PERLUNYA PELESTARIAN BAHASA DAERAH YANG ADA DI PAPUA AGAR TIDAK PUNAH
Papua terdiri dari berbagai suku dan budaya, itu merupakan kekayaan negeri yang harusnya tetap terjaga agar tidak punah. Oleh sebab itu sangat penting mengenalkan budaya tersebut sejak dari usia dini. Pengenalan budaya pada anak usia dini bisa dengan berbagai cara yang dapat dimulai dari hal terdekat dengan anak seperti dengan pengenalan bahasa daerah. Karena dengan bahasa maka komunikasi bisa terjalin. Menurut ACDP di Papua ada 275 bahasa akan tetapi ada 5 bahasa yang diperkirakan sudah punah, oleh sebab itu perlu sekali anak usia dini dikenalkan dengan bahasa daerah agar tidak punah.
Bahasa daerah biasanya hanya dilakukan oleh masyarakat yang ada di pedalaman, karena mereka tidak mengenal bahasa lain selain bahasa daerah. Tetapi untuk daerah yang ada di pesisir, di pinggiran kota, seperti sentani, yoka, kerom, dan lain sebagainya sudah jarang menggunakan bahasa daerah, mereka lebih sering menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini karena masyarakat asli daerah sudah membaur dengan pendatang dan dengan suku Papua yang lainnya, sehingga bahasa daerah menjadi terpinggirkan dan penggunaan bahsa Indonesia yang menjadi dominan.
Hal ini sangat meprihatinkan mengingat bahasa daerah merupakan salah satu kekayaan budaya yang harusnya di jaga kelestariannya karena merupakan salah satu jati diri suatu suku yang harus di jaga kelestariannya. Melalui bahasa maka komunikasi antar orang dapat terjalin. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 2001, Tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua pada BAB XVI pasal 58 (1) “pemerintah provinsi berkewajiban membina, mengembangkan dan melestarikan keragaman bahasa dan sastra daerah guna mempertahankan dan memantapkan jati diri orang Papua”. oelh sebab itu harusnya sejak dini anak Papua yang terdiri dari berbagai suku, paham dan tahu akan bahasa daerah sukunya tersebut.
Bila anak usia dini tidak mengenal bahasa daerah maka bisa di pastikan 20 tahun kedepan bahasa Sentani akan punah, karena bahasa Sentani hanya digunakan oleh orang tua saja. Seperti yang terjadi di Sentani dimana Sentani di bagi dalam 3 wilayah yaitu Sentani Timur, Sentani Tengah dan Sentani Barat. Sehingga ada perbedaan bahasa antar wilayah Sentani satu dan Sentani lainnya. Pada ke tiga wilayah tersebut hampir semua anak usia dini tidak tahu akan bahasa daerah Sentani, karena mereka terbiasa menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini terjadi karena alkulturasi di wilayah Sentani sangat besar, berbagai suku yang ada di Indonesia ada disana, belum lagi suku-suku Papua yang tentunya mempunyai bahasa Daerah yang berbeda-beda juga banyak yang tinggal di Sentani dengan bebagai alasan. Suku Papua yang banyak tinggal di Sentani sebagian besar adalah orang Wamena atau biasa disebut dengan orang gunung, tetapi mereka sendiri terbagi dalam berbagai bahasa wamena sesuai dengan asal daerahnya seperti Tiom, Lany Jaya, Tolikara, dan lainnya walaupun sama-sama dibilang orang Wamena tapi bahasa mereka juga akan berbeda, sama dengan bahasa Sentani terbagi dalam 3 wilayah tadi. Oleh sebab itu yang menyebabkan bahasa daerah Papua banyak yang terpinggirkan, karena beda suku beda bahasanya. Sehingga banyak daerah terjadi alkulturasi sampai terjadi asimilasi yang mengakibatkan bahasa Indonesialah sebagai alat komunikasi yang dipakai sehari-hari.
Walaupun bahasa Sentani di bagi dalam 3 bahasa berdasarkan pembagian wialayahnya yaitu bahasa Sentani Timur, Sentani Tengah, dan Sentani Barat. Tetapi perbedaan tersebut tidak begitu pengaruh hanya cara pengucapannya ada perbedaan sedang artinya sama. Sehingga bila orang Sentani Timur berbicara dengan orang Sentani Tengah atau Barat mereka tetap mengerti apa yang mereka bicarakan. Bahasa daerah Sentani saat ini hanya di mengerti oleh para orang tua saja karena anak-anak terbiasa menggunakan bahasa Indonesia dan dalam pembelajaran di lembaga PAUD tidak di kenalkan bahasa daerah saat pembelajaran, dilembaga hanya menggunakan bahasa Indonesia atau memberikan tambahan dengan bahasa Inggris. Hal ini memang sangat disayangkan, karena lembaga bukannya melestarikan bahasa daerah tetapi malah memberikan bahasa asing pada peserta didiknya.
Mungkin lembaga tidak bisa disalahkan kenapa tidak memberikan pembalajaran bahasa daerah tetapi malah memberikannya bahasa Inggris, hal ini karena pendidik yang tidak tahu akan bahasa daerah Sentani dan belum ada panduan atau kurikulum tentang bahasa Sentani bagi anak usia dini. Oleh sebab itu untuk melestarikan bahasa daerah Sentani agar tidak punah, perlu adanya muatan lokal pada pendidikan anak usia dini. Dan untuk menyiasati ketidak mampuan pendidik akan bahasa Sentani karena banyak pendidik yang berasal dari luar Sentani, maka perlu adanya panduan tentang muatan lokal bahasa Sentani untuk PAUD.
Dengan adanya panduan pembelajaran muatan lokal bahasa daerah seperti berupa kamus bahasa daerah, bahan ajar yang berisi tentang pengenalan bahasa daerah, maka diharapkan bahasa daerah Papua dan khususnya bahasa Sentani dapat terjaga kelestariannya atau bisa di perlambat kepunahannya. Karena diharapkan para pendidik yang ada diwilayah Sentani mau mengajarkan bahasa daerah Sentani pada anak usia dini di lembaga PAUD, dimana bahasa Sentani tersebut mulai terpinggirkan.

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
luar biasa lanjutkan.....
siiapp.... laksanakan