Kisah Sebuah Cincin
# Tagur 168
Selamat Hari Guru Nasional untuk para pendidik, semoga jerih payah yang tertunai menjadi ibadah yang diterima, aamiin. Sepenggal pengalaman dalam perjalananku, ingin kuceritakan sebagai penyemarak Hari Guru Nasional tahun 2021. Kisah ini terjadi sekitar tahun 1990 an.
Dulu, umummya keadaan sekolah tidak sebagus sekarang. Terkesan agak gersang, terbatas fasilitas, peserta didiknya berjubel. Bedanya lagi, jam belajarnya lebih pendek. Jam satu siang peserta didik sudah bisa pulang, atau lanjut dengan kegiatan ekstrakurikuler. Orang tua peserta didik terlibat dalam pendanaan yang dikenal dengan sumbangan BP3. Dana ini berfungsi untuk menunjang kegiatan sekolah, terutama kegiatan peserta didik. Sedangkan biaya operasional biasanya bantuan dari pemerintah.
Sebagai seorang guru, aku mendapat tambahan tugas sebagai pembina Pramuka. Aku senang sekali dengan tugas ini. Melalui kegiatan Pramuka, kedekatan dengan peserta didik menjadi lebih kuat. Juga didalamnya sarat dengan nilai-nilai hidup, yang tertuang dalam Dasa Dharma Pramuka. Lewat kegiatan berkemah, jelajah desa dan kegiatan lainnya, penanaman nilai-nilai hidup pada peserta didik jadi lebih mudah tersampaikan. Di samping latihan di sekolah, kadang-kadang peserta didikku kulibatkan dalam lomba atau latihan bersama.
Suatu saat, datang undangan untuk mengikuti lomba Safari Camp. Setelah berembug dengan pihak sekolah akhirnya disepakati untuk ikut berpartisipasi. Peserta didikku mulai mempersiapkan diri. Hampir satu bulan mereka berlatih tanpa lelah. Empat hari menjelang lomba, ada pemberitahuan dari sekolah, agar keikutsertaan dalam lomba digagalkan. Permasalahan ada pada ketidak tersediaan dana. Pada saat itu kegiatan sekolah sangat tergantung dari sumbangan BP3 yang masuk. Maklumlah, sekolahku masuk katagori menengah ke bawah.
Bukan maksud membangkang keputusan sekolah. Tak bisa kubayangkan betapa kecewa hati peserta didikku, jika kegiatan itu digagalkan. Aku meminta pihak sekolah untuk mencari jalan keluar agar peserta didik tetap bisa mengikuti lomba. Aku juga mencoba berdialog dengan peserta didikku.
Hari yang ditentukan tiba. Peserta didikku sudah siap berangkat lengkap dengan perlatannya. Dana yang terkumpul hanya sedikit, itupun sumbangan dari orang tua peserta lomba. Hatiku tersentuh melihat wajah sendu peserta didikku.
“ Tenang, kamu tunggu di sini ya!” perintahku. Mereka mengangguk. Aku segera pergi ke pasar. Kebetulan sekolahku tak jauh dari Pasar Besar. Sampai di pasar,aku langsung menuju toko emas. Kulepas cicin yang melingkar dijariku untuk ditukar dengan uang. Alhamdulillah, tigapuluh enam ribu rupiah sudah di tangan. Setelah menyerahkan uang kepada ketua regu, kulepas peserta didikku untuk berlomba. Tak lupa kutitipkan pesan untuk berhati-hati, semangat, bekerja sama dan berdoa.
“ Mas maaf, tadi pagi cicin yang mas belikan, kujual,” ucapku saat duduk santai bersama suamiku, sepulang bekerja. Selanjutnya kuceritakan secara rinci kejadian yang membuatku memutuskan untuk menjual cicin.
“ Gak apa-apa, nanti kalau punya rejeki beli lagi.”
Jawaban tak terduga meluncur dari bibir suamiku. Alhamdulillah,suamiku baik sekali.
I love you,Mas!
Lomba Safari Camp ini berlangsung selama tiga hari dua malam. Pasti sangat menguras pikiran dan tenaga peserta maupun panitianya. Dalam lomba ini kemandirian dan kerja sama dalam kelompok sangat diuji. Pembina tak bisa membantu, hanya memantau dari jauh.Juga tak bisa berkomunikasi, waktu itu belum ada telephone genggam. Pemberangkatan dari kantor Kwarcab. Selanjutnya peserta naik sepeda angin menuju camp pertama, jaraknya kurang lebih 15 km. Di camp pertama mereka berkemah dan melakukan kegiatan. Hari berikutnya mereka kembali bersepeda menuju ke camp -2, jaraknya juga cukup jauh. Di camp-2 mereka kembali berkemah dan beraktifitas sesuai jadual. Keesokan harinya baru kembali ke kantor Kwarcab.
Kebahagiaan tak terkira, ketika saat pengumuman regu Kijang Kencana, peserta didikku dinobatkan sebagai juara pertama. Tangis haru menyertai saat penyerahan tropi. Serasa lenyap rasa lelah dan beratnya tantangan selama mempersiapkan lomba. Dikemudian hari, para peserta lomba ini menjadi penggerak pengembangan kegiatan Pramuka di sekolahku. Tanpa segan mereka ikut membantu, ketika aku harus mendampingi peserta didik pada tahun- tahun berikutnya. Sepuluh tahun kemudian, aku baru bisa membeli cincin lagi.
Alhamdulillah, kini aku sudah memasuki masa purna bhakti, setelah tiga puluh sembilan tahun mengabdi sebagai pendidik. Aku merasa bersyukur ditakdirkan menjadi pendidik. Banyak kenangan manis yang terukir bersama peserta didikku dari tahun ke tahun. Tegur sapa, perhatian, kasih sayang dan doa-doa mereka merupakan sumber kebahagiaanku saat ini. Harapanku mereka semua menjadi manusia yang bermanfaat. Aamiin
Malang, 25112021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Selamat Hari Guru Nasional. Semoga sehat dan sukses selalu buat Nurprawita Ratni
Aamiin yaa rabbal alamiin, Terima kasih doa dan ucapannya bapak Bambang Herru Bensetia, semoga bapak beserta keluarga juga sehat dan bahagia