Perempuan paruh baya yang sekarang berdiri dihadapan mereka mempersilahkan keempatnya masuk karena pemilik rumah telah menunggu kedatangan mereka. Asih mempersilahkan perempuan tersebut menjadi penunjuk jalan sehingga mereka tidak kesasar di rumah yang sebesar istana. Mereka berempat diajak ke ruang tamu yang ukurannya sangat luas, si kembar memilih duduk di karpet saja karena tidak nyaman menduduki sofa tamu yang terlihat sangat mewah.

Sementara adik-adiknya sibuk menikmati dan mengagumi perabotan serba mahal, pemilik rumah yang tak lain adalah ibu mereka datang. Seperti biasa perempuan tersebut masih menunjukkan keangkuhannya terlebih saat melihat tamu-tamunya yang berpenampilan bulukan. Namun sifat hati-hati wanita itu adalah nilai lebihnya, terlihat sangat menjaga rahasia masa lalunya yang membuat posisinya tidak nyaman. Setelah menyuruh perempuan paruh baya tadi yang tak lain adalah asisten di rumah itu baru dirinya merubah ekspresinya.

Senyuman hangat dan ramah mengembang di bibirnya, kerinduang kepada buah hatinya terpancar di wajahnya. Mereka tampak merasakan hal yang sama karena begitu kedua tangannya terbuka lebar semuanya berhamburan lari ke dalam pelukannya. Kecuali Asih yang masih seperti dirinya yang dulu, tidak akan pernah menunjukkan ekspresinya. Pembicaraan yang canggung membuat semuanya tidak baik-baik saja. Ketika Cempaka selesai menceritakan segalanya, ada kecemasan yang muncul di wajah sang ibu sehingga mereka merasa tidak nyaman.

Bersambung...