Nurli Yanti

Hanya seorang guru bagi anak-anak di sekolah , istri bagi suami tersayang, dan ibu bagi anakku. Tidak sering menulis, baru mau belajar rajin menulis 😁...

Selengkapnya
Navigasi Web

Hadiah Ibu Guru

Hari ke-61 #TantanganGurusiana

“Sekarang tanggal 31 Januari kan?” Tanya Dika pada Ardi. Sudah beberapa kali Dika menanyakan hal yang sama.

Ardi mengangguk, “Mengapa tanya tanggal melulu, sih?”

“Lho, bukannya setiap akhir bulan, ibu guru pasti mengumumkan siapa saja yang rajin sekolah?” Kata Dika penuh semangat.

“Terus? memangnya kenapa?”

“Aku penasaran, kira-kira apalagi ya yang akan ibu guru kasih?” Dika tersenyum lebar.

“Oh, aku mengerti.” Ardi menunjuk pensil pada wajah Dika, “Alasan kamu rajin sekolah karena hadiah ibu guru ya?”

“Iya, dong. Bulan kemarin kan aku tidak dapat hadiah karena sering tidak masuk.”

Ardi geleng-geleng kepala menghadapi sikap teman sebangkunya itu. Bagi Ardi, sekolah itu penting, jadi harus rajin. Bukan perkara mau diberi hadiah atau tidak. Ardi tidak pernah absen. Ia salah satu murid paling rajin di kelas empat. Mungkin pemikiran Dika lain lagi. Dika semangat masuk sekolah karena ingin mendapat hadiah dari ibu guru.

Hari itu, pembelajaran berjalan seperti biasa. Jam sudah menunjukkan pukul 13.50. Waktunya pulang tinggal 10 menit lagi. Ibu guru sudah menutup pembelajaran. Anak-anak diberi tugas kelompok untuk mewawancarai keluarga tentang kegemaran.

Dika tersenyum saat Ibu guru memegang buku kehadiran. “Sebentar lagi, Di.”

“Alhamdulillah, kehadiran anak-anak di kelas empat semakin tinggi. Semakin sedikit anak yang malas sekolah. Ibu sangat senang.” Suara ibu guru terdengar riang. “Seperti janji ibu di bulan sebelumnya, hari ini ibu akan memberi hadiah pada anak-anak yang berhasil masuk full.”

Anak-anak spontan tepuk tangan. Mereka bersemangat menanti hadiah dari ibu guru.

“Aji, Esa, Reva, Risa, Ardi, Dika, Fauzi, Ican, Mei,” Ibu guru mulai memanggil nama-nama anak yang rajin sekolah. Anak yang dipanggil maju ke depan kelas. “Sandi, Fitri, Nasywa, Nayra, Tama, Khairul, Sifa, Asyifa, Zahira, Ranti, dan Rizki.”

Ibu guru mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. “Kali ini, ibu akan memberikan pulpen. Semoga bermanfaat ya.”

Anak-anak menerima hadiah ibu guru dengan senang, kecuali Dika. Wajahnya tak ceria seperti sebelumnya.

Setelah kelas bubar, Ardi bertanya pada Dika. “Kok kamu malah cemberut begitu, Dik? Bukannya senang sudah diberi hadiah?”

“Apaan hadiahnya cuma pulpen. Pulpen kayak gini, di warung juga banyak.”

“Eh, kok begitu? Belajar menghargai pemberian orang dong. Apalagi pulpen itu hadiah dari ibu guru.”

“Aku menghargai kok. Buktinya aku terima pulpen dari ibu guru.” Sanggah Dika.

“Tapi kamu ngeyel di belakang bu guru. Ga baik, tahu!”

“Iya deh, maaf.”

Ardi menghela nafas, “Sekecil apa pun pemberian orang lain, hargai. memang kalau melihat harga, siapa pun bisa membeli pulpen ini. Tapi, kalau melihat nilai, sungguh berbeda banget lho.”

“Maksudnya?” Dika bertanya sambil menendang kerikil yang menghalangi langkahnya.

“Kita punya pulpen ini sebagai bukti bahwa kita rajin sekolah. Kalau sekedar beli pulpen, tidak ada nilainya, tidak ada sejarahnya. Bagiku, apa pun yang aku terima dari ibu guru, mau kecil atau besar, mau murah atau mahal, sama-sama berharganya.”

Dika terdiam. Ardi menang telak. Nasihat Ardi membekas di hati Dika. Rasa malu mulai menghinggapinya. Sambil memandang pulpen, Dika bergumam dalam hati, “Terimakasih atas hadiahnya ya bu guru. Dika janji akan memperbaiki sikap Dika. Dika mau belajar menghargai pemberian orang lain.”

Ardi menyiku Dika yang senyum-senyum sendiri, “Lama-lama aku khawatir lihat kamu, Dik. Sebentar senyum, terus cemberut, sekarang senyum lagi.”

Dika tertawa, lesung pipinya terlihat. “Tidak apa-apa, kan ada kamu, Di, yang rajin menasihatiku. Makasih banyak ya, sobat!”

Mereka berdua pun pulang dengan hati lapang. Hadiah dari ibu guru sudah mengajarkan sesuatu yang berharga bagi Dika.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

mantap

23 Mar
Balas

Terimakasih.

23 Mar



search

New Post