Kedua pemuda itu bukan tandingan yang sepadang dengan mudah sosok yang membuntuti Darna menguasai permainan. Kedua pemuda seusia Bagas tersebut kewalahan. Darna hanya dapat melenguh lemah di tempatnya, tenaganya sudah terkuras dan lukanya cukup serius. Gadis itu menggengam erat tasbih di tangannya, memohon pertolongan dari sang Pencipta yang selama ini sangat di percayainya akan memberikan ujian dan cobaan sesuai kemampuan hambanya.

Kedua pemuda tanggung itu jatuh ke tanah dan suara teriakan kesakitan jelas sekali ditelinga Darna. Dia merasa bersalah karena melibatkan orang lain dalam musibah yang menimpa dirinya. Keduanya pasti seusia adiknya Bagas atau memang temannya. Semua berkecamuk dalam otaknya, situasi yang tidak berpihak serta tekanan dibumbui rasa bersalah menyebabkan gadis itu tak kuasa menahan isaknya. Darna menggigit bibirnya agar isaknya tak terdengar oleh sosok jahat dan kejam yang sekarang berjalan kearahnya.

Sementara Bagas terus melirik jam dilayar handphone miliknya, sudah setengah jam berlalu terakhir sms dari Risky dan Jefri mengabarkan posisi saudaranya. Bagas memang belum dapat menyusul kakaknya sebab dirinya memberikan tambahan beberapa materi pelajaran kepada teman-temannya. Teman-teman yang nyaris tak mengenal dirinya, mereka seangkatan namun berbeda status sosial dimana dirinya satu-satunya orang miskin yang berada di rumah mewah milik pejabat di kotanya.

Bersambung...