RAMADAN PERTAMA
#Tagur(79)
Langit semakin gelap, menunjukkan siang telah berganti malam. Jalan menuju ke masjid dihiasi lampu kelap kelip beraneka warna. Anak-anak tampak riang, berlarian saling kejar mengejar. Malam pertama tarawih selalu ditunggu. Shof masjid penuh dengan jamaah, bahkan yang datang setelah azan isya berkumandang, alamat akan mendirikan solat di luar ruangan masjid.
Kami memutuskan untuk salat di rumah saja. Meskipun rumah kami hanya beberapa langkah dari masjid. Ada nenek yang berusia 80 tahun, harus dilindungi dari kemungkinan tertular Covid 19. Meskipun semuanya Allah yang menetapkan. Tetapi ikhtiar harus terus dilakukan.
Ramadan pertama tanpa suami/ayah di rumah kami. Beliau telah berpulang untuk selamanya. Hati sedih karena merindu. Terbayang setiap gerakan yang dilakukannya saat mengajak istri dan anak-anaknya mengisi ramadan. Seakan mendengar suaranya saat menjadi imam. Seakan dia sedang memberikan kultum. Semua ketentuanNya yang Allah tetapkan tentu dengan kebaikan.
Umi harus menggantikan peran ayah. Menjadi imam untuk nenek dan si putri. Menambahkan kultum (kuliah tujuh menit) yang jadinya 15 menit. Tak lengkap, tetapi kebaikan harus tetap dijalankan. Bismillahirrohmanirrohim, meskipun ini ramadan pertama, menjalankannya dengan hati yang tinggal setengah. Semua dilakukan hanya untukNya. Hidupku, matiku hanya untukMu.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar