HADIAH ISTIMEWA DARI TUHAN
Scene 1 (INT. KAMAR TIDUR ANDI-SEKARANG)
Andi mencoba memejamkan matanya. Namun seberapa keraspun dia mencoba tetap saja matanya tak dapat diajak bekerja sama. Dicobanya membalik bantalnya berharap akan mendapat posisi yang lebih nyaman. Sekali lagi dicobanya untuk tidur. Tetap saja gagal. Padahal biasanya Andi bagaikan seekor Panda yang tak kenal tempat, bisa tidur dimana saja. Namun tidak kali ini.
Sebenarnya matanya telah lelah diserang rasa kantuk , terlihat dari kantung matanya yang menggelambir, tapi otaknya sedang berkhianat. Otak dan hati sebenarnya. Dua organ paling penting itu seakan-akan berkonspirasi untuk membuat Andi galau luar biasa.
Ya, Andi sedang dilanda kegalauan tingkat dewa. Andi sedang resah dikejar rasa bersalah. Bayangan peristiwa tadi sore terus bersemayam di kepalanya tak hentinya berputar berulang-ulang bagai pita kaset yang kusut .
Terlintas kembali adegan pagi ini saat Andi meminta ijin kepada emak dan bapak untuk bisa mengikuti kegiatan nonton bareng teman sekelasnya. Jawaban yang diterima sungguh membuatnya meratapi nasibnya. Nasib terlahir di keluarga yang sederhana. Terlalu sederhana.
Scene 2 (INT-RUANG TAMU-TADI PAGI)
Bapak: Nobar itu apaan sih Di ?
(Bapak malah balik bertanya ketika Andi mengutarakan keinginannya untuk ikut acara nonton bareng teman sekelasnya)
Andi : Nonton Bareng pak. Nonton bareng-bareng teman sekelas. Nonton di bioskop
(Andi menunduk sambil menggigiti bibirnya)
Bapak : Emangnya kudu ikut Di ? Maksud bapak ama sekolah diwajibin ?
(Bapak mengernyitkan dahinya)
Andi : Gak wajib sih pak. Tapi semua teman Andi ikut. Masa Andi doang yang gak ikut pak . Nanti Andi dibilang gak setia kawan pak.
( Andi mencoba meyakinkan bapak)
Emak : Berapa tuh bayarnya di ?
Andi : Tiket masuknya 50 ribu sama ongkos ya jadi tujuh puluh lima ribu deh mak.
(mata Andi berbinar. Timbul secercah harapan )
Emak : Banyak banget Di. Emak sama bapak gak punya uang segitu. Kalo cuma 20 rb aja masih bisa emak usahain Di.
Andi : Ya 20 rb mah gak cukup mak.
( Harapan Andi memudar)
Bapak : Ya udah lah Di, pan itu kagak wajib..kamu gak usah ikut aja. Teman temen kamu juga bakalan ngertiin keadaan kamu. Mereka kan tau bapak kamu cuma tukang odong-odong. Uang segitu bagi kita banyak banget Di. Keperluan yang lain juga banyak.
(Bapak menghempaskan tubuhnya ke sandaran kursi)
Emak : Iya bener Di. Gak usah ikut ya nak. Lain kali aja kal o emak sama bapak ada rejeki lebih. Soalnya bapak kan udah tiga hari kagak narik karena gak enak badan.
(Emak berbicara dengan sangat hati-hati takut menyinggung hati Andi)
Andi : (Dengan suara tertahan ) Iya mak, pak. Andi ngerti kok. Ya udah Andi jalan dulu ke sekolah ya mak, pak. Asslammualaikum
(Andi mengambil tasnya dan mencium tangan kedua orang tuanya )
Bapak & Emak : Waalaikumsalam.
Scene 3 (EXT.PERJALANAN KE SEKOLAH-TADI PAGI)
Sepanjang perjalanan ke sekolah Andi menundukkan kepalanya. Andi merasa lehernya tak bertulang. Terkulai. Merasa menjadi pecundang. Tak pernah Andi merasa sesedih saat ini . Belum pernah Andi meratapi nasibnya terlahir sebagai anak tukang odong-odong dan buruh cuci. Tak pernah. Baru kali ini.
Andi tak pernah sekalipun merasa malu dengan pekerjaan bapak. Andi malah merasa bangga memiliki seorang bapak yang pekerja keras . Andi juga bangga memiliki ibu yang begitu telaten mengasuhnya dan ketiga adiknya sambil bekerja sebagai buruh cuci gosok di rumah tetangga. Mereka berdua mengajarkan Andi apa itu perjuangan.
