Romantika Si Gadis Jawa-Part 21 (Tagur-185)
#TantanganGurusiana Hari ke-185
#CeritaBersambung
#RSJ
Romantika Si Gadis Jawa
Oleh : Puji Lestari, S.Pd.
Tiga hari sejak kepulangan Dewa ke Jakarta, tidak ada kemajuan hubungan mereka. Dewa hanya sesekali mengirimnya pesan. Itupun hanya singkat dan ala kadarnya.
Widuri hanya bisa berdiam diri. Meskipun menangis berkali-kali, tetap saja tak bisa merubah yang sudah terjadi. Dia menyadari ini semua karena kesalahannya. Tapi sebegitu kecewa kah Dewa padanya? Hingga mampu merubah sikapnya.
Hari-hari Widuri dilalui dengan segudang tanya. Mencoba merelakan. Melonggarkan sesak yang mencengkeram dada. Namun, semakin dicoba semakin sesak itu menghimpit dadanya. Penyesalan dan rasa bersalah terus saja menghantui dirinya.
Tring… Tring… Tring…
Widuri berlari menuju kamar. Mendengar suara ponselnya berdering begitu nyaring. Semenjak kepulangan Dewa, dia merubah pengaturan ponselnya. Awalnya selalu memakai mode silent untuk panggilan masuk. Kini dia memakai mode dering yang begitu nyaring.
Begitu antusiasnya dia menghampiri. Meninggalkan pekerjaannya di dapur begitu saja.
Tapi kembali dia harus menelan kecewa. Bukan Dewa yang membuat ponselnya berdering. Melainkan nomor tak dikenal.
Widuri mengerutkan kening. Hatinya bimbang antara menjawab panggilan itu atau tidak.
"Assalamu'alaikum…" Dengan pelan Widuri mengucap salam.
Dia memutuskan untuk menjawab panggilan masuk itu. Hatinya berbisik mungkin saja panggilan kerja.
Terdengar jawaban salam dari seberang telepon. Bersuara lembut. Mengalun menyampaikan sesuatu hal yang membuat Widuri kembali ceria.
"Saya tidak perlu tes atau interview, Bu?"
"Tidak perlu Ibu." Jawab wanita di seberang telepon.
"Tapi kan saya fresh graduate, Bu. Biasanya selalu diminta untuk menjalani tes dan interview terlebih dulu. Kok ini tidak ya. Ibu yakin?"
"Kami sangat yakin, Ibu. Alasan kami begitu yakin karena melihat keaktifan Ibu Widuri dalam organisasi di kampus. Sebagaimana yang Ibu tuliskan dalam curiculum vitae."
Widuri mendengarkan dengan seksama penjelasan wanita yang berada dalam sambungan teleponnya.
"Sampai bertemu lusa Ibu Widuri. Kami harap Ibu secepatnya hadir di yayasan. Agar bisa segera bergabung bersama kami."
Setelah sambungan telepon terputus, Widuri masih terperangah. Tak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya.
Baru saja dia diterima kerja. Surat lamaran yang sudah beberapa waktu lalu ia kirimkan, kini mendapat respon. Namun kejanggalan yang ia rasakan adalah dia tidak perlu lagi menjalani serangkaian tes sebagaimana yang umumnya dipergunakan. Ah, mungkin saja karena dia selalu aktif berorganisasi. Seperti yang dijelaskan ibu di telepon tadi.
Widuri mulai menyunggingkan senyumnya. Membuka lemari dan mengeluarkan isinya. Dia memilah-milah baju dan berkas yang akan ia bawa ke Jakarta. Mulai saat ini dia bukan lagi bergelar pengangguran. Dia akan bekerja sebagai tenaga pendidik di SMP Taruna. Salah satu sekolah favorit di Jakarta.
Bersambung...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Cerpen keren
Terima kasih, Bunda.
Selamat ya Widuri diterima bekerja...
Terima kasih, Ibu.
Kisah yang keren dari enak dibaca. Romantika kehidupan. Sukses selalu bunda.
Terima kasih kunjungannya, Pak.