Ketika hati dipilih,bukan memilih (part 2)
Satu...dua...tiga,....siap yaa...kepala nya jangan nunduk sayang,..iya..sip...sekali lagi ya...arahan sang fotografer kepada Laras, gadis kecil yang akan memulai langkah nya untuk sekolah di Taman kanak kanak. Gadis itu selalu riang,murah senyum seolah tak pernah ada cerita duka dalam kehidupan nya. Dia sangat dekat dengan Rahajeng, sang Mama yang tak pernah lelah untuk terus mendampingi nya."Mama...mama...habis bikin foto ini kita langsung ke sekolah kakak kan ma,"...celoteh dari bibir mungil itu sambil terus menatap pas foto yang sedari tadi di genggam nya. " Lho...mama kan harus balik ke kantor,...besok pagi baru kita ke sekolah kakak,nanti di sana, kakak harus menjawab dengan baik pertanyaan bu guru ya,biar bisa di terima sekolah di sana"...bujuk Ajeng lembut.Dalam hati perempuan ini agak gelisah juga mengingat Sekolah TK Kusuma itu merupakan sekolah favorit yang siswa nya hampir semua dari kalangan menengah ke atas,tapi niat baik Ajeng umtuk mendapatkan pendidikan terbaik bagi putri nya dapat mengalahkan semua perasaan itu.
Rahajeng memacu laju mobil lebih cepat dari biasa nya setelah menyelesaikan kelengkapan berkas pendaftaran sekolah Laras,walaupun Pak Zaenal atasan nya sangat lah mengerti dan selalu memberi waktu untuk urusan keluarga,tapi Ajeng tidak mau menyalah gunakan kepercayaan si Bos kepadanya. "Siang pak,...maaf agak terlambat,sapa Ajeng saat berpapasan dengan Pak Zaenal yang saat itu tengah berjalan di koridor depan di dampingi oleh Rayhan,dan mereka seperti nya sedang terlibat pembicaraan serius,sehingga si Bos hanya menganggukkan kepala nya,tak seperti biasanya.Dalam hati Ajeng pun sempat bertanya,ada apa,tapi rutinitas kesibukan pekerjaan yang sempat tertunda membuatnya tak lagi berpikir kesana.
"Dita..... besok bawa lagi yang kaya tadi ya,...kurang tadi...aku cuma dapat setengah....rebutan sama itu tuhhh...si Son Goku,..seloroh Novi kesal,sambil melempar kotak kardus pizza yang tadi di bawa Dita ke arah Juan, staff kantor yang berbadan paling subur di antara kami. Juan pun tak mau kalah,bukan nya membalas lemparan tapi malah mengambil tas ber merk milik novi dan menaruh nya di atas lemari berkas yg memang cukup tinggi. Seketika ruangan 4x8 itu pun gaduh dengan suara mereka bertiga. "Sssst....kita ini jadi ganggu ibu kita tercinta,Raden Ayu Rahajeng Putri Mewangi Mekar Sepanjang Hari,wahai Raden Ajeng...mengapa melamun saja,"...padahal Pangeran Putra Mahkota Rayhan Tampan Menawan sudah tidak jauh lagi,tinggal melangkah ke depan saja,dirimu sudah bisa bertemu dengan nya..."cerocos Novi panjang lebar. "Maksud lo...apaan vi,mata Ajeng yang bulat makin terbelalak lebar,tapi..oh iyaa,segera Ajeng meraih handphone yang sedari tadi di taruh dalam tas nya,membuka whatsapp yang ternyata ada 5 panggilan tak terjawab Rayhan. "Jeng,mulai hari ini aku di pindah ke kantor ini,dengan pertimbangan Pak Haris yang resign bulan lalu,begitu bunyi chat Rayhan yang tidak di baca nya sekitar 2 jam yang lalu. " Aduhh ibuuu,sekarang mah gak perlu pakai chatting chatting an,langsung ajaaa...Face to Face...tuh di situ tuh...canda Juan sambil menunjuk ke arah ruangan depan. Baru terjawab apa yang di bicarakan begitu serius antara Pak Zaenal dengan Rayhan di koridor depan tadi siang.
