Okti Umi Widhayati,S.E

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Ketika hati dipilih, bukan memilih (part 9)
Nama,tempat dan gambar hanyalah rekaan semata,bukan yang sebenar nya

Ketika hati dipilih, bukan memilih (part 9)

Sudah dua minggu Rahajeng tinggal di rumah kontrakan bersama Laras dan Tiara. Diri nya tidak bermaksud menghubungi Rayhan atau bahkan menengok Dimas yang hampir tiap malam hadir di mimpi nya. Batin nya amat sangat terluka, Ajeng sama sekali tidak menyangka jika Rayhan yang selama ini dia harapkan bisa mengobati luka hati nya di masa lalu,ternyata sanggup menorehkan luka baru yang sudah mengering hampir tak berbekas.

Di dalam rumah kontrakan yang sebenar nya lebih pantas di sebut rumah kost,karena ukuran nya sangat kecil,Rahajeng berusaha membesarkan hati Laras dan Tiara. Kepada Laras,Ajeng sudah lebih leluasa menganggapnya sebagai teman bicara,dia memberi pengertian bahwa inilah berwarna nya hidup,supaya kita lebih kuat,jika suatu saat ada cobaan yang lebih berat. Terkadang ajeng merasa tidak sanggup menatap wajah Laras yang terlihat kecapekan sepulang sekolah,tapi masih harus membantu Ajeng yang tetap berupaya bertahan hidup dengan menerima pesanan kue tradisional. Hal ini dia lakukan karena hanya punya peralatan seadanya,tidak seperti dulu.

Rahajeng berusaha tegar,tangisan yang dulu hampir tiap malam menemani nya di atas ranjang yang di gunakan bertiga,kini tak lagi nampak. Bayangan wajah manis Dimas dengan rambut poni nya,suara cadel nya,di tepis nya dengan doa yang tak pernah putus,bahwa apapun itu sudah menjadi kehendak NYA,Dimas hanyalah titipan,yang dia yakin suatu saat akan kembali ke pelukan nya. Beberapa tatapan mata dan gunjingan ibu ibu sekitar kontrakan atau di sekolah Laras dan Tiara tak di hiraukan nya,Ajeng yakin ini ujian yang memang harus dia jalani dan bisa saja terjadi pada siapapun. Ini semua membuat langkah Ajeng menjadi ringan,keikhlasan yang di lakukan oleh nya juga berimbas kepada Laras,Tiara dan Dimas tentu nya,sehingga membuat ketiga buah hati nya tetap tenang seolah tidak terjadi prahara.

Pagi itu Ajeng bersiap mengantar pesanan salah satu pelanggan nya,yang dengan setia,setiap hari selalu memesan kue tradisional dalam jumlah yang lumayan besar untuk sebuah kantor Developer yang agak jauh dari rumah kontrakan nya. Setelah mengenakan Jaket,dan sarung tangan,Ajeng pun dengan trampil mengendarai motor lengkap dengan box besar di belakang nya. Tak seperti biasa,pemilik kantor menelpon nya kemarin sore,meminta untuk mengantarkan pesanan nya,karena sang driver sedang keluar kota,begitu isi pembicaraan di telepon. Ajeng memacu kendaraan nya lebih cepat mengingat waktu sudah tinggal beberapa menit lagi. Karena masih pagi,jalanan masih cukup sepi waktu itu,sehingga Ajeng bisa tepat waktu sampai di kantor yang berukuran cukup besar di dekat perbatasan gerbang lintas kabupaten.

Setelah memarkir motor nya, ada Satpam yang tadi nya di depan menghampiri dan membantu membawa 3 box besar berwarna putih ke dalam. " Mbak...tadi kata Bu Lia,mbak di suruh masuk dulu,sekalian bu Lia mau membayar pesanan kemarin...kata pak Satpam sambil mengantar Ajeng masuk ke ruangan dalam kantor. Setelah memasuki lorong samping,sampailah Ajeng di sebuah ruangan yang tidak terlalu luas,namun perabotan nya cukup mewah. "Tunggu sebentar ya mbak,... silakan duduk dulu...sapa pak Satpam ramah. Tak berapa lama ada seorang wanita datang,menyapa Ajeng dan mengambil kotak kue yang tadi di letakkan pak Satpam di meja." Saya ambil ya mbak...kebetulan meeting pagi ini sudah mau mulai...jadi saya mau taruh ini di ruang meeting. Bu Lia masih memimpin rapat sebentar aja kok mbak...membuka aja,nanti langsung ke sini,saya juga di minta membuat kan nota nya ni...lanjut si Mbak yang tampak cantik dengan baju hijab warna coklat sambil menulis di atas buku nota.

Sekitar 15 menit menunggu di ruangan yang cukup dingin itu,Rahajeng di kagetkan dengan kehadiran lelaki yang selama ini sangat di kenal nya. Dia masuk ke ruangan dengan bibir tersungging senyum dan tatapan penuh makna kerinduan mendalam.Ajeng langsung beranjak dan bermaksud segera meninggalkan tempat itu saat menyadari bahwa sosok itu adalah Bagas. "Jeng....jeng....sabar dulu...aku tidak akan menyentuh mu...janji...katanya sambil mengangkat 2 jari nya. Selama ini aku lah yang memesan kue mu,aku tahu semua yang terjadi pada dirimu dari Anik. " Ya...sekarang Anik membantu pekerjaan di rumah, setelah aku bercerai dengan Maya." Rahajeng akhirnya menyurutkan rasa benci nya pada Bagas, saat Bagas selesai menceritakan bahwa ketertarikan Bagas kepadanya,sejak dulu muncul karena almarhum ibu nya dulu punya usaha kue wajik ketan ,yang rasa nya sama dengan buatan ajeng. Dari hasil kue itulah yang membuat Bagas bisa menyelesaikan kuliah nya di Semarang. "Begitu aku mencicipi wajik yang dulu kamu bawa di kantor, aku kaget..rasanya sama persis...langsung ingat almarhum, yang berpesan untuk mencari pendamping yang bisa meneruskan usaha turun temurun milik eyang. Dan semua nya ada padamu,Jeng "... cerita Bagas lirih saat mengantar Ajeng ke parkiran kantor nya. Semenjak pisah dengan Maya,Bagas memilih menjalankan usaha developer dan tinggal di lantai dua di kantor itu.

