NURSAKINAH

Pengajar di MAN 2 Kota Makassar. Kalimat inspiratif saya: selalulah berpikir positif karena apa yang kita pikir akan terwujud suatu saat nanti. #THE POWE...

Selengkapnya
Navigasi Web

SEPENGGAL KISAH MERAIH BINTANG

SEPENGGAL KISAH MERAIH BINTANG (1)

Mobil yang kukendarai memasuki halaman madrasah yang luas lalu parkir di bawah pohon mangga. Aku ditemani ayahku akan melapor ke kepala madrasah sebagai guru baru di tempat ini. Walaupun sudah menjadi seorang CPNS, namun aku masih selalu meminta ditemani ke tempat yang masih asing buatku. Apalagi ayahku dan kepala madrasah merupakan teman lama.

Kami pun melangkah ke ruangan kepala madrasah. Beliau menyambut kami dengan hangat. Setelah kedua orang berwibawa itu bertukar kabar, Pak Rahmat mengajakku bercakap.

"Bagaimana jika Ibu mengajar mata pelajaran selain fisika?" tanya beliau.

"Mohon maaf, Pak, aku mengajar fisika saja," jawabku spontan.

Seulas senyum terukir di wajahnya mendengar perkataanku. Beliau memanggil salah seorang staf yang duduk di luar ruang kepala madrasah.

"Antar Bu Novi menemui Pak Yayat untuk melihat jadwal mengajarnya."

Aku pun mengikuti wanita setengah baya yang kemudian kuketahui bernama Bu Yatri. Setelah semua urusanku selesai, aku dan ayah pamit.

Dalam perjalanan pulang, ayah membuka percakapan.

"Kenapa menolak permintaan Pak Rahmat?" tanya lelaki bijaksana itu.

"Aku harus belajar lagi kalau menerima tawaran beliau," jawabku memberi alasan.

"Lain kali jangan membantah pimpinan selama itu untuk kebaikan bersama," nasehatnya.

Aku pun mengiyakan permintaan beliau.

.......

Keesokan harinya, pukul tujuh aku berangkat ke madrasah. Jarak dari rumah ke madrasah dapat ditempuh dalam waktu 15 menit. Pelajaran dimulai pukul 07.30, sehingga aku yakin tidak akan terlambat tiba di madrasah bahkan masih ada kesempatan untuk mempersiapkan diri sebelum memasuki kelas.

Tepat pukul 07.30 bel masuk berbunyi. Aku berjalan menuju ruang kelas, mungkin karena guru baru maka kelas yang diamanahkan pun kelas X. Akan tetapi, aku bersyukur mendapat kelas X, setidaknya dapat menghilangkan rasa grogi.

Hari berlalu, tidak terasa sudah sebulan aku mengajar di tempat ini. Aku mulai akrab dengan guru-guru dan pegawai yang bekerja di sini. Ada satu kelas yang aku ajar pada jam terakhir. Sama dengan pekan sebelumnya, pada jam terakhir kami pulang pukul 14.00.

Keluar dari kelas suasana madrasah sangat lengang.

"Madrasah sudah sepi. Kelas kita yah yang terakhir keluar?" tanyaku pada siswa yang berjalan mengiringi langkahku.

"Iya, Bu. Biasanya sebelum pukul 14.00 sekolah sudah bubar," jawab gadis berlesung pipi itu.

"O ...," ucapku sambil mengangguk.

Kami pun berpisah di depan ruang guru. Aku melangkah masuk, tampak dua orang guru, Bu Heni dan Bu Rianti bersiap-siap pulang.

"Baru keluar Bu Novi?" tanya Bu Heni ketika aku memasuki ruangan.

"Iya, Bu. Tadi keasyikan bahas soal," jawabku.

Setelah menjawab, aku pun bergegas melangkah lalu menaruh buku di atas meja.

"Kami pulang duluan," pamit Bu Heni.

Mereka pun meninggalkanku. Sayup-sayup aku mendengar perkataan Bu Rianti, "Masih baru, jadi masih kuat ngajarnya."

Kutatap kepergian mereka dengan tatapan heran. Apa maksud perkataannya?

Bersambung.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Iya, terima kasih

13 Jan
Balas

Iya, terima kasih

13 Jan
Balas

Iya, terima kasih

13 Jan
Balas

Ikuti alurnya namun jangan sampai tenggelam, saya pernah merasakan hal yang sama saat menjadi CPNS di sekolah swasta, semangat bu

12 Jan
Balas



search

New Post