Minggu Pagi itu Tiara seolah tau jika sang Nenek mau kembali ke Solo.Walaupun sudah berusia lanjut, tapi Bu Hartati mempunyai beragam aktivitas di kampung nya,masih menjadi pelopor kegiatan kesehatan para Manula,sehingga tidak bisa meninggalkan nya terlalu lama. Tiara pun tidak mau lepas dari gendongan Nenek, kali ini harus di akui,Tiara memang lebih dekat batin nya dengan sang Nenek,mungkin saat mengandung Tiara, Rahajeng sudah dalam kondisi stress,akibat rumah tangga nya yang sangat membuat nya tertekan,memendam masalah seorang diri karena tidak punya satu keluarga pun di sini. *"Sing sabar yo nduk,sing ngati ati,ojo grusa grusu,di pikir disik sak durunge tumindak," *pesan Ibu sebelum masuk ke check in area. Rahajeng hanya mampu menghela napas panjang,pesan itu menyimpan makna sangat dalam bagi nya. Seperti nya Ibu sudah paham akan celah yang sudah mulai terbuka untuk Rayhan,tapi Ibu tidak mau mencampuri terlalu banyak,hanya berpesan seperti itu saja,karena ibu sangat paham karakter Rahajeng yang cukup kuat,apalagi bertahun tahun sudah diberikan ujian yang tidak ringan.Awal Bulan Juli,tepat di tahun ke 6 Rahajeng bekerja di kantor supplier Alat berat terbesar di kota itu,siang itu pula masih saja ada derita yang di alamatkan kepadanya. Ana memberitahu bahwa dirinya di panggil Pak Zaenal ke ruangannya,dan di situlah derita ini di mulai. "Duduk Jeng,...suara Pak Zaenal pun terdengar menahan emosi, dan mencoba menetralisir kekakuan yang timbul,tapi tetap saja aura nya tidak bisa ditutupi akan sesuatu yg telah terjadi. "Saya sudah cukup lama mengenal dan cukup bangga akan kinerja mu, saya juga sudah cukup lama memimpin kantor ini,...suara Pak Zaenal makin berat,sesekali tampak beliau menarik napas panjang. " Sebenar nya salah satu tanggung jawab saya adalah mempertahankan aset perusahaan termasuk kamu Ajeng,kamu adalah aset utama di perusahaan ini,tapi sekali lagi saya mohon maaf....suara Pak Zaenal terhenti ketika Ajeng menyahut pelan...."Pak,...sela Ajeng...atas permintaan Pak Sukardi kan,saya diberhentikan atas perintah beliau kan pak...bergetar suara Ajeng,tapi tak tampak isak tangis dari bibir nya, atau mungkin Rahajeng sudah siap dengan resiko kehilangan pekerjaan seperti yang dulu pernah di ucapkan Pak Sukardi, ayah Anton yang pernah mengancam nya akan meminta Tan Hay Lee,pemilik saham terbesar perusahaan tempat Ajeng bekerja untuk memecat nya,karena Ajeng tidak mau menuruti keinginan bapak mertuanya waktu itu untuk tetap tinggal serumah dengan mereka. Rahajeng memang sempat membeli sebuah hunian kecil,dengan uang hasil tabungan nya sendiri. " Sekali lagi maafkan saya Jeng,...saya tidak bisa berbuat apa apa,hubungan mereka begitu dekat,saya hanya menjalankan perusahaan ini. " Terimakasih pak,saya akan menyelesaikan pekerjaan saya dulu,kemarin masih ada beberapa laporan milik rekanan yang masih belum final,...permisi pak,Ajeng segera berdiri untuk keluar ruangan,namun di tahan oleh Pak Zaenal,..."masih ada waktu 2 minggu jeng,kalau di lihat dari tanggal dimulainya kamu bekerja di sini,...sabar ya,nanti akan saya carikan kamu tempat yang baru. Rahajeng bergegas keluar menuju ruangan nya,sementara di ujung tangga lantai dua,sepasang mata Rayhan cemas menatapnya.
