Puspa Dani,S.Pd.

Seorang ibu yang mengisi waktu luang dengan menulis. Baginya menulis itu membahagiakan. Menulis, menulis dan terus menulis. Saat ini berprofesi sebagai Pengawa...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mencari Siput

Mencari Siput

Tantangan hari ke-187

#TantanganGurusiana

“Ayo, mana siput yang kalian cari?” Pertanyaan nenek, mengejutkan kami. “Sebentar Nek,” lalu Kak Surti, berjalan ke tepi parit. “ Cuma ini Nek,” katanya sambil menyerahkan kantong pandan pada nenek. Siput yang kami dapat , tidak begitu banyak, karena kami keasyikan bermain air. Kemudian nenek menyatukan siput-siput itu ke dalam satu kantong.

“Lumayan banyak, ya nek,” kataku. “Alhamdulillah, nanti nenek gulai dengan singkong,” ujar nenek.

“Jangan terlalu pedas nek,” selaku. Nenek ketawa, eh, Kak Surti, malah nyeletuk, “Buat pedas saja nek, nanti masukkan cabe rawit.” Kak Surti muncul jahilnya.

Padahal, seisi rumah tahu, aku memang tidak suka cabe. Keadaanku itu sering menjadi bahan ledekan, Bang Ardi dan Kak Surti. Kata mereka, karena ketidaksukaanku dengan cabe itulah, makanya tubuhku tidak kuat. Apalagi, kebetulan aku memang sering demam. Sampai- sampai Pak Mantri tempatku berobat, sudah hapal namaku.

“Sudah-sudah, ayo kita segera pulang,” ajak nenek.”Nanti gulainya, tidak nenek buat pedas, supaya Dania bisa makan,” lanjut nenek. “Horeeee,” aku berteriak kegirangan. Kak Surti mencibir kearahku, aku pun membalasnya. Kak Surti mengejar, segera aku berlari, bersembunyi di belakang nenek.

Tiba-tiba Kak Surti, berhenti dekat batang lolo yang ada di tepi parit. “Nek, aku mau memetik lolo dulu,” ujarnya. Aku menghampiri Kak Surti, ternyata dia sudah tidak marah lagi. “Banyak buahnya Kak?” Kak Surti tidak menjawab, tapi kulihat kepalanya mengangguk.

“Nanti sampai di rumah, kita buat rujak” kata Kak Surti. Kami segera memetik buah lolo, nenek pun turut membantu. Lolo itu memilki banyak biji, rasanya manis-manis asam. Enak, dibuat rujak bambu, kami suka sekali. Buah lolo setelah dikupas, dimasukkan ke dalam tabung bambu, diberi gula dan buah keduduk agar warnanya merah. Lalu ditumbuk dengan alat penumbuk dari kayu.

Cara memakannya, alat penumbuk, kami gunakan juga sebagai sendoknya. Membayangkan rasanya yang manis-manis asam, membuatku jadi ngiler. ”He-he."

Rujak lolo dalam bambu memang kesukaan kami dan juga teman-teman yang lain di kampungku. Setiap kami punya bambu kecil untuk membuat rujak. Waktu memakannya, sengaja kami poleskan kayu untuk sendoknya itu, ke bibir. Sehingga, bibir kami terlihat merah seperti pakai gincu, lalu kami saling pandang dan tertawa. Yang paling lucu, ketika melihat anak laki-laki, bibir mereka juga juga merah, seperti bibir kami. "Hi-hi."

Selain itu nenek juga memetik sayur pucuk sitapu yang banyak tumbuh di dalam hutan. Kakekku suka sekali dengan sayur itu, dibuatkan sayur bening atau digulai santan oleh nenek. Aku juga suka, sayurnya terasa manis dan legit.

“Nek, mencari ikannya di mana?” tiba-tiba Kak Surti bertanya pada nenek.

“Lain kali sajalah,” jawab nenek. Sebentar lagi juga mau Zuhur, sekarang kita langsung pulang saja ke rumah.

“Kalau nenek menangkap ikan nanti, ajak aku lagi ya nek,” kataku pelan pada nenek.

“Aku juga, aku juga,” sambar Kak Surti.

“Iya keduanya nenek ajak, asal janji tidak nakal,” ujar nenek sambil melihat kami berdua.

“Tidak nek, kami janji akan jadi anak baik,” cepat Kak Surti menjawab. Aku hanya mengangguk mengiyakan. Kulihat nenek tersenyum mendengar ucapan Kak Surti.

******

Lolo yang kami petik cukup banyak juga. Nenek pun, sudah selesai pula memetik sayur sitapu. Selanjutnya kami pun beranjak untuk segera pulang. Kak Surti menjinjing kantong yang penuh berisi buah lolo. “Nanti di jalan, buah keduduknya kita ambil,” kata Kak Surti. “Iya Kak, tadi kulihat banyak,” ujarku.

“Ayo cepat, hari sudah siang,” kata nenek. Kami pun mempercepat langkah mengikuti nenek. Setengah berlari kami berjalan, akhirnya kami pun berada di depan nenek. Kak Surti, karena sudah sering diajak nenek ke sawah, makanya hapal jalan yang akan kami tempuh.

Kulihat matahari sudah di atas kepala kami, mungkin sebentar lagi akan memasuki Zuhur. Perutku rasanya sudah mulai keroncongan pula. Kami segera berjalan dan mempercepat langkah, agar segera sampai ke kampung.

Pasbarku, 19072020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Jadi ingat juga waktu anak-anak. Sanagt suka ikut mencari siput dengan kakak kakak yang lain. Sukses bun.

20 Jul
Balas

Petualangan anak-anak yang menyegarkan ingatan kita akan masa kecil dahulu. Keren. Salam literasi.

19 Jul
Balas

Suasana yang mungkin sudah jarang ,ditemukan saat ini Pak. Terima kasih.

19 Jul



search

New Post