No Hijab Day? Antara Yasmine Mohammed, Nazma Khan dan Hijrah Indonesia
Tantangan Menulis Hari ke -18
#TantanganGurusiana
Terusik dengan gerakan No Hijab Day yang viral di media sosial, saya mencoba googling untuk mencari tahu lebih banyak tentang gerakan ini. Saya sebut gerakan karena mereka mempunyai agenda yang jelas: dehijabisasi. Media sosial yang memang ampuh untuk mempromosikan gerakan pun tak ayal dimanfaaatkan.
Di laman Facebooknya, Hijrah Indonesia yang merupakan pengusung No Hijab Day di Indonesia, mengajak muslimah WNI untuk mengunggah foto tanpa alas kepala baik berupa jilbab atau kerudung di akun media sosial masing-masing. Alasan yang mendasari gerakan ini adalah keprihatinan akan hijabisasi dan niqabisasi yang dianggap sebagai budaya Arab yang masif terjadi di tiga dan satu dekade terakhir ini. Menurut laman ini hijabisasi yang dianggap sebagai budaya Arab akan menggerus budaya asli Indonesia. Di sampul lamannya tertulis dengan tagar #Muslim Nusantara. Sejumlah ayat Al Quran pun dijadikan argumen untuk gerakan dehijabisasi ini. Saya berharap setidaknya menemukan satu ayat yang tersurat atau tersirat tentang ketidakwajiban hijab bagi muslimah.Saya amati satu persatu, namun tidak satupun dijumpai yang mendukung dehijabisasi ini. Tanpa sadar saya tertawa. Ternyata ketika berbicara tentang Al Quran, mereka sama awamnya dengan saya.
No Hijab Day membawa saya pada sebuah nama. Yasmine Mohammed. Awalnya saya kira dia orang Indonesia, bagian dari Hijrah Indonesia. Ternyata setelah saya telusuri Yasmine Mohammed adalah seorang perempuan Arab yang tumbuh dan besar di Kanada. Pengalaman dan pernikahan yang buruk dengan seorang pengikut Al Qaeda telah membawanya keluar dari Islam. Yasmine Mohammed mengklaim dirinya sendiri sebagai The ex-Muslim, bekas Muslim. Artinya dia menyatakan diri keluar dari aqidah dan agama Islam. Gerakannya terang-terangan menentang Islam. Salah satunya adalah dehijabisasi yang gencar dipromosikan dan dikampanyekan ke negara-negara yang mayoritas penduduknya muslim. Dan tanggal 1 Februari dipilih sebagai hari tanpa hijab sedunia, No Hijab Day.
Bukan tanpa alasan tanggal ini dipilih. Ini adalah upaya tandingan terhadap World Hijab Day yang digagas beberapa tahun sebelumnya oleh Nazma Khan, seorang imigran asal Bangladesh di Amerika, yang diperingati setiap 1 Februari. Pengalaman buruk dihina dan dicemooh karena berhijablah yang mendasari Nazma Khan membuat gerakan yang saat ini gaungnya telah merambah ke 190 negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Meski secara ide dan gerakan keduanya berlawanan, namun ada benang merah di antara Yasmine Mohammed dan Nazma Khan. Keduanya ingin merdeka untuk memilih jenis pakaian, yang didasarkan pengalaman pahit masing-masing. Yasmine Mohammed menganggap berhijab adalah bentuk penindasan, sebaliknya Nazma Khan menganggap pilihan untuk berhijab adalah sebuah kemerdekaan.