"Jeng...tunggu....Jeng...setengah berlari Rayhan mengejar Rahajeng yang berjalan dengan langkah yang cepat menuju mobil nya,...Rahajeng...teriak Rayhan agak kencang,dan teriakan itu memutuskan Ajeng untuk tidak menginjak pedal gas nya,menetralkan persneling dan menarik hand rem. Rayhan mengetuk kaca mobil pelan,dia tau bagaimana seorang Rahajeng jika sedang larut dalam kesedihan,Rahajeng tidak akan mau bersandar pada orang lain,dan dia tidak mau diganggu. Tapi kali ini, Rayhan tidak akan membiarkan nya sendiri,apapun itu,sore ini Rayhan ingin duduk bersama perempuan yang sebenar nya memiliki sorot mata berbinar,tetapi seringkali sorot mata itu redup karena keadaan. Terlihat langkah Bagas yang memberi kode Rayhan untuk membiarkan Rahajeng sendirian,tidak di hiraukan oleh Rayhan,bahkan tanpa meminta persetujuan Rahajeng,Rayhan sudah duduk di sebelah kiri mobil Ajeng. "Kita makan dulu ya,aku yakin pasti dari siang tadi kamu belum makan,bujuk Rayhan lembut. Tak ada jawaban,hanya mobil yang terus melaju dengan tatapan mata kosong Ajeng. Saat melewati lampu merah,Rayhan belum tau kemana Ajeng mau membawa diri nya,tak berapa lama,lampu sein kiri di nyalakan dan arah mobil pun menepi di pinggir jalan. Di situ lah tangis Ajeng pecah,memeluk erat kemudi yang di lapisi bulu warna putih yang sudah basah oleh linangan air mata,..."Kenapa harus aku terus yang mereka mau,kenapa mereka mau melepaskan aku tapi tetap mengikat kaki ku,tangis nya makin kencang saat dengan Lirih Ajeng terisak bagaimana dengan Sekolah Laras,bagaimana dengan susu Tiara,mereka gak pernah mikir itu cucu nya jugaa...raung nya. Rayhan mencoba menenangkan dengan mengusap lembut punggung nya,sebenar nya sangat ingin diri nya merengkuh Ajeng di pelukan nya,tapi itu tak mungkin di lakukan,Ajeng bukan lah wanita yang mau begitu saja untuk di sentuh secara intens oleh lawan jenis,sekalipun laki laki itu adalah Rayhan,yang sudah cukup lama meminta hidup bersama nya.
