Cuci Piring
#Tagur 160
Bu Tejo melepas nafas dengan kasar. Hatinya kesal. Sepulang mengantar pesanan ia berharap bisa istirahat. Tapi harapannya pudar, begitu melihat keadaan dapur masih berantakan. Panci dan penggorengan masih tetap bertengger di atas kompor. Gelas, mangkok, garpu, sendok masih tergeletak di bak cuci piring. Padahal sebelum berangkat ia sudah berpesan kepada Nindi, anaknya yang sudah kelas lima, untuk bantu cuci piring.
" Nindi!" teriak bu Tejo.
"Ya,bunda."
Seorang anak perempuan bertubuh gendut datang mendekat. Sambil mendekat tangannya masih asyik berselancar di permukaan gawainya.
" Hayo, hape terus yang dipegang!" hardik bu Tejo.
"Bagaimana ini, tugasnya belum selesai kok sudah main hape," sambungnya.
"Tugas yang mana, bunda?" sanggah Nindi.
" Tadi bunda kan nyuruh cuci piring, lihat tuh semua piring sudah dicuci," sambung Nindi seraya menunjuk ke arah rak piring.
"Astaghfirullah," ucap bu Tejo seraya menarik nafas panjang. Sebenarnya ingin marah, tapi Nindi tak salah. Ia sudah memenuhi perintahnya, yaitu cuci piring.
Malang ,17112021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Pinter Nindi.... Pentigraf keren Bund....
Terima kasih apresiasi dan kunjungannya. Semoga sehat selalu, salam literasi