Laron.
Hari ke 314 cerpen
Laron
Darto teringat ketika hidup masih bujangan di desa begitu musim penghujan tiba akan muncul laron dari pojok rumahnya. Laron-laron itu muncul dari lubang kecil di bawah tiang bambu. Sebelum laron-laron muncul didahului gundukan tanah kecil sebagai jalan keluar mereka. Begitu seekor bisa keluar kemudian diikuti teman-temannya dalam jumlah banyak.
Simbok Darto langsung memasang lampu teplok (lampu minyak tanah yang wadahnya terbuat dari kaca) di atas tampah. Laron-laron itu suka pada cahaya. Begitu ada cahaya laron-laron berkerumun di sekitar lampu teplok. Setelah laron terkumpul banyak simbok Darto langsung menggilasnya dengan lembut agar sayap laron lepas dari tubuhnya. Kemudian lampu dipindah. Tampah yang berisi tubuh laron tanpa selanjutnya ditampi agar bulu-bulu laron tersebut berjatuhan ke tanah. Setelah itu laron-laron yang tanpa bulu diwadahi baskom. Selanjutnya lampu teplok dan tampah dipasang lagi di dekat sarang laron. Demikian yang dilakukan simbok Darto sampai laron-laron tidak muncul lagi dari sarangnya.
Pagi hari Darto mengambil beberapa ekor laron yang terkumpul di baskom untuk memancing ikan. Ikan betik, sepat dan lele atau kutes sangat suka diberi umpan laron. Darto pergi ke sungai kecil yang kiri kanannya ditumbuhi pohon bulung atau nipah. Biasanya Darto memancing hanya pagi hari sebelum berangkat kerja. Lumayan sepagi itu dapat lima ekor ikan sepat dan dua ekor lele. Hasil pancingannya diserahkan kepada simboknya untuk digoreng.
Sementara laron-laron yang terkumpul di baskom oleh simbok Darto sebagian diberi tepung yang sudah dibumbui lalu digoreng. Gorengan laron itu menyerupai peyek kedelai. Ikan dan peyek laron sebagai lauk ketika makan siang atau makan malam. Bahkan bapak Darto peyek laron itu sebagai cemilan pada sore hari sambil minum kopi. Darto pun ikut menikmati peyek laron. Peyek laron itu rasanya gurih. Nikmati.
Sekarang setelah hidup di kota sebagai kuli pabrik, Darto lama tidak menikmati peyek laron. Sudah sepuluh tahun lamanya. Ketika semalam turun hujan, pagi hari Darto melihat laron pada bermunculan di depan kontrakan. Darto langsung mengambil tas plastik kresek menuju ke sarang laron yang berada di bawah pohon mangga depan kontrakannya, menangkapi laron-laron itu.
"Bang, sudah pukul enam, segera berangkat kerja,"kata teh Oneng istrinya mengingatkan.
"Ya, sebentar,"jawab Darto sambil meraup laron yang masih berkumpul di bawah pohon mangga itu. Setelah tas kreseknya penuh Darto masuk rumah kontrakan.
"Tolong ini disimpan,"kata Darto pada Oneng sambil menyerahkan tas kreseknya yang sudah penuh laron
"Untuk apa, bang?"tanya Oneng.
"Nanti, sore baru abang kasih tahu,"jawab Darto sambil menghidupkan mesin sepeda motornya, lalu tancap gas menuju pabrik tempat ia bekerja.
Oneng hanya menuruti perintah suaminya.
Limpung, 16 Desember 2020.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar