Nurohman

Seorang pemulung aksara yang gemar mengais dan memungut serakan kata dari keranjang bahasa lalu merangkainya menjadi tumpukan rasa. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
JANGAN MENJADI PROLETAR YANG BORJUIS

JANGAN MENJADI PROLETAR YANG BORJUIS

Sebagai seorang penggemar bola ecek-ecek atau kaleng-kaleng, saya tidak bisa hanya memiliki satu tim atau klub favorit di liga-liga benua biru. Saya jelas tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Mauricio Dos Anjos, seorang penggemar klub Flamengo yang berani memutuskan untuk menato sekujur tubuhnya dengan gambar jersey klub kesayangannya.

Di La Liga Spanyol, saya menyukai gaya permainan Barcelona, sejak masih ditangani Joseph Pep Guardiola hingga kini di bawah asuhan Xavi Hernandez. Tiki-taka yang menjadi ciri khas Barca benar-benar membius saya yang sebelumnya tidak begitu tertarik menonton bola.

Di Bundesliga Jerman, Borussia Dortmund menjadi tim yang entah mengapa saya pilih meskipun tidak begitu banyak kesempatan untuk menyaksikan permainannya. Mungkin karena saya menyukai Jurgen Klopp, pelatihnya saat itu, yang bisa meramu squad yang biasa-biasa saja menjadi tim yang bagus dengan mengandalkan kolektivitas dan kerjasama tim dalam sebuah permainan yang menekan. Apa yang dilakukan oleh Klopp seirama dengan yang dilakukan oleh Diego Simeone bersama Atletico Madrid.

Berikutnya, di Premier League, sejak ditangani oleh Roberto Mancini, Manchester City menjadi sebuah klub di Premier League-nya Inggris yang saya sukai permainnya. Dari semua tim-tim tadi, ada satu kesamaan yang membuat saya mendukungnya. Saya menganggap, semuanya bisa menggeser dominasi dari klub-klub besar yang terlalu kuat dan langganan menjadi juara di masing-masing negara. Barcelona dan Atletico Madrid bisa menggeser dominasi Real Madrid di Spanyol. Dortmund mengobrak-abrik keperkasaan Bayern Munchen di Jerman. Dan Manchester City bisa mengusik tetangganya, Manchester United di Inggris.

Memiliki lebih dari satu tim favorit bagi saya memiliki banyak keuntungan. Jika semuanya menang, saya merasakan berkali-kali kepuasan dan kesenangan. Jika salah satu kalah, masih ada beberapa yang kemungkinan besar menang. Jadi, tidak perlu merasakan kekecewaan dan kesedihan yang mendalam. Dan nikmatnya, jarang sekali dari tim-tim tadi mengalami kekalahan pada saat yang bersamaan. Akan tetapi, ketika harus menyaksikan tim-tim tadi saling menyingkirkan di ajang Liga Champions, hal semacam itulah yang menyedihkan dan tidak mengenakkan.

Nah, dini hari tadi ketika menyaksikan pertandingan Manchester City kontra Tottenham Hotspurs, City kalah secara dramatis. Sebuah goal dari Harry Kane pada menit ke 95 membuat City merasakan kekalahan lagi setelah selama 15 kali pertandingan mereka lewati tanpa kekalahan sekalipun. Terakhir kali, mereka kalah dari Crystal Palace pada Oktober 2021. Waktu selama itu jika dimanfaatkan oleh petani untuk menanam padi sudah bisa menghasilkan gabah yang melimpah. Oleh karena itu, kekalahan tersebut terasa begitu pahit dirasakan.

Akan tetapi, ada baiknya juga ketika City mengalami hal tersebut. Pertama, agar liga Inggris tidak seperti Bundesliga atau Serie-A Italia yang terkesan membosankan karena juaranya itu-itu saja. Kedua, agar Manchester City tetap ingat bahwa mereka tidak boleh lengah dan harus tetap berusaha lebih keras untuk bisa menjadi juara karena dengan berkurangnya jarak poin dengan peringkat kedua, liga Premier mejadi terasa kembali kompetitif dan lebih banyak tim memiliki peluang untuk menjadi juara.

Jika Manchester City selalu menang dan akhirnya menjadi juara lagi, bukankah Premier League akan terasa seperti Serie-A Italia yang selalu didominasi oleh Si Nyonya Tua alias Juventus—sebelum diusik oleh Inter Milan musim lalu—dan tak ada bedanya dengan Bundesliga yang dikuasai oleh Munchen.

Jadi, terkadang kekalahan memang perlu disyukuri dan dinikmati demi menjaga ritme dan daya tarik sebuah kompetisi. Jadi, sudahkah Anda siap untuk kalah esok hari? Dan bentuk selebrasi apa yang akan Anda lakukan untuk mensyukurinya nanti? Jangan biarkan semangat proletariat dalam diri kita akhirnya menjadi sebentuk borjuisme baru karena terlalu berprestasi. Eh.

Nganjuk, 20 Februari 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post