[email protected]

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
BEST PRACTICE NURLIYANI PRATIWI

BEST PRACTICE NURLIYANI PRATIWI

Tujuan yang ingin dicapai:

Meningkatkan kemampuan peserta didik pada kompetensi dasar mengidentifikasi informasi (orientasi, pengungkapan peristiwa, menuju konflik, puncak konflik, dan resolusi) dalam teks cerita sejarah lisan atau tulis dengan model Problem Based Learning (PBL) dengan diintegrasikan metode Mind Mapping.

Situasi:

Kesulitan yang dialami peserta didik dalam mengidentifikasi informasi, (orientasi, pengungkapan peristiwa, menuju konflik, puncak konflik, dan resolusi) dalam teks cerita sejarah menjadi kendala ketercapaian hasil pembelajaran. Hal ini dipengaruhi pemilihan model dan metode yang belum tepat dalam pembelajaran materi Teks Cerita Sejarah. Apalagi kegiatan mengidentifikasi atau menganalisis merupakan tingkat kognitif yang tidak mudah bagi peserta didik karena masuk ke dalam C4 yang merupakan LEVEL HOTS.

Kesulitan mengidentifikasi informasi (struktur) teks cerita sejarah baik yang didengar maupun dibaca inilah yang dialami oleh peserta didik kelas XII TBSM 2 SMK AlJilani Babakan yang berjumlah 22 peserta didik yang diikutsertakan aksi Praktik Baik. Permasalahan ini diketahui melalui hasil diagnostik awal (tes awal) menggunakan media aplikasi Quizizz diperoleh hasil ketepatan mengerjakan soal 68%, 7 peserta didik mendapat nilai di atas KKM, 13 peserta didik mendapat nilai di bawah KKM, dan 2 peserta didik tidak mengikuti tes awal karena tidak membawa gawai. Artinya pembelajaran materi teks cerita sejarah belum mencapai tujuan kompetensi dan indikator.

Berdasarkan permasalahan yang dijelaskan, Praktik Baik perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran pada materi mengidentifikasi informasi (struktur) teks cerita sejarah yakni dengan menggunakan model, metode, dan media pembelajaran inovatif yang tepat. Oleh karena itu, dari hasil kajian literatur dan refleksi wawancara, penulis yang berperan sebagai pendidik mendesain pembelajaran inovatif untuk meningkatkan kemampuan mengidentifikasi informasi (struktur) teks cerita sejarah dengan model Problem Based Learning (PBL), metode mind mapping, dan media pembelajaran sebagai pendukung yang meliputi media aplikasi Quizizz yang akan digunakan tes awal dan tes akhir, salindia materi dalam bentuk power point (PPT), menampilkan video inspiratif dan membuat catatan kecil oleh peserta didik yang berisi harapan mereka di masa yang akan datang kemudian ditempelken di Pohon Harapan serta pemberian penghargaan atau hadiah berupa pulpen dan catatan pesan dari pendidik sebagai ice breaking.

Alasan praktik baik ini penting untuk dibagikan?

Praktik Baik ini dapat dijadikan referensi bagi pendidik lain untuk menginovasi pembelajarannya dalam kompetensi yang sama, yaitu materi mengidentifikasi informasi penting (struktur) teks cerita sejarah yang didengar atau dibaca.

Peran dan tanggung jawab dalam praktik ini?

Sebagai pendidik perlu berperan dan tanggung jawab dalam proses pembelajaran yakni mendesain kegiatan pembelajaran yang bermakna dan bermanfaat bagi peserta didik untuk ketercapaian tujuan kompetensi dan indikator. Apalagi sekarang era teknologi yang mengharuskan pendidik dan peserta didik dapat memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik.

Tantangan :

Tantangan untuk mencapai tujuan?

Berdasarkan hasil kajian literatur dan refleksi hasil wawancara dengan rekan sejawat, kepala sekolah, waka bidang kurikulum, dan pakar, bahwa pelaksanaan pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning dan metode mind mapping, serta media pembelajaran yang digunakan dalam aksi memiliki beberapa tantangan.

