Di batas kota, angkot perlahan menepi, menghampiri datuk yang berjalan kaki. Datuk segera naik, bajunya lusuh tapi senyumnya berseri. Dari obrolannya dengan sopir angkot, saya jadi tau pekerjaan beliau. Tiap pagi berangkat dari Selat menuju ke Jambi jadi buruh kasar yang kerja serabutan, paling sering bersih-bersih pekarangan kantor, taman atau rumah. Hari ini beliau mengangkat batu di toko bangunan. Selama bercerita wajahnya selalu sumringah.  Seolah tiada merasa lelah. 

"Tadi dapat tanggalan dari bos" ujarnya seraya menunjukkan kalender dalam kresek hitam. Kaget tiba-tiba diajak bicara, saya refleks mengangguk canggung. Sepanjang jalan datuk asyik ngobrol dengan sopir. Saya hanya nyimak dan bersyukur dalam hati bisa bertemu dengan sosok yang tangguh dan ikhlas melakoni hari-hari. Sentilan bagi saya yang belakangan makin parah badmood-nya.

Hanya karena lelah saya merasa berhak marah, merasa bebas berkeluh kesah. Padahal kenyamanan yang saya peroleh jauh lebih banyak, perjuangan saya belum seberapa. Aih malu betul rasanya mengeluh karena gerah. Sehat selalu ya Tuk, semoga lelahmu hari ini membawa berkah dan bernilai ibadah.

~

*Sepertinya sepanjang Januari saya hanya akan menulis catatan perjalanan saja, mengingat saya gak begitu mahir nulis cerpen, puisi atau tulisan lain. Saya pilih kategori opini karena enggak nemu kategori yang cocok. Pokoknya terus belajar dan semangat untuk menulis.