Andi bangga dilahirkan ke sebuah keluarga yang tak pernah mengeluh dan selalu bersyukur berapapun yang mereka dapat. Andi bahagia memiliki bapak, emak dan ketiga adiknya. Mereka adalah harta Andi yang tak ternilai. Andi tak akan mau menukarnya dengan apapun. Apapun.
Tapi itu sebelum hari ini. Sebelum ada rencana nonton bareng teman sekelasnya. Ya, teman teman sekelas andi berencana nonton bareng besok . Sebuah film yang sedang hits dan telah lama dinantikan akan diputar perdana di sebuah bisokop di kota mereka dan yang membuatnya spesial adalah pemutaran film tersebut akan dihadiri oleh para pemainnya. Kapan lagi bisa menonton film dengan teman sekelas sambil bertemu langsung artis dan aktor terkenal. Munfkin kesempatan ini tak akan pernah terulang lagi dalam hidup Andi. Itulah yang membuat Andi bergitu berhasrat untuk ikut acara ini.
Sebenarnya Andi tak terlalu suka menonton film karena memang dia tak pernah ke bioskop. Atau malah sesungguhnya Andi berusaha untuk tidak suka karena ia memahami kondisi keluarganya. Tapi kenyataan bahwa seluruh teman sekelasnya akan berkumpul besama dan hanya Andi seorang diri yang absen membuatnya begitu merasa diitinggalkan. Merasa diabaikan.
Scene 4 (EXT- DEPAN KELAS-TADI SIANG)
Rayhan : Besok ikut kan Di ? Ayolaaah seru-seruan bareng teman .
(Rayhan dan Andi berbincang sambil duduk di bangku di depan kelas mereka)
Andi : Eennng... (ragu) belum tau sih Han. Liat besok aja deh.
(Andi kurang nyaman membicarakan hal ini meskipun Rayhanb adalah sahabatnya)
Rayhan : Loh kenapa ? Kok musti liat besok ?
(Rayhan terlihat bingung)
Andi : Soalnya besok aku harus jaga adik-adiku.
(Andi merasa tak enak karena harus berbohong. Hal yang tak biasa ia lakukan)
Rayhan : Loh kan biasanya juga ada nyokap kamu yang jagain adik-adik kamu. Lagipula k an kita perginya sore Di. Nyokap gak kerja kan kalo sore ?
(Rayhan terus mendesak)
Andi : Iya sih tapi besok kayaknya emak mau ke kondangan atau apa gitu. Makanya liat besok aja ya Han.
(Andi benci karena harus menutupi satu kebohongan dengan kebohongan lain )
Rayhan : Yaa gak asik doong. Gak ada lo gak rame Di.. (Rayhan menirukan sebuah iklan )
Andi : Bisa aja kamu Han..
( Andi menjawab dengan nada getir)
Rayhan : Dan kalo lo gak ikut tandanya lo gak solider sama kita-kita..gak setia kawan .
(Persis seperti dugaan Andi. Teman-temannya, bahkan sahabatnya akan menganggap dialah yang anti-sosial. Sungguh sudah jatuh tertimpa tangga pula. Andi memilih untuk tidak mendebatnya. Diam sepertinya adalah langkah terbaik)
(Voice Over) “Andai kamu tahu yang sebenarnya Han..”
Scene 5 (INT. RUMAH-TADI SORE)
Andi baru saja tiba di rumah sepulangnya dari sekolah dan hendak mengganti baju seragam sekolahnya dengan kaos ketika ia mendengar emaknya memanggil namanya.
Emak : Di...Andi...
Andi : Iya mak..
( Andi segera menghampiri sumber suara)
Emak : Ya ampun lemes banget kamu kayak kol rebus.
(Emak heran dengan raut wajah Andi yang tak seperti biasanya. Namun sekejap kemudian emak menyadari alasan mengapa Andi bersikap demikian)
Andi : (Andi memaksakan tersenyum) Dikasih bumbu kacang jadi deh somay . (Andi menjawab sekenanya). Ada apa mak ?
Emak : Hehehe.... gini Di. Tolong ambilin cucian kotor pak Danu. Bawa kemari. Biar emak cuci .
(Emak menjelaskan mengapa beliau mencari Andi)
Andi : Kok tumben nyucinya disini ? Biasanya kan emak nyuci di rumah pak Danu.
