Pagar Bambuku
Pagar bambu telah berdiri di halaman depan rumah, satu-satu ia tertancap dengan penuh keprihatinan. Saat cuaca bersahabat, baru ia tertancap, ketika cuaca tak lagi berkarib, maka ia pun tertunda tertancap.
Tak terasa waktu yang bergulir, hingga ia akhirnya tertancap, seraya berdoa agar pagar itu dapat bertahan lama, karena ia dipilih dari bukan sembarang bambu, meski kelak harus menghadapi berbagai cobaan, ia harus tetap berdiri kokoh.
Namun, harapan tinggal asa yang tak mampu melawan takdir , pagar itu harus tercabut satu per satu, hingga akhirnya lenyap tak berbekas sebab niat yang sedari awal tak direstui oleh semesta.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap Mas gagah,, Nendang dengan dahsyat,, Sukses selalu
Apa kabar, Pak? kangen dengan puisinya. Salam sukses.