Adapun tantangan dalam pembelajaran model Problem Based Learning dan metode mind mapping yang digunakan dalam aksi praktik baik ini adalah sebagai berikut.

1. Membutuhkan persiapan lebih untuk menyiapkan alat pembelajaran.

2. Membutuhkan pemahaman dan penguasaan teknologi yang cukup untuk menggunakan media pembelajaran.

3. Membutuhkan motivasi belajar peserta didik supaya dapat mencapai tujuan pembelajaran.

4. Membutuhkan berpikir tingkat tinggi karena pada model PBL, peserta didik harus mampu menyelesaikan masalah.

5. Model PBL membutuhkan kemampuan pendidik dalam mengelola kelas, supaya pada saat proses pencarian masalah dan menyelesaikan masalah, peserta didik aktif dan terbimbing.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, pendidik melakukan tindakan sebagai berikut.

1. Pendidik melakukan persiapan, di antaranya menyiapkan perangkat (Bahan ajar, LKPD, media, instrumen penilaian) yang akan digunakan dalam pembelajaran.

2. Dalam penerapan model PBL, pendidik dapat merencanakan dengan matang dan merinci apa saja yang menjadi kelemahan PBL, sehingga pada saat menerapkannya pendidik dapat mencari alternatif untuk meminimalisir kendala atau masalah yang dihadapi bila benar-benar akan menerapkan PBL.

3. Pendidik melakukan beberapa persiapan untuk media mind mapping di antaranya menyediakan alat dan bahan mind mapping, atau pendidik dapat menyampaikan kepada peserta didik bahwa persiapkan alat dan bahan pembuatan mind mapping untuk materi Teks Cerita Sejarah yang disesuaikan dengan perintah tugas yakni mengidentifikasi informasi, yang mencakup orientasi, rangkaian kejadian yang saling berkaitan, komplikasi dan resolusi, dalam cerita sejarah lisan atau tulis.

4. Pendidik dapat memanfaatkan aplikasi-aplikasi menarik misalnya platform Quizizz untuk penilaian pembelajaran.

5. Mempersiapkan penyajian bahan ajar dengan menarik, misalnya disertai gambar.

6. Menyajikan media audio visual seperti tayangan video, salindia materi PPT, ice breaking yang menarik untuk memotivasi belajar peserta didik.

Berdasarkan tantangan dan upaya yang sudah disimpulkan di atas, bahwa tantangan yang dihadapi melibatkan peran pendidik dalam hal kompetensi pedagogik yakni Praktik Baik ini menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dengan integrasikan metode Mind Mapping, dan media berbasis teknologi untuk mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran. Kompetensi profesional misalnya mengajarkan materi mengidentifikasi informasi, yang mencakup orientasi, rangkaian kejadian yang saling berkaitan, komplikasi dan resolusi, dalam cerita sejarah lisan atau tulis dengan jelas dan tepat agar tercapainya tujuan pembelajaran.

Siapa saja yang terlibat?

Adapun orang-orang yang terlibat di dalam Praktik Baik ini adalah peserta didik kelas XII TBSM 2, pendidik mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMK Al Jilani Babakan, dosen dan guru pamong sebagai pembimbing dalam proses melaksanakan Praktik Baik,tim teknisi (kameramen dan editor), kepala sekolah, dan wakabidang kurikulum yang selalu membantu untuk mengupayakan proses pembelajaran Praktik Baik ini tercapai.

Aksi :

Berdasarkan tantangan yang dihadapi pendidik, langkah-langkah dalam praktik baik ini menggunakan model Problem Based Learning, metode Mind Mapping, dengan pendukung media pembelajaran aplikasi Quizizz untuk tes awal dan tes akhir, menampilkan ice breaking tayangan video inspiratif di awal pembelajaran, pembiasaan literasi dengan memanfaatkan Kotak Misteri digital, memberikan penghargaan kepada peserta didik disertai pesan manis dari pendidik, menuliskan harapan-harapan untuk masa depan lalu menempelkannya di Pohon Harapan, dan di akhir pembelajaran peserta didik dan pendidik merefleksikan pembelajaran dengan mengungkapan secara lisan dan mengungkapkannya dengan ditulis pada kertas yang diberikan oleh pendidik yang selanjutnya dimasukkan ke dalam Amplop Refleksi Pembelajaran.

