Kamar tamu menjadi tujuan utama mereka menerjang masuk, mencari buah hati mereka yang menjadi sasarsan tuan tanah yang kejam tersebut. Pikirannya telah dihantui berbagai macam kenangan dan pemikiran yang melebih-lebihkan. Sehingga banyak hal yang membuat kenyataan terasa sangat enteng, pikiran aneh yang berkecamuk dan mengganggu kesadaran mereka. Keduanya tampak panik saat kamar tamu kosong.

Pelayan-pelayan yang ada di rumah mewah tersebut hanya mampu melihat tanpa berani berkomentar, hati mereka ciut dan jiwa mereka terasa rapuh untuk melawan nyonya rumah. Nyonya mereka yang baik hati dan lemah lembut tutur katanya sekarang mendadak kasar dan kalap. Semua barang-barang yang menurutnya mengganggu proses evakuasi akan dilenyapkan tanpa pikir panjang lagi sebagai salah satu guci kesayangan tuan telah pecah.

Keributan yang luar biasa dari sepasang suami istri tersebut akhirnya membawa kepuncak kemarahan sang pemilik rumah. Laki-laki berwajah sangar itu akhirnya keluar dari kamar utamanya dilantai tiga, menuruni tangga dari batu pualan dengan tetap berpegang pada pinggiran tangga. Ukiran naga menghiasi kepala tangga dan suasana elegan terasa dari aroma kayu manis yang dicampurkan pada biji kopi terbaik. Hitungan menit yang berharga telah mereka nikmati sebagai proses yang alami namun akan selalu tersimpan dalam kenangan.

Bersambung...