BUS EDISI LEBARAN
Mudik hari kedua lebaran ke kota tahu dengan menggunakan bus itu sesuatu banget. Dua tahun ini, kami mudik menggunakan bus. Saya berfikir mudik di hari kedua ini, kondisi transportasi sudah mulai lengang. Ternyata dugaan ku salah besar. Bus pun penuh sesak. Bah kan ada yang sampai berdiri demi bertemu sanak saudara di kampung halaman.
Saat sudah mulai duduk dengan tenang, tiba-tiba ada ibu-ibu yang sedang menelpon seseorang. Sepertinya suaminya.
“ nang endi pak? Nang omah yo.... tabung e elpiji cabuten. Iku pentil e sing ireng sampeyan unggah no terus sampeyan tarik.”
Sontak aku saling menetap dengan sebelah ku dan kita saling senyum, menahan tawa. Nggak mungkin lah kita tertawa. Bisa jadi perkara dan kita bisa dilempar HP si empunya.
Percakapan itu sekilas terdengar tidak ada yang aneh. Tapi bagi orang jawa, ketika dicerna satu per satu kata yang diucapkan, sangat riskan. Mungkin si penelpon tanpa sadar mengucapkannya.
Maksud percakapannya tadi mungkin seperti ini : dimana pak? Di rumah ya...tabung elpiji nya tolong dicabut. Itu tombol yang hitam kamu naikkan terus ditarik.
Arti pentil dalam bahasa jawa adalah puting susu. Tapi, ibu tersebut sepertinya mengungkapkan tombol yang ada di tabung dengan istilah pentil. Pengungkapan satu kata bisa jadi mengandung beberapa makna. Maka, kita harus dapat memahami konteks percakapannya.
Penumpang yang saling berdesakan membuat suasana ramai. Bah kan ada seorang wanita marah-marah karena kakinya terinjak oleh penumpang lain. Ia pun berbicara tanpa henti. Saling beradu argumen, sampai pak kondektur yang lucu membuat lelucon sehingga penumpang tertawa terbahak-bahak dan ibu tersebut berhenti ngomel.
Laju nya bus yang luar biasa kencang, seolah saya berasa naik jet coaster. Alhasil, penghuni perut mendorong-dorong ke atas. Sampai di titik puncak, saya harus menyiapkan tas kresek yang siap menampungnya. Dan dengan segera luapan lava di perut itu keluar. Masuk lah ke dalam tas kresek. Lega rasanya. Tapi, hal ini terulang dan terulang kembali. Berangsur sampai 3 kresek. Setelah itu, berasa benar-benar lega walau sekarang perut menjadi keroncongan.
Ternyata, bukan hanya saya. Penumpang di belakang saya juga mengalami kejadian yang sama begitu juga seorang anak yang duduk 2 bangku di depan saya.
Mudik lebaran dengan menggunakan angkutan umum itu memang sesuatu. Hari ini saya merasakannya. Di tambah kondisi bus yang kurang layak sehingga terasa tidak nyaman, tetapi anak ku justru menikmatinya. Katanya,
“ enak ya ma, bus nya. Mengandalkan klakson, semua minggir. Dan nggak berhenti-henti jadi cepat sampai. Kursi nya juga bergoyang-goyang.”
Alamak, anak ku....andaikan kamu tahu bahwa mama dari tadi pejam mata sambil beristighfar.
Kediri, 26/6/17
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Matur nuwun pak yuda.
Itulah enaknya naik angkutan umum ada sensasi tersendiri dan dapat wangsit yooo buat ditulis .....
Heheheee....betul bu
Bhahhahahah. Emakke hoax hoex. Si kecil ngakak2.
Ya....begitu lah hiks...hiks
Jd teringat masa lalu. Saya wkt anak2 msh kecil juga pernah menggunakan bus.Tp krn sering ggak kebagian kursi, maka th berikutnya memilih naik travel. Sesuatu banget.
Iya bun....saya 2 kali naik bus, th kmrn dan tahun ini
Met mudik.. Pengalaman yg seru... Jadi inget masa Kecil ku Ketika Punya desa. Justru setelah menikah tidak pernah mudik.. Sbb sama2 sekota.. Mudik itu Sesuatu...
Sy kebalikan nya bu, dulu waktu kecil nggak pernah mudik. Setelah menikah baru punya desa.
Mantap ya dari ketidaknyamanan menghasilkan tulisan yang asyik dibaca. Top bu.
Adaa aja. Emang, sesuatu banget, deh utk yg jago nulis.
Baru belajar bu....
Subhanallah...penulis itu semuanya bisa menjadi sebuah judul he..he