(Andi terlihat bingung. Tidak biasanya emak membawa cucian ke rumah)
Emak : Iya.. tapi tadi pak Danu bilang mau pergi jadi takut gak ada orang disana jadi mending nyuci disini aja.
(Emak menjelaskan alasan beliau membawa cucian ke rumah)
Andi : Oh gitu mak. Iya udah andi ambil sekarang deh.
Emak : Iya Di, terus sekalian tolongin emak, kalo udah diambil terus sekalian rendemin yak nak. Nanti baru emak cuci. Emak mau mandiin adik kamu dulu nih.
(Emak bergegas ke luar kamar)
Andi : Iya mak.
(Andi menyanggupi)
Scene 6 (INT.SUMUR-TADI SORE)
Andi baru tiba dari rumah pak Danu. Dijinjingnya sekantung plastik besar berisi cucian kotor. Segera dikeluarkan nisinya dan mulai dimasukkan ke ember. Baru saja hendak memasukkan potongan baju ketiga tiba-tiba sesuatu terjatuh dari kantung baju itu. Andi terkejut. Dipungutnya benda itu.Betapa terkejutnya dia begitu mengetahui benda itu ternyata gulungan dua helai uang seratus ribu rupiah. Matanya terbelalak. Tangannya gemetar. Hatinya begitu girang karena bak mendapatkan durian runtuh. Dipandanginya uang itu.
VOICE OVER : “Ini pasti uang pak Danu karena jatuh dari saku kemeja pak Danu. Tapi kenapa pak Danu sampai lupa mengeluarkan uang ini sebelum dimasukan ke dalam plastik cucian kotor ya? Apakah pak Danu memang tidak tahu ada uang di saku bajunya ? Kalau beliau tidak tahu berarti beliau tak akan mencarinya. Berarti aku bisa menyimpan uang ini. Ini milikku. Aku kan bukan mencurinya. Tapi menemukan. Itu dua hal yang berbeda”.
Meski sedikit ragu, dimasukkannya uang tersebut ke dalam kantong celananya. Dilanjutkannya merendam pakaian kotor yang lain.
Tiba-tiba Andi mendengar suara emak begitu dekat di belakangnya.
Emak : Di...udah direndam belum ? Loh..Kenapa? kamu kok kaget banget ?
Andi : U.. u..udah mak. Gak apa-apa mak . (Andi tak bisa menyembunyikan keterkejutannya karena emak muncul tiba tiba di belakangnya. Sesaat terbersit niatnya untuk menceritakan apa yang baru saja terjadi. namun sejurus kemudian diurungkannya)
Emak : Makasih ya Di...Nah sekarang kamu makan dulu sana.
Andi : Iya mak. (Andi menuju dapur)
Scene 7 (INT.KAMAR ANDI-SEKARANG)
Kembali Andi membalikkan bantalnya untuk yang entah keberpa kalinya. Tiba tiba saja bantal itu terasa tidak nyaman. Padahal selama ini bantal itu baik baik saja. Namun saat ini bantal itu bukan berisi kapas melainkan batu kerikil. Rasanya bantal itu pun memusuhi Andi. Bantal itu tahu Andi telah melakukan sesuatu yang tak patut.
Ya, Andi masih bimbang apakah sebaiknya dikembalikannya uang pak Danu atau tetap merahasiakannya. Jauh di lubuk hati Mukid, i ia tau hal yang terbaik adalah menceritakan apa yang terjadi kepada emak dan menyerahkan uang tersebut kepada emak. Tetapi Andi kemudian mencoba beralibi dengan meyakinkannya bahawa dia toh bukan mencuri karena uang itulah yang mendatanginya.
Sejak kecil Andi diajarkan oleh kedua orangtuanya untuk selalu bersikap jujur. Selalu terngiang-ngiang nasihat bapak dan emak untuk berlaku jujur kapanpun dan dimanapun. Untuk selalu mencari rejeki yang halal dan berkah. Untuk tidak mengambil hak orang lain. Untuk tidak mencuri. Dan mukdi mematuhinya. Andi takpernah mencuri. Saat inipun andi tak merasa mencuri. Sekali lagi, uang itu yang menghampirinya.
Namun.. bagaimanapun Andi berusaha meyakinkan dirinya bahwa dia tidak mencuri ,hati kecilnya kembali mendebat pembenarannya.
Andi seolah-olah bisa mendengar logika dan hati nuraninya bergumul.
