Budaya Antre Masih Memprihatinkan
Budaya Antre Masih Memprihatinkan
Siapa yang salah jika masyarakat belum memiliki kesadaran antre?
Pagi buta tempat pendaftaran di rumah sakit ini memulai aktivitasnya. Ada nomer urut tersedia di atas meja sekuriti tepat di depan pintu masuk. Sehingga memudahkan pasien atau keluarga pasien mengambil nomer antrean.
Setelah mengantongi nomer ini, akan dipanggil lagi oleh petugas untuk mendapatkan nomer antre ke poli yang dituju.
Setelah mendapatkan nomer poli, pasien dipanggil untuk didaftar oleh petugas. Petugas meneliti syarat-syaratnya sudah terpenuhi atau belum. Nah, setelah cek dan ricek barulah pasien mendapatkan nomor antre periksa dokter.
Jika mengikuti aturan tersebut, mustinya semua pengunjung bisa antre dengan duduk manis di kursi yang tersedia. Namun apa yang terjadi?
Ketika petugas memanggil nomor kedatangan untuk ditukar dengan nomor tujuan berobat, semua berdiri. Mereka berjubel di depan anjungan, ada yang sambil menunjukkan kertas kecil bernomor. Ada pula yang memanggil-manggil petugas. Aneh bukan? Mereka mengetahui nomornya tetapi mengapa minta didahulukan? Sehingga hawa panas tak bisa terelakkan. Sementara kursi-kursi dibiarkan kosong.
Apa sebenarnya yang mendorong mereka berjubel?
Tidak paham budaya antre atau tidak mampu menahan diri untuk melihat orang lain mendahului?
Inilah karakter yang musti dibiasakan sejak dini. Bagaimana kita dengan besar hati melihat orang lain lebih dari diri kita. Mungkin lebih beruntung dari kita dalam segala hal. Lebih pintar, lebih kaya, lebih tinggi jabatannya, lebih cantik atau ganteng dan sebagainya.
Sebaliknya ketika bertemu orang yang kurang beruntung dari kita. Misalnya lebih parah sakitnya, lebih tua, lebih miskin. Lebih rendah pendidikan dan seterusnya.
Bisakah hati nurami kita tetap menghormati dan empati padanya? Sikap empati pada orang lain yang kurang beruntung menjadikan kita tetap toleransi bahkan membantu dengan apa yang bisa dilakukannya.
Bukan sebaliknya, melihat orang yang lebih beruntung dengki, melihat orang yang kurang beruntung tak peduli.
Istilah beruntung atau tidak beruntung itu pun kurang tepat. Karena Allah menguji hamba dengan yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan. Semua adalah ujian. Artinya semua baik jika benar dalam menyikapi.
Kesadaran dalam kesadaran itu solusi terbaiknya. Ya, kesadaran kita untuk menyadari di mana dan bagaimana diri ini berada. Hindari mementingkan diri sendiri.
Sejak SD para guru sudah mengajarkan bagaimana menggunakan hak. Hak kita dibatasi hak orang lain artinya ketika menggunakan hak jangan sampai merenggut hak orang lain.
Begitu pula tunaikan kewajiban karena dalam kewajiban itu ada hak orang lain. Jika tidak menunaikan kewajiban artinya merenggut hak orang lain.
Anak -anak sudah dididik untuk itu, sekarang giliran kita (orang dewasa )untuk memberi teladan dalam kehidupam sehari-hari. Meskipun kita punya posisi lebih jangam minta didahulukan, tetap sabar antre.
Budaya antre menjadikan suasana tertib dan hati tidak gemrungsung (tergesa-gesa). Orang yang tergesa-gesa cenderung rendah toleransinya dengan keadaan di sekitarnya.
Mari budayakan antre.
Memori antre di rumah sakit Oktober 2018.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Di Indonesia ini budaya antri belum banyak mereka lakukan dg tertib semua butuh kebiasaan atau bahkan pembiasaan yg sedikit harus dipaksakan agar semua bisa dilaksanakan sesuai dg harapan...
Semoga...mari kita mulai dari diri sendiri.
Mentalitas kita masih kurang bagus bu
Semoga berubah Pak...aamiin
Kesadaran dalam kesadaran ..istilah yang dalam maknanya..Terima kasih Mba Puspa ..sudah diingatkan...Barakallah...
Aamiin...terimakasih kembali mba Rini.
Budaya tidak mau antri butuh waktu lama untuk merubahnya. Mungkin dimulai dari anak-anak akan lebih mudah mengarahkan untuk menjadi kebiasaan.
Aamiin...mudah2an Pak, trmksih doanya.