Muhasabah diri Media berliterasi

Setiap pagi di hari jumat, muasabah diri dilaksanakan sebelum pelajaran dimulai. program ini dimulai dari pukul 07.00 hingga pukul 07.30 WIB. Setelah siswa masuk kelas mereka segera mengambil Al Quran dari lokernya masing-masing. Wali kelas memimpin siswa untuk membaca Al Quran. Saat membaca Al Quran, siswa dan wali kelas melakukannya dengan khusyu serta suara yang nyaring. Setelah membaca Al Quran, kemudian Guru Agama akan menyampaikan materi muhasabah diri. Materi muhasabah diri tersebut menyesuaikan dari bacaan ayat dalam Al Quran yang telah dibaca.

Sebagai contoh, dalam observasi pada tanggal 20 April 2018. Pada hari tersebut ayat yang dibaca adalah "Maka Apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu Dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan) ?" (QS. Fathir: 8)

Setelah membaca ayat tersebut, Guru Agama menyampaikan materi tentang menjadi anak yang jauh dari kemalasan. Beliau menyampaikan kepada siswa bahwa sebagai seorang siswa, mereka harus memiliki sifat rajin dalam melaksanakan setiap kegiatannya, khususnya dalam menuntut ilmu. Guru Agama juga memberikan motivasi kepada siswa untuk senantiasa menjadi pribadi yang rajin

Maka wajib bagi setiap muslim untuk bekerja, berusaha, bersungguh-sungguh dan tidak menelantarkan orang yang menjadi tanggungannya. Orang yang hanya duduk diam, ia bukanlah mutawakkil (orang yang tawakal), melainkan ia adalah mutawaakil (orang yang pura-pura tawakkal). Ini adalah kemalasan.

Manusia diciptakan di dunia agar mereka dapat bekerja, berusaha dan bersungguh-sungguh. Para nabi pun bekerja, Abu Bakar radhiallahu ‘anhu pun berdagang. Orang yang berpendirian bahwa duduk diam tanpa bekerja adalah tawakkal, kemungkinan pertama ia memiliki pemahaman agama yang salah, atau kemungkinan kedua ia adalah orang malas yang gemar mempercayakan urusannya pada orang lain.

Abu Abdurrahman As-Sulami rahimahullah berkata:

“Di antara aibnya –jiwa – adalah kemalasan yang menimpanya dalam hak-hak yang sebelumnya dilakukannya. Yang lebih aib lagi adalah orang yang tidak memperhatikan kekurangan dan kemalasannya. Yang lebih aib lagi, orang yang tidak tahu kemalasan dan kekurangannya. Kemudian yang lebih aib lagi, adalah orang yang menyangka bahwa dia semangat padahal dalam kondisi malas dan kurang. Ini adalah sikap kurang bersyukur ketika mendapatkan taufiq dalam melaksanakan hak-hak. Karena kurang bersyukur, maka semangat dialihkan menjadi kurang beremangat. Dia menutupi kekuarangannya dan menyangka baik keburukannya.”

Setelah sesi materi muhasabah diri diberikan, Guru Agama biasanya meminta siswa untuk memimpin doa. Siswa yang ditunjuk oleh Guru Agama dengan sigap maju ke depan kelas. Siswa memimpin teman-temannya berdoa sebelum memulai pelajaran.

Setelah doa dilakukan, kegiatan pelajaran pun dimulai. Guru Agama memiliki kewenangan untuk mengatur pelaksanaan program Muhasabah diri ini. Mereka menentukan ayat Al Quran yang akan dibaca. Materi apa yang akan disampaikan pada setiap hari Jumat. Guru Agama juga yang menentukan kegiatan pendamping seperti diskusi, sebagai wahana berliterasi religi setiap hari jumat.

Dari proses berdiskusi itulah, siswa mengolah informasi tentang kemalasan. Informasi tentang kemalasan menjadi topik. Dengan bahasa siswa, mereka menulis kembali pemahaman siswa tentang kemalasan. Di situlah siswa berliterasi menyajikan informasi dengan gaya masing-masing.