Saat sisa waktu di kantor nya tinggal 5 hari,Rahajeng sebenar nya sudah menyelesaikan semua pekerjaan nya, hari ini rencana nya dia akan mengemas dan membawa pulang barang barang nya. Di bantu Dita, Novi dan Bagas mereka terlihat bekerja dalam diam,Dita dan Novi yang memasukkan barang ke dalam dus,sementara itu Bagas mempacking dus dengan perekat hingga rapi. Sekejap Ana masuk ke ruangan dengan menempelkan jari telunjuk ke bibirnya,berkata lirih..."Gaess...ada karyawan baru...perempuan...ini lagi di ruang Bos dengan istri koh Hay lee...bisik nya. "Haaa...apa?...salah lihat kali.," sanggah Dita...."Sumpah...beneran..serentak tangan Ana bersumpah. " Yaa bener aja kali Dit...kan mau nggantikan posisi aku,..kata Ajeng tenang. Tidak berapa lama terdengar langkah kaki beberapa orang orang menuju ke ruangan. " Selamat Siang semua nya,...perkenal kan ini Wulan,mulai besok dia akan bekerja membantu kita di bagian Keuangan,...suara pak Zaenal sebenar nya terdengar sedikit menahan rasa antara haru dan tuntutan profesional kerja. Wajah Rahajeng terkesima,..terkejut iya,sakit hati pasti,saat dengan jelas dia melihat sosok Wulan,wanita cantik berbadan mungil,dengan senyum mengembang lebar,mengulurkan tangan ke arah nya.Wanita itu tak lain adalah Istri Anton,walaupun waktu itu dia hanya melihat sebentar ,saat mereka bermesraan di depan TV,tapi Rahajeng ingat betul siapa dia. Dengan sedikit penasaran Ajeng pun melihat ke arah jendela di samping ruangan kantor nya,tampak mobil Anton ada di sana,lengkap dengan sang supir menunggu di dalam nya. Ya Alloh,...jika ini memang bagian dari Rencana Mu,maka akan ku jalani dengan berusaha ikhlas,..doa Rahajeng dalam hati nya.
Semburat mentari pagi itu tidak terlalu terlihat,tertutup oleh mendung yang sebenar nya tidak terlalu gelap,tapi angin bertiup agak kencang sehingga Topi Biru milik Laras yang sudah siap berangkat sekolah,di pegang nya erat. "Mama...nanti pulang nya ke toko buku dulu ya,...besok Tasya ultah ma,kata bu guru besok bawa kado,jadi kakak mau belikan Tasya buku dongeng yang gambar nya bisa berdiri itu ya maa,sebutan dia untuk dongeng 3 D yang harga nya juga cukup mahal bagi Ajeng yang mulai saat ini harus belajar menghemat. Rahajeng memutuskan untuk tetap berangkat bekerja walau sudah ada Wulan di meja kerja nya,tapi ajeng merasa masih mempunyai tanggung jawab 4 hari ke depan. "Ajeng....sini aja...bisik Rayhan lirih...duduk sini...kata nya,sambil tak henti memandang paras ayu dengan bulu mata lentik walau tak memakai maskara masa kini. Kekaguman Rayhan akan wanita ini tak kunjung henti,hari ini dia sudah melihat secercah cahaya di wajah Ajeng,dengan luar biasa tegar nya walau kursi nya sudah ada yang menduduki,dia tetap berangkat bekerja,menyelesaikan sisa waktu nya dengan baik. "Trus...maksud nya aku suruh duduk di sini?seloroh ajeng sambil menunjuk pangkuan Rayhan..nyuruh duduk tapi gak ngasih kursi,modus yaa,...canda nya...riang. "Wait...wait...tumben meriah sekali,lagi happy ya..."Rayhan menatap nya lekat sambil berdiri mempersilakan Ajeng duduk. Tidak berapa lama muncul Juan dan Ana yang seruangan dengan Rayhan. Juan datang sembari membawa kursi dari gudang belakang,....ini buat Tuan Puteri yang sebentar lagi punya kursi baru yang lebih empuk,kata Juan dengan suara Lantang nya. "Maaf ya aku lupa cerita sama Mas Han,demikian sebutan Ajeng untuk Rayhan,aku di minta jadi Accounting di Kantor Notaris istri nya Bagas Mas," seru nya dengan mata berbinar. Rayhan sedikit terpaku mendengar nya,entah kenapa setiap Ajeng menyebut kata Bagas,ada sedikit luka membuat nya perih dan perasaan tidak nyaman.
BERSAMBUNG
*Yang Sabar,lebih berhati hati,jangan terburu buru nafsu,semua harus di pikir dulu sebelum di lakukan*
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Karakter seperti Anton biasanya gak pernah berhenti menyakiti, padahal dia sendiri dlm kesepian. Ditunggu kelanjutannya semangat Bu okti