Bagaimana dengan Hijrah Indonesia? Mengusung nama hijrah yang berasal dari bahasa Arab yang artinya berpindah, gerakan ini menurut penggagasnya dibuat justru untuk mencegah Arabisasi yang ditandai dengan maraknya pemakaian jilbab dewasa ini. Meski mengaku tidak selalu setuju dengan pandangan keislaman Yasmine Mohammed, Hijrah Indonesia jelas-jelas mendukung dehijabisasi yang digagas oleh bekas muslim tersebut. Bila Yasmine Mohammed berdalih bahwa hijab adalah bentuk penindasan, maka Hijrah Indonesia justru memberi argumen teologis bahwa hijab bukanlah perintah agama melainkan hanya budaya belaka. Sebagai budaya pemakaian hijab dianggap akan menghilangkan budaya asli Indonesia yang menurut mereka tanpa tutup kepala. Ayat-ayat Al Quran pun dinukil untuk melegitimasi gerakan ini dari sudut agama, yang justru tidak satu pun ayat yang dinukil amenyinggung tentang hijab dalam nash-nya. Menganggap bahwa hijab adalah budaya Arab yang akan menggerus budaya Nusantara juga membuka perdebatan tentang apa dan bagaimana budaya Nusantara itu sendiri. Bila itu tentang pakaian, tidak ada kesepakatan tentang pakaian Nusantara. Kebaya? Bukankah itu berasal dari China? Pemakaian kemben? Bukankah hanya orang Jawa saja yang memakai kemben degan bahu terbuka sementara orang Minang memakai baju kurung?
Dalam konteks Indonesia pemikiran dasar gerakan dehijabisasi yang diinisiasi oleh Yasmine Mohammed ini memang tidak menemukan relevansinya. Secara umum di Indonesia sebagian besar perempuan memakai jilbab didasarkan keinginan sendiri, entah karena kesadaran beragama atau karena fashion semata. Ada daerah tertentu yang mengeluarkan Perda tentang kewajiban berhijab bagi perempuan, tapi itu bisa dihitung dengan jari. Daerah ini biasanya mengadopsi hukum Islam dalam tata laksana pemerintahannya. Namun sampai saat ini tidak ada kasus pembunuhan karena menanggalkan hijab yang menurut Yasmine Mohammed lazim terjadi di negara-negara Islam. Wallahu'alam.
Oleh karena itu gerakan dehijabisasi yang digalakkan oleh Hijrah Indonesia secara filosofis hakikatnya berseberangan dengan gerakan yanghh diinisiasi oleh Yasmine Mohammed. Yasmine berangkat bertitik tolak dari penentangannya terhadap Islam, Hijrah Indonesia justru bersifat teologis, ingin meluruskan pemahaman bahwa hijab bagi perempuan tidaklah wajib. Kendati demikian jelas mereka mempunyai target bersama yaitu hijab dengan segala bentuknya.
Efektifkah gerakan No Hijab Day yang digagas oleh Hijrah Indonesia ini? Menurut hemat saya akan ada saja peserta lomba buka jilbab di media sosial ini. Mereka yang memakai jilbab karena fashion dan karena ikut-ikutan menjadi segmen potensial gerakan ini. Begitu juga yang sedang mencari jati diri. Namun yang sungguh-sungguh berhijab karena perintah agama dan mereka yang menemukan kenyamanan dalam berhijab tidak akan terpengaruh sedikitpun. Saya yakin yang terakhir ini jumlahnya jauh lebih banyak. Buat orang-orang teguh seperti ini lomba buka hijab ini tidak lebih dari sekadar mencari sensasi. Kalau orang Medan bilang cuma lawak-lawak.
Kendati demikian tugas berat menanti kita para orangtua. Sudah saatnya menanamkan ajaran agama disertai argumen yang mendasar mengapa ajaran-ajaran ini harus diamalkan. Mengapa harus menutup aurat dan bagaimana asbabun nuzul ayat tentang itu diturunkan, agar tidak menjadi sekedar fashion dan mudah diombang-ambingkan. Pun kepada anak laki-laki kita. Ajarkan mereka menundukkan pandangan dan menghormati perempuan. Tanamkan pada anak laki-laki kita bahwa perempuan bukanlah komoditas. Mereka adalah calon ibu di masa depan. Perempuan juga adalah ibu, kakak, adik dan anak. Tidak semata lawan jenis yang bisa diperlakukan seenaknya. Karena kalau kita alpa, tidak tertutup kemungkinan akan bermunculan Yasmine Mohammed-Yasmine Mohammed yang baru. Nauzdubillah minzalik.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar