MAWAR BERDURI TAK TAKUT BERDIRI (part 2)
Tapi bukan kelas #Thesoctionthree namanya kalau tidak solid senasib sepenanggungan. Malam itu juga kami sepakat mengumpulkan donasi dari teman-teman, dewan guru, hingga orangtua siswa di kelas untuk meringankan beban Nawang yang kini yatim piatu. Tak seberapa yang berhasil kami kumpulkan. Tak sampai bernilai dua juta memang, tapi kami tulus ingin memberikan penghiburan. Esoknya di tengah social distance DKI Jakarta kami konvoi meluncur ke rumah duka. Awalnya kuminta hanya perwakilan kelas yang berangkat. Tapi ternyata masing-masing siswa ingin hadir sendiri. Ada ungkapan jiwa dan rasa yang kata mereka tak bisa terwakili. Karena Nawang selama ini adalah adik manis dengan reaksi datar dan asyik untuk diusili.
Dan kau disana, menyambut kami dengan sukacita. Air mata yang kemarin malam tumpah dalam sedu sedan via whatssapp call kita telah berganti canda tawa. Kuyakin bukan karena kau mati rasa atau tak peduli lagi pada jalan yang Allah SWT gariskan. Tapi karena kesadaran bahwa saat semuanya telah diambil dari sisi kita hingga nyaris tak ada yang tersisa, maka jangan sampai sabar dan syukur itu ikut hilang juga dari jiwa kita.
Tatap muka kita setelah hampir sebulan tak bersua itu diwarnai obrolan rencana masa depan seperti biasa. Kau bilang akan tetap optimis bahkan mendaftar kuliah hingga ke Semarang karena ada kerabat disana. Sebelum pulang nenekmu menggamit lenganku dengan mata sayu. "Nawang kuliah disini saja ya, Bu. Nanti saya dan adik-adiknya sama siapa. Cuma dia yang bisa menguatkan kami" Aku tercekat, lagi-lagi mengagumimu yang mendewasa hingga jadi tumpuan keluarga. Diam-diam kuselipkan doa, kau akan lolos PTN di Jakarta.
Sayangnya masih jauh panggang dari pengharapan. Tes UTBK mu tak berhasil membuatmu lolos PTN. Hatiku ketar-ketir. Beberapa tes di jalur lain yang menggunakan data raport pun belum membuahkan hasil. Belakangan terdeteksi nilai SKHUN Nawang tertukar dengan siswa absen setelahnya. Aku sangat kecewa, hal itu bisa jadi yang membuat nilai SKHUN Nawang jadi standar tak istimewa. Saat kumintakan konfirmasi ke Wakil Kurikulum beliau lepas tangan tak mau ambil pusing.
Terpaksa ak potong kompas langsung menghadap Kepala Madrasah. Alhamdulillah beliau memahami dan segera melakukan revisi data, meskipun Nawang telah terlanjur dirugikan. Kulihat Nawang lelah beberapa hari harus bolak balik ke sekolah memperbaiki data. Namun tetap kusemangati dirinya. Kuarahkan link beasiswa di kampus-kampus swasta sebagai alternatif pilihannya. Tinggal menunggu ijazah MA sebagai berkas utamanya.
Tapi proses mekar yang harus ditempuh mawarku memang penuh duri dan onak. Entah bagaimana dari ratusan orang siswa kelas XII IPS yang lulus tahun ini dari Madrasah Aliyah kami, ternyata Ijazah Nawang bermasalah, cacat salah tulis. Dia satu-satunya yang tidak mendapatkan ijazah dari jurusannya akhir Juli ini !
(bersambung)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Selalu suka dengan gaya penyampaian, bunda Pipit, bernas.. .
Makasih Bu Chus, tulisan Ibu juga lebih maknyuss...
Nawang yang malang.. Kasihannya bunsay... Ulasan yang selalu keren dan cerdas. Sukses selalu.salam literasi
Sesak bunda, bacanya.Nawang :(. Begitu banyak cobaan yang menimpami sayang..
Iya say, tiba2 pingin menulis perjuangan lengkao hidupnya. Sebentar lagi mau lebaran yatim ya
Kasihan ijazahnya cacat, bisa dibenarkan lagi kan . Sukses selalu bun.
Ada kelalaian dari pihak kurikulum Bu. Insya Allah bisa bu Heri. Tapi harus nunggu karena pengajuan blanko barunya serentak satu provinsi