Romantika Si Gadis Jawa-Part 22 (Tagur-186)
#TantanganGurusiana Hari ke-186
#CeritaBersambung
#RSJ
Romantika Si Gadis Jawa
Oleh : Puji Lestari, S.Pd.
Widuri begitu antusias memberikan kabar gembira ini pada orang tuanya. Melupakan sejenak problematika yang ada. Mencoba berdamai dengan keadaan.
"Kapan mau berangkat?" tanya Pak Sapri.
"Besok, Yah."
"Kok mendadak. Kamu yakin itu telepon benar dari yayasan yang kamu lamar?" tanya Bu Mirna penuh selidik.
"Benar, Bu. Ini Wiwid sudah dikirimkan tiket kereta untuk berangkat kesana." Widuri menyodorkan ponselnya. Menunjukkan tiket kereta api elektronik kiriman yayasan Taruna.
"Ayah antarkan sampai disana ya."
"Tapi kan tiketnya cuma ada 1 yah."
"Ya kita beli 1 lagi untuk ayah," jawab Pak Sapri.
Widuri hanya diam. Dia menghargai ini adalah bentuk perhatian orang tua padanya. Melihat anak semata wayangnya pergi jauh dengan tempat tujuan yang masih abu-abu. Tentu menumbuhkan kecemasan dalam hati mereka.
Di ruang keluarga ini dengan beralaskan karpet, mereka bertiga menghabiskan sisa malam yang ada. Seperti apapun rasa kesal dalam hati Widuri, ia menutupinya. Mereka adalah orang tua yang begitu banyak berjasa dalam hidupnya.
Widuri menimbang-nimbang perasaannya. Mencoba mencari petunjuk dari setiap kejadian yang ia lalui. Begitu besar rasa cintanya pada Dewa. Tapi mungkinkah mereka memang benar tidak ditakdirkan untuk bersama? Melihat penolakan dari ibunya yang tanpa bisa ditawar. Mungkinkah itu adalah petunjuk dari Allah untuknya?
Namun di sudut hatinya yang lain, masih terus membisikkan harap. Dia dan Dewa dapat bersanding bahagia. Mungkin saja dengan ini Allah ingin menyadarkan pada ibunya bahwa ketetapanNya bukan untuk diprediksi dan dihindari. Semua sudah menjadi rahasia Allah.
Ah, hatinya sangat bimbang sekarang. Kedua matanya tak henti memperhatikan ayah dan ibunya. Pahlawan hidupnya. Kulit yang mulai keriput dan wajah yang mulai menua.
'Kapan lagi aku bisa membahagiakan mereka. Haruskah aku mengalah untuk kebahagiaan mereka?'
Batin Widuri terus saja bergejolak.
Tanpa terasa air matanya berlinang. Mata jernihnya menumpahkan air mata yang sudah menggenang.
"Kenapa nangis?" tanya Bu Mirna.
Mendengar pertanyaan ibunya, tangisan Widuri semakin kentara. Terisak tanpa kata.
"Maafkan Wiwid ya bu. Wiwid belum bisa membahagiakan ayah dan ibu. Wiwid sudah mengecewakan ayah dan ibu." Dengan terbata-bata Widuri meminta maaf. Bersimpuh di pangkuan ibunya.
Tangan dengan urat menyembul kulit itu perlahan mengusap kepala Widuri. Meskipun tak sehalus tangan ibu rumah tangga yang rajin perawatan, nyatanya sentuhan tangan itu begitu menghangatkan. Tangan itu yang dengan ringannya memenuhi setiap kebutuhan Widuri.
"Ibu juga minta maaf ya, Wid. Mungkin ibu terlalu jahat. Ibu terlalu tega sama kamu. Tapi percayalah, ibu hanya menginginkan yang terbaik untukmu." Bu Mirna mendaratkan kecupan di kepala Widuri.
Suasana haru begitu terasa malam itu. Ibu dan anak yang beberapa waktu memiliki hubungan buruk. Kini sama-sama merendahkan hati, merobohkan benteng yang menjulang menutup pintu hati. Saling memeluk. Menghangatkan hati yang telah membeku.
Andai saja dinding-dinding rumah punya rasa. Sudah barang tentu ikut merasakan keharuannya. Tapi nyatanya seisi perabotan rumah yang terlihat diam itu telah menjadi saksi bisu. Kasih sayang yang mengalir dari dalam sanubari.
Sang nahkoda keluarga yang sedari tadi hanya mematung, ikut memeluk kedua wanita yang dicintainya. Tumpahlah sudah lautan air mata. Membanjiri surga dunia yang tercipta dalam mahligai keluarga.
Bersambung...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren
Keren