Setelah pertemuan itu,Bagas sering menjalin komunikasi dengan Rahajeng yang sudah cukup lama terputus. Ajeng sempat beberapa kali mengingatkan bagas dengan mengirim pesan whatsapp supaya Bagas tidak terlalu jauh memasuki bahtera rumah tangga nya, yang sampai saat ini belum jelas arah nya. Ajeng tetap menunggu niat baik Rayhan,walaupun akhir akhir ini Sri yang sering bertandang ke kontrakan nya ,bercerita jika mbak Dewi berusaha mengenal kan Rayhan pada Dian Hapsari,anak rekanan bisnis nya yang baru pulang magang sebagai Advokat. Menurut cerita Sri,perempuan yang sering disapa Dian itu bahkan sudah dekat dengan Dimas. Rahajeng mencoba tetap tersenyum,lebih sering menarik napas panjang,istigfar dan pasrah atas semua yang saat ini terjadi pada nya.Dia sangat yakin,dengan kekuatan doa dan perbuatan positif yang terus di lakukan nya,suatu saat akan membuahkan hasil yang baik.

Rahajeng tampak canggung berada di depan puluhan undangan karyawan dan kerabat Bagas. Siang itu Bagas mengadakan acara launching produk kue Wajik Ketan Rahajeng yang tetap di beri label Wajik Ketan Kinanti,dengan kemasan tradisional dari daun kelapa,tetapi di hias dengan cantik sehingga tetap terlihat modern. Ajeng masih terlihat anggun dengan busana yang di belikan Bagas,Ajeng terpaksa memakai nya karena memang baru menyadari dia tidak pernah punya satu gaun pun di kontrakan nya. Acara berlangsung lancar dan berlanjut dengan pemesanan produk yang luar biasa banyak dari pengunjung yang berminat dengan promo beli 2 gratis 1. "Makasih ya....aku gak tau lagi harus ngomong apa..dari dulu kamu selalu ada di saat aku perlu"...kata Ajeng lirih saat Bagas mengantarkan nya pulang. Bagas hanya menepuk pundak Ajeng..dan mengatakan bahwa sudah saat nya harus saling membantu,apalagi saat ini yang di harapkan almarhum ibu nya sedikit terwujud,dengan usaha yang baru di jalankan oleh Ajeng.

Hampir setahun sudah penantian Ajeng, yang masih mengharap Rayhan mau mengakui kekhilafan dan segera menjemput nya hampir sirna sudah. Sementara itu,hari hari Ajeng di warnai dengan uluran tangan Bagas yang sering memberi perhatian,baik berupa bingkisan, makanan,atau buket bunga yang selalu di antarkan oleh jasa kurir. Bagas tidak mau menambah beban Ajeng dengan kedatangan nya di kontrakan Ajeng,menghargai predikat nya yang tidak enak di mata tetangga. Sampai pada suatu malam,Bagas mengutarakan niat nya,mencoba membuka pintu hati Ajeng,untuk segera memperjelas status nya, yang nanti nya akan meringankan langkah selanjut nya. Ajeng hanya terus memohon,hampir tiap sepertiga malam dia berdoa,jika memang Bagas lah jodoh nya,maka dekat kan lah.

Langkah Ajeng terlihat tegap,dengan tas kecil di pundak nya,serta map berisikan riwayat perkawinan nya dengan Rayhan. Yaa...pagi itu Ajeng memutuskan medaftarkan gugatan nya ke Pengadilan Agama. Diri nya merasa sudah tidak lagi di perlukan di hati Rayhan maupun keluarga nya. Apalagi beberapa waktu yang lalu,Ajeng bertemu mbak Dewi yang sedang menggandeng Dimas di sebuah minimarket,di samping ke duanya nampak Dian, wanita yang keseharian nya sering kali berada di rumah Rayhan saat ini. Begitu melihat Ajeng,mereka mengambil langkah seribu,bahkan Dian dengan sigap menggendong Dimas yang menangis meronta dengan teriakan..."Mamaaaaaaa." Rahajeng terkulai lemas,membatalkan niat nya untuk belanja, dan hanya mampu terduduk di kursi gerai Burger di samping minimarket. Air mata nya tak mampu di bendung,...dan lelaki kecil dengan rambut berponi tadi begitu membuat batin nya sesak,Dimas ,anak itu tampak ganteng dengan kemeja kotak kotak dan celana jeans yang sejak beli dulu belum di pakai karena masih kebesaran.

BERSAMBUNG

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap bu

14 Jun
Balas

Makasihh mbak...semoga tetap semangat sampai tamat

14 Jun

Keren banget cerpennya bu. Ditungggu lanjutannya. Barokallah

14 Jun
Balas

Baik mbak....siappp...makasih komen nya

14 Jun



search

New Post