1. Model Problem Based Learning (PBL)

Model PBL dianggap tepat digunakan untuk mengupayakan tantangan yang dihadapi pada materi mengidentifikasi informasi (struktur) teks cerita sejarah karena setiap tahapan pada PBL akan mudah mengaktifkan peserta didik untuk menemukan masalah dan menyelesaikan masalah sendiri. Salah satu tahap model PBL adalah kegiatan mengorientasikan peserta didik terhadap masalah. Melalui kegiatan mengamati (mendengar, melihat, dan membaca) dari obyek konkret sampai abstrak, peserta didik diajak mengembangkan kemampuan berpikir kritis dengan menemukan masalah. Masalah itu disusun dan dirumuskan menjadi pertanyaan dari faktual sampai yang bersifat hipotetik. Kegiatan ini akan melatih peserta didik mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, hidup cerdas, dan belajar sepanjang hayat (Sriyanto, 2015:18).

2. Metode Mind Mapping

Menurut Ningsih (2021:235) menjelaskan “Dengan menerapkan metode Mind Mapping (peta pikiran) agar mendorong peserta didik untuk terampil memahami teks cerita sejarah secara tertulis.” Artinya, peserta didik dilatih kreativitasnya dalam menyusun mind mapping dengan cara memetakan informasi dalam bentuk grafis, gambar, garis percabangan. Peta pikiran yang dibuat merupakan pengembangan potensi kerja otak kanan dan kiri peserta didik. Otak kanan bekerja berpikir menangkap gagasan, informasi dari tayangan video yang ditampilkan, mengidentifikasi isi dari tayangan video teks cerita sejarah, baik dari nilai kehidupan, struktur teks cerita sejarah, perbedaan antara teks cerita sejarah dengan novel sejarah, dan menyimpulkan informasi. Adapun otak kiri bekerja dan berpikir cara menyajikan peta pikiran (mind mapping) yang unik, menarik dan tepat.

Daftar Pustaka:

Ningsih, Wirda. (2021). Penerapan Metode Mind Mapping dalam Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia pada Materi Teks Cerita Sejarah Peserta Didik Kelas XII IPA 4 MAN 1 Banda Aceh. Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi Vol. 2, No. 2 (JP2V) E- ISSN : 2720-9229 P-ISSN : 2720-9210.

Sriyanto. (2015). Penerapan Model Problem Based Learning dalam Pembelajaran Sejarah u ntuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Nilai-Nilai Kearifan Lokal pada Peserta Didik Kelas XI TB 1 SMK Negeri 1 Bancak Kabupaten Semarang | Sriyanto | Jurnal Artefak Vol.3., No.1., 2015 (Unigal.Ac.Id).

Langkah dalam aksi praktik baik ini menggunakan pendekatan Saintifik, TPACK, model pembelajaran Problem Based Learning, metode Mind Mapping, serta media berbasis teknologi untuk mendukung pembelajaran dengan langkah kegiatan sebagai berikut:

Pendahuluan:

Orientasi

1. Berdoa,salam, dan saling bertanya kabar.

2. Presensi kehadiran peserta didik.

3. Menyiapkan diri, kerapihan dan kedisiplinan peserta didik.

4. Menyanyikan lagu kebangsaan.

Apersepsi

5. Peserta didik Bersama pendidik bertanya jawab materi pertemuan sebelumnya dan keterkaitan dengan materi yang akan dipelajari.

Motivasi

6. Peserta didik menyimak penjelasan manfaat materi pelajaran.

7. Ice breaking dengan menayangkan video inspiratif.

Pemberian acuan

8. Peserta didik menyimak penjelasan tujuan dan ruang lingkup materi yang akan dipelajari melalui salindia materi berbentuk power point (PPT).

