Romantika Si Gadis Jawa-Part 25 (Tagur-190)
#TantanganGurusiana Hari ke-190
#CeritaBersambung
#RSJ
Romantika Si Gadis Jawa
Oleh : Puji Lestari, S.Pd.
Doni mengantar dan mencarikan tempat kos yang lokasinya berdekatan dengan tempat bekerja Widuri. Tidak tega melihat kebingungan ayah dan anak yang baru pertama menginjakkan kaki di Jakarta.
"Masih ada waktu untuk bersiap-siap. Aku pamit dulu karena harus kerja juga. Sekali lagi selamat menempati tempat yang baru. Semoga hari-harimu menyenangkan." Doni menyunggingkan senyum.
"Oh ya, boleh aku simpan nomormu? Atau kamu simpan saja nomorku ya. Kalau butuh bantuan kamu bisa hubungi aku." Doni menyodorkan kartu namanya. Ia lalu berpamitan pada Pak Sapri dan bergegas menuju mobil.
Widuri memulai harinya dengan perasaan tak menentu. Rasa senangnya karena bisa bekerja di Jakarta mulai terkikis. Harapan bisa memperbaiki hubungannya dengan Dewa sepertinya menemui jalan buntu.
Sepulangnya sang ayah ke Wonogiri menambah kesepian widuri. Di kamar kos berukuran 4 x 5 meter itu Widuri meratap sedih. Sedari tadi Dewa tak mengangkat panggilan teleponnya. Sudah seminggu ia disini, belum juga bertemu dengan Dewa.
Teringat dengan kartu nama yang pernah Doni berikan. Widuri mencari di dalam laci mejanya. Ia memberanikan diri menghubungi Doni.
"Hmmm… dari tadi aku menghubungi Mas Dewa tapi nggak diangkat. Kamu tahu nggak Mas Dewa kemana?"
"Bang Dewa akhir-akhir ini memang lagi sibuk. Dia bolak balik Jakarta-Kalimantan untuk persiapan kepindahannya dan kantor barunya."
Mendengar jawaban Doni menyentil hati Widuri. Sebegitu sibuknya kah hingga tak ada waktu barang sebentar untuk sekadar memberinya kabar. Atau memang Dewa sekarang sudah berubah haluan?
[Tadinya Adek senang mendengar kabar bahwa Adek akan bekerja di Jakarta. Itu artinya kita akan berdekatan. Mas pernah bilang kan kalau akan ada pelangi indah setelah hujan. Adek ingin memperbaiki kesalahan. Bersama Mas Dewa memperjuangkan hubungan kita. Tapi ternyata hujan yang tadinya sudah berubah gerimis, kini berubah lagi menjadi hujan badai yang lebih dahsyat. Aku takut badai itu akan memporak porandakan hati kita]
Dengan berurai air mata Widuri mengirimi Dewa pesan begitu panjang. Tak berselang lama tanda ceklis pada pesan itu berubah warna. Pertanda sudah dibaca si empunya. Widuri memainkan ponselnya. Membuka tutup kunci layarnya. Hanya untuk memastikan Dewa sudah membalasnya. Lagi-lagi pil pahit harus ditelannya. Dewa tak kunjung memberi balasan
Bersambung ....
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Sabar Widuri
Terima kasih, Bu.
Sabar ya Widuri. Sukses selalu buat Ibu Puji Lestari
Terima kasih, Pak. Sukses juga untuk Bapak. Terima kasih atas kunjungannya
Sabar ya nanti juga di balas mantap bun
Terima kasih kunjungannya, Bu.
Wow semakin mantap ceritanya, selalu membuat penasaran para pembacanya. Sukses selalu bunda.
Terima kasih, Pak.