Logika : Udahlah bro...ngapain sih lagi masih dipikirin .Udah..tenang aja. Itu hakmu kok. (Otak mulai melancarkan agresinya)
Nurani : Bukan Di. Itu bukan hakmu. Itu hak orang lain. Hak orang lain yang kebetulan sedang ada di genggamanmu. (Nurani menimpali dengan tenang namun meyakinkan)
Logika : Halah... kalo sudah ada di genggaman kita berarti itu hak kita. Gimana sih kamu Nur..
Nurani : Tidak selamanya apa yang ada pada kita menjadi hak kita. Bisa saja hanya titipan, menunggu untuk dikembalikan kepada pemiliknya.
Logika : Lah wong pemiliknya aja gak sadar. Buktinya sampe sekarang gak ditanyain tuh.
Nurani : Pemiliknya tak sadar. Tapi Andi sadar betul kalau itu bukan miliknya
Logika : Halah..udahlah bro..apalagi sih ?Kan dengan uang itu kamu jadi bisa ikut nobar. Gak sedih apa kalo kamu gak ikut padahal yang lain pada pergi semua ? Udahlah bo gak usah dibikin ribet. What you don’t know can’t hurt you. Pak Danu gak tau jadi gak bakal kenapa-napa juga kalo kamu pakai uangnya. (Argumen yang masuk akal. Akal orang jahat)
Nurani : Itu bukan uangmu Di. Kamu tak boleh menggunakannya. Kembalikan uang itu pda pemiliknya.
Logika : Tapi kan Andi gak mencuri.
Nurani : Memang. Namun Andi menyimpan dan menggunakan hak orang lain. Itu sama saja dengan mencuri.
Logika : Sok suci ah
Nurani : Bukan sok suci tapi berani jujur. Dan berani jujur itu baik.
Logika : Iyaa, jujur tapi ketauan miskinnya entar.. (Otak mengejek Andi)
Nurani : Lebih baik ketauan miskin daripada berpura-pura kaya dengan jalan yang salah. (Nurani menangkis)
Logika : Auk ah. Terserah kamu deh Di. (Puff...bayangan otak sirna)
Dan nuranipun memenangkan perdebatan itu. Aneh bin ajaib...tak lama kemudian Andipun terlelap . Dengan sebuah rencana besok ia akan mengembalikan uang itu.
Scene 8 (INT.RUANG TAMU-SEKARANG)
Bapak : Kenapa bukan dari kemarin kamu pulangin uang ini di ? Kenapa pake disimpan dulu ? Emang kamu ada niat make uangnya ?
( Bapak menatap tajam pada Andi. )
Andi : Maapin andi pak. Sebenarnya iya pak. Andi sempat mau simpan uangnya terus andi pake buat nobar. (Andi menunduk tak berani membalas tatapan bapak. Dirinya tahu ia salah).
Emak : Astagfirullah al adzim Diiii.... (Emak setengah menjerit) .Kok bisa bisanya kamu kepikiran kayak gitu ? Dosa itu namanya Diii. Itu kan bukan uang kamu. Ya Allah maapkan anakku ya Allah..
Andi : Iya mak.. maapin Andi ya mak. (Andi semakin membenamkan kepalanya).
Bapak : Bapak kan selalu bilang Di, biarin kita hidup kayak gini. Biarin kita hidup pas pasan. Tapi bapak selalu bilang kejujuran itu modal utama dalam hidup kita Di. Biar sedikit yang kita dapat asal berkah Di. Keberkahan itu cuma didapat kalo jalan nya juga bener. Punya harta banyak juga kalo lewat jalan curang kagak bakalan berkah Di. Gak bakal selamat dunia kahirat. Percaya sama bapak Di.
Emak : Iya di... kamu gak lihat apa ..buktinya bapak sama emak...biarin banting tulang ampe babak belur asalkan rejeki yang didapat halal..yang diridhai Allah ...insya Allah bakal berkah. Kita memang gak berlebih tapi gak kekurangan juga kan. Apa pernah kamu sama adik-adikmu kelaparan ? enggak kan. Selalu dicukupkan sama Allah . Keberkahan bisa kamu liat...kamu sehat, adik adik sehat,pintar pintar semua sekolahnya. Kamu bisa masuk SMPN favorit. Di kelas kamu juara. itu semua berkat rizki yang halal Di.
Bapak :Bener kata emakmu Di. Jadi orang mesti jujur. Emak sama bapak kagak bisa ngasih yang macam macam sama kamu. Tapi emak sama bapak pasti menuhin apa yang jadi kebutuhan kamu.
