Bakti Pada Bapak (1)
#Tagur 162
Namanya Rasyid. Usianya sudah tak muda lagi, menjelang tujuh puluh empat tahun. Berjalannya masih tegap, meski gerakannya tak lagi gesit. Seperti biasa, setiap pagi pukul setengah tujuh, ia telah selesai sarapan pagi bersama anak, menantu dan kedua cucunya. Anaknya berangkat bekerja, cucunya berangkat sekolah. Pak Rasyid juga meninggalkan rumah menuju sebuah tikungan yang tak jauh dari rumahnya. Butuh waktu lima belas menit jika berjalan kaki.
"Assalamu alaikum," sapa Pak Rasyid, begitu sampai di warung kecil Pak Tejo yang letaknya di seberang tikungan. Pak Tejo berjualan rokok dan kopi.
"Waalaikum salam," jawab Pak Tejo dan Pak Didik hampir bersamaan. Pak Didik adalah pengemudi becak yang biasa mangkal di warung Pak Tejo. Ada juga Pak Tomo, yang seprofesi dengan Pak Didik, hanya saja Pak Tomo lebih sering berkeliling untuk cari penumpang.
Setelah ngobrol sejenak, Pak Rasyid mulai beraksi. Di tikungan itu Pak Rasyid membantu pengendara agar mudah putar balik. Mengurai kemacetan akibat pengendara yang tak mau saling mengalah. Ada pengendara yang mengulurkan tangan memberikan sedikit uang sebagai ucapan terima kasih atas bantuan yang diberikan. Banyak juga yang berlalu begitu saja. Tapi Pak Rasyid tak pernah mengeluh, baginya bisa membantu orang adalah suatu kebahagiaan.
Malang, 19112021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar