedaaan itu menyelimuti kebersamaan kita karena kita memang beda.

Perbedaan adalah Pemersatu Multikultural

Multikulturalisme secara sederhana dapat dikatakan pengakuan atas pluralisme budaya. Kemajemukan bukan dikembangkan dan didorong menjadi faktor pemecah bangsa, melainkan kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing komponen bangsa,dan selanjutnya diikat secara sinerjik menjadi kekuatan yang luar biasa untuk dimanfaatkan dalam menghadapi segala tantangan dan persoalan bangsa.

Perbedaan adalah konsep multikulturalistik dalam kehidupan yang terikat pada suatu kesatuan. Prinsip multikulturalistik adalah asas yang mengakui adanya kemajemukan masyarakat dilihat dari segi agama, suku bangsa, adat budaya, potensi daerah, dan ras. Kemajemukan tersebut dihormati dan dihargai serta ditempatkan dalam suatu prinsip yang dapat mengikat keanekaragaman tersebut dalam kesatuan yang kokoh. Beda budaya, beda agama, beda ras, beda pulau, dan apapun perbedaan itu, masih ada cinta diantara kita.

Cinta di era Hekkanisasi

Generasi di era Hekkanisasi saat ini, butuh pemahaman tentang indahnya cinta dalam ikatan perbedaan. Segala aktivitas kehidupan masyarakat saat ini masih cenderung mengabaikan adanya perbedaan antar sesama, mereka lebih mengedepankan kesamaan budaya dan ras bahkan melahirkan komunitas atau kelompok tertentu dari kesamaan tersebut. Mencintai perbedaan adalah upaya menyelamatkan hubungan yang baik antar sesama.

Perbedaan merupakan realitas kehidupan masyarakat yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Untuk mendorong terciptanya perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat. Kebhinekaan pun harus dimaknai masyarakat melalui pemahaman multikulturalisme dengan berlandaskan kekuatan spiritualitas. Perbedaan budaya bukanlah menjadi penghalang dalam menghasilkan persatuan bangsa akan tetapi budaya yang beragam akan mampu menciptakan interaksi dan hubungan yang harmonis antara satu dengan yang lainnya. Pluralisme budaya bukanlah suatu yang given tetapi merupakan suatu proses internalisasi nilai-nilai didalam suatu komunitas (Tilaar, 2004).

Kita patut bersyukur dengan perbedaan ini, karena dengan perbedaan kita menjadi satu. Biarkan perbedaan itu ada diantara kita, karena perbedaan mampu menyatukan kita dalam ikatan kebhinekaan. Multikultural bangsa bukanlah penghalang untuk kita bersatu, akan tetapi multikultural tersebut adalah sarana untuk menyatukan kita.

Semoga perbedaan mampu menjadikan kita sebagai bangsa yang cerdas berpikir, berkata, dan bertindak tentang indahnya perbedaan dalam eksistensi sosial pada bingkai kemajemukan di era hekkanisasi. Bangsa yang cerdas adalah bangsa yang senantiasa menghargai perbedaan sebagai wujud cinta antar sesama. Mari kita membangun negeri dengan cinta sebagai wujud menyatukan persepsi tentang indahnya perbedaan di era hekkanisasi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

“Aku adalah hidupku karena hidupku adalah pikiranku” Saya mencium optimisme.

15 Aug
Balas



search

New Post