Andi : Andi ngerti pak. Maapin Andi. Cuma Andi sedih aja gak bisa ikut nobar. Eh tiba tiba nemu duit. Jadi Andi tergoda pak..maapin Andi pak, mak. Andi nyesel karena sempat punya niat gak baik.
Bapak : Iya bapak juga minta maap karena bapak gak bisa ngasih duit ke kamu buat nobar. Kebetulan bapak tiga hari gak keliling jadi duit lagi kosong. Tapi bapak sebenarnya udah niat mau keliling lebih lama kemarin supaya ada duit lebih dan bisa ngasih ke kamu.
Andi : Jangan pak, gak usah. Bapak baru mendingan...nanti kalo diforsir malah nanti bapak sakit lagi. Andi udah ikhlas kok gak ikut nobat. Lagipula itu gak wajib dan Andi juga gak terlalu hobby nonton pak.
Emak : Ya udah.. kalo gitu nanti emak balikin uang ini ke pak Danu. Insha Allah kejujuranmu yang sempat tertunda ini dibalas sama Allah Di.
Andi: Iya mak...aamiin mak . Sekali lagi maapin Andi ya mak...pak. Andi gak akan pernah lagi punya niat untuk berlaku curang. Bagaimanapun sulitnya keadaan.
Emak : Iya Di. Ya udah, siap-siap ke sekolah ya Di.
Andi : Iya mak.
Scene 9 (INT –DALAM KELAS-SEKARANG)
Rayhan : Di, gimana ? Jadi kan kamu ikut nanti ?
(Rayhan masih menanti jawaban pasti dari Andi)
Andi : Aku gak ikut Han. Sorry ya.
Rayhan :Kenapa ? (Rayhan nampak kecewa) Emangnya nyokap jadi ke kondangan ?
Andi : Bukan...aku bohong Han. Sebenarnya aku gaki kut karena gak punya uang Han. Tapi kemarin aku malu bilangnya. (Wajah Andi memerah menahan malu)
Rayhan :Ya ampuun...(Rayhan menggeleng-gelengkan kepalanya) Kenapa gak bilang sih Di ? Aku bayarin deh tenang aja.
Andi :Gak usah ham. Gak perlu Han. Serius. Makasih banget tapi kamu gak perlu melakukan itu.
Rayhan : Gak apa apa Di. Aku senang kok melakukannya. Aku memang mau kamu ikut. Gak apa-apa ya aku bayarin. Please Di. (Rayhan mengangkat kedua tangannya tanda memohon)
Andi: Gak usah Han. Kasihan kamu harus bayar untuk dua orang. Makasih tapi beneran gak usah Han.
Rayhan : Yaa..kamu gak asik ah Di.. (Rayhan cemberut). Padahal kan aku ikhlas melakukannya.
Andi : Aku tau han. Kamu memang teman yang baik. Tapi aku gak mau merepotkan siapapun. Walaupun pasti kamu bilang “aku gak repot kok Di” ya kan ? hahahaha.. (Andi coba mencairkan suasana)
Rayhan : Hahahaha ...tau aja kamu Di.
Tiba-tiba salah seorang teman mereka setengah berlari memanggil nama Andi seraya berkata :
Aisah : Andi, kamu dipanggil pak Bambang ke ruang kepala sekolah. Sekarang juga.
Andi : Hah ? Serius Sah ? Waduh ada apa ya?
Aisah : Kurang tau juga deh. Tadi aku Cuma diminta panggilin kamu aja. Cepetan sana Di.
Andi : Ok deh. Aku ke sana dulu ya Han. Makasih Aisah . (Masih digelayuti kebingungan Andi berjalan menuju ruang Kepala Sekolah).
Rayhan : Iya Di.
Scene 10 (INT . RUANG KEPALA SEKOLAH –SEKARANG)
Di dalam ruang kepala sekolah telah duduk pak Bambang wali kelas Andi dan Kepala Sekolah. Di atas meja tergeletak sampul besar berwarna coklat.m Andi tak atu apa itu. Dengan ragu Andi mengucapkan salam.
Andi : Assalammualaikum ..
Pak Bambang : Waalaikumsalam ... ayo masuk Di.
Kepala sekolah : Waalaikumsalam. Ayo silahkan masuk Di.
