Mengapa saya harus menulis

Ada perasaan berdecap kagum dihati , sambil bergumam dan berbisik lirih. Ohhh.. ternyata hebat sekali dia, sahabat ku dulu, teman sebangku ku ... Dia bisa dan mampu menulis cerita.bahkan tulisannya sangat luar biasa. Dia sangat mahir dan lincah bermain kata – kata . Sementara aku hanya sebangai penonton, dan penikmat tulisan belaka.

Aku hanya bisa tersenyum dan berkata dalam hati. Hai parida...halo.... kamu pasti bisa. Konon hari ini saya mencoba untuk menjawab tantangan saya. Yo..yo... yo.. ayo... kamu pasti bisa.

Dengan niat ingin belajar menulis ku beranikan diri untuk mendaftar kan namaku sebagai peserta. Pada saat diriku di undang di gruop SAGU SABU BINTAN. Pikiran ku langsung berkecamuk kencang. Haii...ya.... wa pusing..wa mau tulis apa.

Mantan pacarku yang senantisa selalu memotivasi diriku selama ini. Dengan santai bahkan tanpa beban dia berkata... kecil lah bu..ibu pasti bisa. Tulis aja apa yang hendak ibu tulis. Suka-suka ibu aja. Dengan gaya khasnya sambil mengelus lembut dahiku.

Daftar nama di posisi absensi 10 urutan namaku. Ya allah... apakah aku mampu, apakah aku sanggup, apakah aku bisa menyelasaikan tulisanku.

Apalagi pada saat ketua panitia menyampaikan jangan sampai kita menjadi produk yang gagal, gagal ohhhh... tidak.

Ku pandang kiri dan kanan . wajah teman teman ku perhatikan satu persatu. Kulihat disudut mata mereka semua.... bahkan ada yang berkata. Bagaimana? Udah ada ide ? dengan suara penuh keraguan saya menjawab ada ... idenya bercampur, seperti permen nano nano. Kata teman saya , saya sudah puya ide. Judulnya Membuka lebih gampang dari pada menutup. Mantap.. ucap saya. Ya bu saya ter inspirasi dari sambutan bapak kadis kita. Beliau sudah mengatakan demian lah....ehhh, muncul kalimat yang lain. Saya hitung tiga kali beliau akan mengakhiri sambutannya. Tetapi belum di tutup - tutup juga. Ternyata membuka tidak segampang menutup. Berarti hari ini saya sudah mendapatkan ide. akhitnya bisa.