#tantangan menulis gurusiana hari ke-167

#tantangan Gurusiana

Pada suatu ketika seekor monyet menggelantung disebilah kayu di tengah lautan. Monyet tersebut dibawa oleh nelayan untuk menemaninya menangkap ikan di laut. Ketika mereka berada di tengah lautan, tiba-tiba datang angin puting beliung yang memporak porandakan perayu nelayan itu. Nelayan dan kapalnya tenggelam di tengah lautan. Beruntung, monyet menemukan sebilah papan dan dia menggelantung di papan tersebut.

Sudah hampir satu hari penuh monyet menggelantung di tengah lautan. Dia sudah hampir putus asa. “Tong...tolong...tolonglah aku...aku sudah sangat lapar dan letih,” teriak monyet dengan berurai air mata. Ditengah keputus asaannya, tiba-tiba datang seekor lumba-lumba yang baik hati. “Ayo naik ke atas punggungku sahabatku monyet,”kata lumba-lumba. Dengan sigap monyet melompat ke atas punggung lumba-lumba.

Lumba-lumba berenang membawa monyet ke pantai sebuah pulau di tengah lautan. Monyet sangat gembira dan mengucapkan terimakasih atas kebaikan lumba-lumba yang telah menolongnya dan membawa ke pantai. “Sahabatku yang baik hati, terimakasih atas pertolonganmu. Kalau tidak ada kamu, mungkin aku sudah mati tenggelam di tengah lautan. Aku adalah anak Raja dari Negeri Seberang, Raja di Pulau ini adalah sahabat baikku,” kata monyet.

Lumba-lumba tahu kalau monyet itu berbohong karena lumba-lumba tahu betul bahwa pulau itu tidak berpenghuni. “Kalu begitu, Tuan monyet bisa menjadi raja di pulau ini mulai sekarang karena tidak ada siapapun tinggal di sini,” kata lumba-lumba sambil berenang menjauh ke tengah lautan.

Setelah mendengar ucapan lumba-lumba, monyet mersasa sangat menyesal sekali. Tapi apalah daya, lumba-lumba yang baik hati itu telah pergi menjauh ke tengah lautan. Sekarang tinggallah monyet sendiri di pulau yang tak berpenghuni itu menyesali ucapannya.

Pariaman, 24 Desember 2020