Andi : Iya pak (Mengambil tempat di duduk dihapan keduanya )
Pak Bambang : Begini Di....Ada yang ingin pak Kepala dan pak Bambang sampaikan kepada kamu..(Pak Bambang tak menruskan kalimatnya. Andi semakin tegang. Jantung andi berdegup keras. Ia mencoba mengingat ingat kesalah an apa yang pernah dibuatnya sehingga harus berurusan dengan pak Bambang dan pak Kepala sekolah)
Pak bambang meraih amplop di atas meja dan mengelurkan isi amplop tersebut. Terlihat selembar kertas berukurn A3 berwarna putih. Setelah dibentangkan oleh pak Bambang barulah Andi tahu apa itu. Itu adalah hasil gambarnya yang pernah ditugaskan oleh guru keseniannya kira-kira sebulan yang lalu. Sebuah gambar suasana tujuh belasan dilingkungan rumahnya.
Pak Bambang : Kamu tau ini apa Di ?
Andi : Tahu pak. Sepertinya itu lukisan yang pernah saya buat.
Pak Bambang : Tahu kira kira ada apa dengan lukisan ini ?
Andi : Tidak pak (Andi mengerutkan dahinya)
Pak Bambang : Masih ingat kapan kamu membuat lukisan ini ?
Andi : Kira-kira sebulan yang lalu pak. Ditugaskan oleh pak Wahyudi.
Pak Bambang : Nah..jadi begini Di. Ketika pak Wahyudi menugaskan kamu melukis dengan tema hari kemerdekaan RI, pihak sekolah sebenarnya sedang berusaha mengumpulkan hasil karya seluruh siswa-siswi SMP ini untuk diikut-sertakan dalam lomba melukis tingkat kecamatan. Nah dari sekian lukisan ,lukisanmulah yang terpilih untuk mewakili sekolah kita. Dan ternyata.. pada ajang lomba lukis tingkat kecamatan, lukisanmu keluar sebagai pemenang pertama Di. Jadi kamu berhak mewakili lomba lukis tingkat Kota Minggu depan. ( Senyum terkembang di wajah pak Bambang dan Kepala Sekolah. Keteganganpun seketika mencair)
Andi : Yang betul pak ? Alhamdulillah.. (Andi mengusap wajahnya)
Pak bambang : Iya betul Di. Masa bapak bohong .. lagipula kan ada pak Kepala Sekolah di sini.
Kepala Sekolah : Iya Di.. bapak ingin menyampaikan selamat atas prestasimu yang sanagt membanggakan ini. Selamat ya Di. ( Kepala Sekolah menjabat tangan Andi dengan erat )
Andi : Terima kasih pak. (Andi merasa terharu. Matanya berkaca-kaca)
Pak Bambang : Bukan itu saja Di.. Kamu juga berhak atas hadiah juara pertama yaitu piagam , trophy dan sejumlah uang. ( pak Bambang menjulurkan sebuah amplop putih )
(Andi gemetar menyambut amplop itu)
Pak Bambang : Ini piagam dan trophynya. Untuk trophy akan kita letakkan di ruang kepala sekolah . kalau uang silahkan kamu simpan. Itu hakmu.
Andi tak bisa menahan rasa bahagia yang membuncah dalam hatinya. Hatinya tersentak mendengar kalimat barusan. “ITU HAKMU”. Wajah bapak dan emakpun berkelebat)
Dibacanya tulisan yang tertera di pojok amplop : JUARA PERTAMA LOMBA LUKIS MENYAMBUT HARI KEMERDEKAAN RI - TINGKAT KECAMATAN Rp.1. 000. 000,-
(Andi tak henti mengucap syukur , Alhamdulillah...Alhamdulillah....Allahu Akbar...)
Diterimanya amplop berisi uang sebesar satu juta rupiah itu. Andi tak tahu harus berkata apa. Dirinya masih tertegun menyaksikan kebaikan Tuhan.
Tak perlu lama baginya buntuk merasakan buah kejujurannya. Ya, Tuhan langsung mengganjarnya dengan rejeki yang berlipat ganda. Hanya dalam hitungan jam, kejujurannya berbuah manis. Sangat manis. Ingin rasanya emak dan bapak hadir bersamanya di ruang Kepala Sekolah saat mendengar berita gembira tersebut. Ingin rasanya dipeluknya emak dan bapak. Ingin diciumnya kening kedua orangtuanya dan membisikkan : “Terima kasih bapak...terima kasih emak... terimakasih telah mengajarkankanku ilmu yang luar biasa .. terima kasih telah menanamkan budi pekerti kepadaku...terima kasih telah menunjukkan padaku indahnya hidup dalam kejujuran... Terima kasih telah memberi makna pada kata Kejujuran”. (Tak terasa air mata Andi jatuh membasahi pipinya. Air mata kebahagiaan)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar