Dunia hanya persinggahan sementara. Semua yang kita miliki sejatinya hanya titipan. Orang tua, anak, suami, istri, harta, kecantikan, ketampanan, ilmu, dan badan serta nyawa ini pun, bukan kita pemiliknya. Semua itu hanya sementara dan kelak pasti sirna. Tapi, mengapa di saat titipan diambil yang punya, harus ada ratapan dan kepedihan.

Lihatlah tukang parkir di luar sana. Banyak pelajaran berharga yang dapat kita petik darinya. Dia hanya menjaga mobil titipan orang lain. Dan, dia akan menjaga baik-baik titipan yang dipercayakan padanya. Tanpa pedulikan terik matahari atau guyuran air hujan, dia akan tetap bertahan untuk menjaga titipan. Namun, di saat titipan itu diambil pemiliknya, dia akan ikhlas mengembalikan tanpa ratapan dan kepedihan. Tak peduli titipan paling bagus yang dia sayang.

Bukankah tidak ada yang abadi di dunia ini. Dunia ini hanya persinggahan. Persinggahan tempat mencari bekal untuk pulang. Semua yang dilakukan di dunia kelak akan dipertanggungjawabkan. Mata, kaki, tangan, mulut, dan semua anggota badan akan bersaksi atas maksiat-maksiat yang telah dilakukan. Kemana akan lari? Kemana akan mencari perlindungan dan pertolongan. Di saat semua hamba menangisi dan meratapi dosa-dosa yang akan diperlihatkan di padang mahsyar.

Semoga kita dapat belajar tentang keikhlasan pada tukang parkir yang betul-betul sadar semuanya hanya titipan. Bagaimana mengikhlaskan semua titipan? Satu-satunya cara dengan melepaskan rasa cinta padanya. Lihatlah, tukang parkir yang tak sedikitpun mencintai segala yang dititipkan padanya. Dengan demikian, dia akan begitu mudah melepas dan mengikhlaskan titipan diambil kembali oleh pemiliknya. Ajari kami akan keikhlasan Bapak Tukang Parkir. Kami banyak belajar ilmu, tapi ilmu keikhlasan telah kami abaikan.