RENUNGAN TULISAN HARI KE-705 NILAI FILOSOFI ES DAWET (PART-2)
Oleh: Nurokhim, S. Ag. S.Kons.
Marwoto berpikir sejenak tentang pertanyaan gurunya. Apa mungkin kaidah usul fiqih ma la yatimmul wajib illa bihi fahuwa wajib perkara yang menjadi penyempurna dari perkara wajib, hukumnya juga wajib itu terapkan pada peristiwa transaksi dengan bapak penjual es dawet tadi.
Setelah Marwoto sejenak berpikir, tiba-tiba dia berkata, “ Ah, benar guru! Saya jadi teringat sebuah ungkapan “Ketika kita menanam padi, mungkin rumput ikut tumbuh. Namun, ketika kita menanam rumput, tidak mungkin padi ikut tumbuh,” sahut Marwoto riang gembira seakan menemukan barang yang hilang.
“Artinya apa Marwoto?” tanya Pak Lurah kepada Marwoto, anaknya.
“Maksudnya ayah, saat kita melakukan kebaikan, mungkin hal buruk akan ikut mengiringi. Namun, ketika kita melakukan keburukan, tidak akan mungkin muncul kebaikan,” ujar Marwoto menjelaskan kepada ayahnya.
“Ahsanta wahai muridku!” sahut Den Bagus. “Begini Pak Lurah, anggap saja usaha kita menanam padi disamakan dengan usaha kita untuk ‘menanam’ kebaikan dan kita anggap rumput sama seperti keburukan atau kesalahan yang telah kita lakukan. Maka setiap kita menanam padi, pasti ada saja gulma kecil yang ikut tumbuh. Walaupun kita telah mencabutnya, tetap saja akan tumbuh lagi. Sama halnya setiap kita berbuat kebaikan, pasti saja ada keburukan/kesalahan kecil yang kita perbuat. Walaupun kita telah berusaha untuk menghilangkan keburukan tersebut, pasti saja akan muncul lagi,” jelas Den Bagus.
“Bagaimana guru, jika kita membiarkan gulma yang kecil itu tetap tumbuh guru…?” tanya Marwoto.
“Ya sudah pasti gulma tersebut bisa akan menjadi lebih banyak dan lebih besar dan akan mendominasi daripada padi itu sendiri bahkan bisa membunuh tanaman padi tersebut,” sahut Pak Lurah.
“Ya benar sekali apa kata Pak Lurah, jika demikian itu sama halnya kita membiarkan keburukan kita tanpa berusaha untuk menghilangkannya atau memperbaikinya, lama kelamaan keburukan tersebut akan lebih dominan daripada kebaikan anda bahkan bisa membuat diri kita tidak jarang berbuat kebaikan,” jelas Den Bagus.
“Maksudnya, jika kita hanya berbuat keburukan, maka tidak mungkin kebaikan kita juga ikut muncul?” tanya Marwoto.
“Benar sekali muridku! kita tidak bisa berbuat kebaikan dengan sempurna. Pasti ada kesalahan walaupun sangat kecil. Tapi setidaknya kita telah berusaha untuk menjaga agar kesalahan tersebut tidak menjadi besar dengan cara ‘mencabutnya’ dengan segera,” tutur Den Bagus.
“Tetapi guru? Saya pernah mendengar ucapan Almaghfurlah Abuya K.H Abdurrahman Nawi yang mengatakan “Tanam padi rumput ikut, tanam rumput padi luput. Namun maknanya lebih luas,” papar Marwoto.
“Apa yang kamu pelajari dari Abuya K.H. Abdurrahman Nawi?” Tanya Den Bagus pada Marwoto muridnya itu.
“Tanam padi rumput ikut, tanam rumput padi luput, tuntut akhirat dunia ikut, tuntut dunia akhirat luput. Itu maknanya apa guru.”
“Itu makna yang lebih luas bahwa suatu perbuatan kalau kita niatkan karena Allah, dunia pasti ikut, tetapi kalau suatu perbuatan diniatkan karena dunia semata-mata, akhirat akan luput,” jelas Den Bagus.
“Oh begitu! Tetapi itu tidak berarti kita harus sholat terus, ngaji terus, berdoa terus.. Gak usah sekolah, gak usah kerja, gak usah main gitu?! ” tanya Marwoto penasaran.
“Tentu saja tidak..!” sahut Den Bagus. “Ingat, ibadah bukan hanya berupa ritual seperti sholat, puasa, membaca Al-Quran, dsb. Namun, apapun yang kita lakukan sehari-hari juga dapat bernilai ibadah di mata Allah. Semua itu bergantung NIAT. Ya, innamal a’maalu binniyaat – sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung dari niat. Artinya, suatu perbuatan yang sama tetapi niatnya berbeda, ya hasilnya akan berbeda pula,”
“Itulah janji Allah, ketika kita menjadikan akhirat sebagai orientasi hidup kita, maka kebutuhan-kebutuhan duniawi kita akan dipenuhi pula oleh-Nya, bahkan tanpa harus kita pinta, Sebagaimana ketika membeli es dawet, kita akan dapat banyak bonus tanpa harus kita pinta. Amat mustahil bapak penjual es dawet memberikan hanya cendol saja tanpa part-part lain yang mendukungnya. Begitupun Allah, ketika Allah tujuan kita, Ibadah wasilah kita, akhirat orientasi hidup kita maka mustahil Allah tak memberikan bonus-bonus lain bahkan tanpa kita pinta.”
“Begitupun sebaliknya, jika kita pergi ke sebuah toko dan membeli gelas plastik, apakah kita juga akan mendapatkan es dawet? Tentu tidak. Es dawet mustahil kita dapatkan sebab yang menjadi prioritas kita adalah gelas plastik. Sama halnya jika hal duniawi menjadi orientasi hidup kita, maka akhirat mustahil kita dapatkan.” Jelas Den Bagus.
“Wah benar sekali guru! Ternyata kita bisa mengambil pelajaran dan hikmah dari penjual es dawet,” ujar Marwoto.
“kalau tadi adalah dalil aqli, apakah Nak Marwoto masih ingat dalil naqlinya?” tanya Den Bagus pada Marwoto.
Bersambung…
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren
Alhamdulillah Barokallah, karya yang keren dan menewen, lanjutkan berbagi, salam sehat dan sukses selalu Bapak Nurrokhim
Dalil aqli dan naqli keduanya memang wajib kita pelajari. Karya dan ulasan keren Ustadz. Kajian ilmu yang luar biasa. Terima kasih Ustadz.
Tanam padi rumput ikut, tanam rumput padi luput, tuntut akhirat dunia ikut, tuntut dunia akhirat luput. Ulasan yang menambah wawasan. Semoga sehat dan sukses selalu buat Bapak Nurokhim
Selalu keren tulisan nya,, sukses selalu pak.
Selalu keren mencerahkan... barokallah