Hari ke 330 opini

Tahun baru.

Banyak orang mengatakan setelah akhir bulan Desember akan muncul tahun baru. Dulu orang senang merayakan dengan pesta-pesta atau membuat tontonan, kumpul-kumpul sambil menunggu pukul 00.00. Kemudian tiup terompet dan membunyikan bunyi-bunyian. Itu katanya tahun baru.

Sejak kecil sampai sekarang saya tidak paham tentang tahun baru. Betul, sejak SD sampai kuliah saya tidak pernah kumpul-kumpul memperingati tahun baru, baik Masehi mau pun Hijriyah apalagi tahun Jawa/Saka. Lha, cuma ganti angka saja dianggap baru. Misalnya kalau sekarang 2020, besok angka belakang 0 ganti 1 menjadi 2021. Katanya tahun baru.

Padahal hari dan bulannya masih seperti tahun sebelumnya. Di kalender nama hari tetap tertulis Minggu/Ahad sampai Sabtu. Nama bulan juga tetap bernama Januari sampai dengan Desember. Kecuali nama hari dan bulan diganti, itu baru tahun baru. Slowly men. Hehehe.

Pada masa pandemi Covid 19 sekarang ini, sebetulnya Tuhan seperti mengingatkan pada manusia, tidak perlu kumpul-kumpul memperingati tahun baru dengan hura-hura atau kesenangan semalam saja. Setiap hari itu harus baru dalam meningkatkan amal ibadah pada Tuhan, pada sesama manusia dan pada makhluk lain. Kalau setelah pergantian angka tahun perilaku orang yang memperingatinya tetap sama saja,tak ada perubahan atau peningkatan amal ibadah, maka tak ada manfaatnya tahun baru. Apalagi jika perilakunya bertambah buruk, itu namanya kemunduran.

Corona belum hengkang dari bumi Indonesia, maka andaikata anda tidak berkumpul atau bergerombol memperingati tahun baru itu merupakan tindakan bijak memutus penyebaran Covid 19.

Lalu apa istimewanya tahun baru? Coba anda katakan, bro n sis atau saudara saudari.

Ini sekedar pendapat. Jangan marah. Kalau anda mau memperingati, silakan. Hanya saja saya mohon bertindak lah yang tertib dan jaga norma yang berlaku.

Blado, 31 Desember 2020.