RENUNGAN TULISAN HARI KE-195 RASULULLAH SEBAGAI PRIBADI YANG SANGAT EFEKTIF (PART-16)
Oleh: Nurokhim, S. Ag. S.Kons.
Rasulullah Muhammad SAW. Jika Beliau diberikan dua pilihan, tidaklah Beliau memlilih dua pilihan tersebut, melainkan Beliau SAW. akan memilih yang paling mudah, selagi tidak mengandung dosa. Jika mengandung dosa, beliau orang pertama yang menghindarinya. Dan beliau senantiasa berdakwah kepada kemudahan, kelemahlembutan, dan tidak mempersulit.
Hal ini sesuai dengan apa yang disampiakan oleh Umul Mukminin, Aisyah RA, beliau menuturkan, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidaklah beliau memilih di antara dua perkara, melainkan beliau akan memilih yang paling ringan di antara kedua pilihan tersebut, selama tidak mengandung dosa. Namun jika mengandung dosa, maka beliau adalah manusia yang paling jauh darinya. Demi Allah, beliau tidak pernah marah karena kepentingan pribadi, dan jika kehormatan Allah dilanggar, maka beliau marah karenaNya. (HR. Bukhari)
Sikap bijak Nabi SAW dalam menentukan satu urusan, khususnya terkait kepentingan umatnya sungguh menunjukkan pribadi proaktif. Hal ini terlihat dari hadis di atas, ketika beliau dihadapkan pada dua pilihan, beliau memilih pilihan yang paling ringan dan paling mudah serta tidak memberatkan, selama pilihannya tersebut bukan merupakan perkara yang dilarang, menyalahi aturan, atau mengandung dosa. Begitupun beliau tidak pernah marah selama tidak menyinggung kehormatan Allah SWT. Kalaupun marah, marahnya karena Allah SWT.
Namun jika itu menyangkut perkara yang mengandung dosa, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang paling pertama membencinya dan paling menjauhinya. Begitulah hendaknya setiap kita juga demikian, kita boleh memilih pilihan yang ringan dan memudahkan selama tidak menyenggol pada yang dilarang dan diharamkan, dan senantiasa berusaha menghindarkan diri sejauh-jauhnya dari perbuatan yang haram dan perbuatan dosa.
Dalam Shahih Muslim pada Riwayat Jabir disebutkan Rasulullah bersabda “ Allah tidak mengutusku untuk menyusahkan dan tidak pula membuat bingung, tetapi Allah mengutusku untuk mengajarkan dan memudahkan”
Dalam hadis lain, baginda pernah berdoa, “Ya Allah, barangsiapa yang diberi tanggung jawab untuk menangani urusan umatku, lalu ia mempersulit mereka, maka persulitlah hidupnya. Dan barangsiapa yang diberi tanggung jawab untuk mengurusi umatku, lalu ia memudahkan urusan mereka, maka mudahkanlah hidupnya.” (HR Muslim)
Untuk itu Rasulullah SAW sangat mengecam terhadap perilaku ‘mempersulit’ urusan orang lain, termasuk untuk hal yang bernilai ibadah atau kebaikan. Dalam sebuah riwayat dalam Shahihain, diceritakan bahwa pernah suatu hari Rasulullah SAW menegur salah seorang sahabat beliau, Mu’adz bin Jabal r.a., karena ‘shabatnya itu’ telah membaca salah surat dalam al-Quran al-Quran yang terlalu panjang (Surat Al-Baqarah) -- untuk ukuran para makmumnya -- ketika ‘sahabatnya itu menjadi imam dalam shalat jamaah di masjid kampungnya di Bani Salamah (sekarang dikenal dengan masjid Qiblatain), sehingga dirasakan ‘memberatkan’ para makmumnya (HR Bukhari-Muslim).
Rasulullah pun menegur Mu’adz, lalu bersabda, “Sesungguhnya di antara kalian ada yang membuat lari orang lain.”
Rasulullah SAW sangat menganjurkan kita selaku umatnya agar memudahkan semua urusan dan bukan mempersulitnya. Sehingga orang menerima dan menjalankan dengan lapang dada dan senang.
Nabi SAW berpesan kita selaku umatnya untuk memberikan kemudahan dalam semua urusan dan bukan mempersulitnya, agar orang yang punya urusan itu tenteram hatinya, tidak waswas, khawatir dan takut. Rasullah shallallahu alaihi wasallam telah berpesan kepada Abu Musa dan Mu’ad bin Jabal tatkala mengutus keduanya ke Yaman. Rasulullah SAW bersabda,
“yassiru wala tu’assiru wabasysyiru wala tunafiru” mudahkanlah dan janganlah engkau persulit orang lain dan berilah kabar gembira pada mereka, jangan membuat mereka menjadi lari. (HR Bukhari-Muslim dari Anas bin Malik r.a.)
Memudahkan urusan orang lain adalah perbuatan baik yang sangat mulia. Memudahkan urusan orang lain itu tidak selalu harus ketika berurusan langsung dengan seseorang. Bahkan setiap saat sebenarnya kita bisa memudahkan urusan orang lain. Banyak sekali peluang untuk berbuat baik dengan memudahkan urusan orang lain.
Kalimat ini akhirnya menjadi kalimat doa yang diajarkan Rasulullah kepada umatnya dengan kalimat “Allahumma yassir walaa tu’assir .” Ya Allah permudahlah dan jangan Engkau persulit!. Seakan akan Rasulullah ingin mengatakan “sesungguhnya Allah selalu mempermudah hambanya.” Sejatinya hal-hal yang baik selalu berasal dari Allah SWT. Sebaliknya, ketika terjadi suatu keburukan maka seorang hamba itu sendirilah pelakunya.
Sebuah pelajaran yang sangat berharga dari Rasulullah SAW untuk kita, khususnya kepada kepada para pendakwah untuk mempermudah dalam mengajarkan agama Islam. Jangan menakut-nakuti, mengancam, membawa kabar buruk. Namun, sampaikanlah dakwah agama Islam dengan suka cita, ramah, dan memberi kabar gembira.
Inilah pribadi proaktif, pribadi yang melekat pada diri Rasulullah SAW yang senantiasa memotivasi para umatnya untuk berdoa kepada Allah SWT. sebagai salah satu penyempurnaan wujud seorang hamba Tuhan. Baik dalam keadaan suka maupun duka.
Atau dalam hadits lain dinyatakan,
“Barangsiapa membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Barangsiapa memberi kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan di dunia dan akhirat. Barang siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya sesama muslim. Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan ke surga baginya. Tidaklah sekelompok orang berkumpul di suatu masjid (rumah Allah) untuk membaca al-ur'an, melainkan mereka akan diliputi ketenangan, rahmat dan dikelilingi para malaikat, serta Allah akan menyebut-nyebut mereka pada malaikat-malaikat yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa yang ‘ketinggalan’ amalnya, maka nasabnya tidak juga akan meninggikannya.” (HR Muslim dari Abu Hurairah r.a.)
Bersambung...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar