Menghentikan Kebenaran
Saya rasa semua orang memiliki pemahaman yang sama dengan saya bahwa memiliki kemampuan dan kemauan membaca adalah hal yang penting—bahkan sangat penting—dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Mengapa demikian, ya karena banyak sekali hal-hal yang mengharuskan kita untuk bisa membaca agar mampu melakukan sesuatu dengan baik dan benar. Contohnya, saat membeli sebuah alat elektronik, kita sebaiknya membaca dan memahami isi buku panduan yang disediakan. Jika kita bisa mengikuti langkah-langkah yang disarankan secara benar, besar kemungkinan alat tersebut akan bisa kita operasikan dengan baik dan juga lebih awet.
Namun demikian, kemampuan seseorang dalam membaca dan memahami tulisan, memang bukan sebuah jaminan bahwa seseorang akan melaksanakan apa yang sudah dibaca dan dipahami. Hal itu tergantung pada kesiapan mental dan usaha seseorang dalam hal mengendalikan egonya.
Suatu contoh sederhana yang bisa jadi sering kita temui sehari-hari adalah seseorang yang mengetahui dan memahami aturan lalu lintas, tak serta merta selalu dibarengi oleh kepatuhannya terhadap isi dari aturan-aturan tersebut. Pernahkah Anda berhenti di sebuah di sebuah traffic light karena lampunya menyala merah, tetapi tiba-tiba mak jegagik dikagetkan oleh sebuah sepeda motor yang nyelonong menerobos lampu merah?
Saya yakin bahwa orang-orang yang demikian—bisa juga saya atau Anda—tahu dan memahami bahwa ketika lampu merah menyala di traffic light, artinya seorang pengendara harus berhenti. Aturan itu berlaku bagi semuanya, kecuali ada beberapa kendaraan yang memang diperbolehkan karena alasan kedaruratan.
Sialnya, terkadang jumlah orang-orang yang menerobos lampu merah lebih banyak daripada orang-orang yang berusaha patuh terhadap aturan dan memilih untuk berhenti menunggu lampu menyala hijau. Bahkan, saking minoritasnya, ada kesan bahwa orang-orang yang berhenti di lampu merah merupakan orang-orang kurang kerjaan karena kalah jumlah oleh jumlah mereka yang melanggar aturan. Mungkin inilah—meminjam istilah yang dipopulerkan oleh Dewa dalam lagunya yang berjudul Hidup Adalah Perjuangan—yang disebut sebagai 'kebenaran bukan kenyataan.'
Jika hal tersebut terjadi secara terus-menerus, bukan tidak mungkin orang-orang yang pada awalnya taat aturan dan berhenti saat lampu merah menyala, suatu hari juga akan mengikuti jejak mereka yang melanggar aturan. Bisa jadi akhirnya mereka bertanya pada diri sendiri, "Mengapa saya harus menaati aturan dan berhenti jika yang lainnya bebas melenggang tanpa pernah sekalipun mendapatkan hukuman atas pelanggaran yang mereka lakukan?"
Dengan demikian, hendaknya kemampuan kita dalam membaca dan memahami suatu hal harus diikuti oleh kemauan dan kesedia-rela-an untuk mengamalkan pemahaman tersebut agar tercipta suatu kondisi dan situasi yang baik bagi semuanya.
Dan sampai pada kalimat ini saya mulai menyadari bahwa saya sendiri seringkali tidak bisa mengamalkan hal-hal yang sudah saya ketahui dan yakini kebenarannya dari hasil membaca. Bahkan, saya juga tidak tahu mengapa kok bisa-bisanya hal yang begini remeh kok ya saya tulis. Entahlah.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar