Bagas panik dan khawatir, kepanikan jelas terlukis diwajahnya beberapa tetes keringat nampak membasahi keningnya. Dia tidak pernah menyangka akan seperti ini akbat yang akan dirinya tanggung dalam pergaulannya. Hatinya resah tak terkira begitu ingat pesan ayahnya untuk menjaga sang kakak baik-baik. Namun sekarang dirinya seperti makan buah simalakama, bertahan sulit kabur juga sulit. Tangannya masih memungut uang hasil jualan kakaknya sore itu.

Ketika semua itu berakhir dia frustasi, dalam keadaan terpuruk beberapa orang teman dekatnya mencoba menghibur. Mereka akan mendatangi markas tuan besar untuk meminta kebaikan hatinya mengembalikan sang kakak. Mereka tahu situasi di kota yang mereka tempati, kota yang nyaris mati karena semuanya terkubur dalam kesesatan. Mereka yang cerdas telah pergi meninggalkan kota mati dan tak pernah kembali.

Kota ini berjalan dengan orang-orang pemerintahan yang bisa disuap dan mereka loyal terhadap kekuasaan dan uang. Kantor polisi telah kosong demikian juga sistem keamanan lainnya, para tentara dan polisi juga pergi membawa keluarga mereka mencari kehidupan yang lebih baik. Dan tuan besar adalah rajanya di kota ini, dengan kekuatannya telah mengumpulkan banyak orang yang tersisa untuk dijadikan pengawal pribadinya. Beberapa anak-anak perempuan akan di pelihara hingga remaja untuk dijadikan mainan penghibur.

Bersambung...