9. Pendidik membentuk kelompok peserta didik yang terdiri dari 4-5 orang yang dipilih secara heterogen.

10. Peserta didik mengerjakan tes awal untuk menguji kemampuan awal dengan aplikasi Quizizz (terlampir).

11. Dalam mengerjakan tes awal, pendidik mengamati bahwa media aplikasi Quizizz efektif digunakan untuk penilaian, karena menarik dan hasilnya dapat langsung diketahui oleh pendidik dan peserta didik, telihat pada fitur live game.

Kegiatan inti:

Pembiasaan literasi dengan memanfaatkan kotak misteri digital yang di dalamnya terdapat magic card tokoh pahlawan. Kemudian peserta didik melaporkan hasil literasi mengenai sosok pahlawan yang didapatkan dari kotak misteri digital secara bergantian.

Pada kegiatan ini sudah merinci sintak pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) dan metode Mind Mapping, sebagai berikut:

Kegiatan inti:

Mengamati (Orientasi Masalah)

1. Peserta didik memirsa tayangan video yang berjudul “Kemelut Majapahit” dari youtube.

2. Berdiskusi mengenai tayangan video stimulus.

3. Penguatan tayangan video.

4. Pendidik memberikan penjelasan tugas kelompok.

Menanya (Mengorganisasikan Peserta Didik)

5. Pendidik menayangkan salindia materi teks cerita sejarah melalui tayangan PPT.

6. Bertanya jawab mengenai tayangan salindia materi.

7. Pendidik menyampaikan tugas atau masalah yang akan diselesaikan oleh peserta didik yakni mengidentifikasi informasi, (orientasi, pengungkapan peristiwa, menuju konflik, puncak konflik, dan resolusi) dalam teks cerita sejarah lisan atau tulis.

8. Pendidik memberikan LKPD kepada masing-masing kelompok.

9. Pada tahap ini peserta didik menerima LKPD yang isinya petunjuk pengerjaan, informasi penting, penugasan. Pendidik juga memberikan bahan mind mapping dan menjelaskan bahwa hasil dari diskusi dibuat dalam bentuk mind mapping.

10. Hal-hal yang dibagikan terkait bahan mind mapping berupa foto-foto, kertas origami, gunting, perekat, papan mind mapping yang terbuat dari kertas asturo berlapir kardus agar lebih rapih.

11. Peserta didik membaca kutipan teks cerita sejarah (novel) yang disediakan oleh pendidik yang berjudul “Kisah Mangir” karya Pramoedya Ananta Toer dan “Kisah Diponegoro” karya Remy Silado.

Mengumpulkan informasi atau mencoba (Membimbing Penyelidikan Individu dan Kelompok)

12. Peserta didik menyimak sebuah tayangan video yang berkaitan dengan teks cerita sejarah (kutipan novel) yakni “Kisah Mangir” dari channel youtube Kisah Tanah Jawa dan “Pangeran Diponegoro” dari channel youtube TOP INFO. (Siapakah Sebenarnya Ki Ageng Mangir? - YouTube) dan (SEJARAH PERANG DIPONEGORO - PERANG TERBESAR DI TANAH JAWA - YouTube) (Asal Usul Tombak Baru Kuping Ki Ageng Mangir Wonoboyo - YouTube)

13. Peserta didik secara aktif menyampaikan hal-hal yang didapatkan dari menyimak tayangan video.

12. Peserta didik dibimbing oleh pendidik untuk menambah informasi terkait teks cerita sejarah yang didapatkan oleh masing-masing kelompok dari berbagai sumber informasi misalnya internet.

Mengolah dan menganalisis data atau mengasosiasi (Mengembangkan Hasil Penyelidikan/Karua atau Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah)

13. Peserta didik mengolah semua informasi kemudian mendiskusikannya dengan kelompok.

14. Peserta didik berdiskusi mengidentifikasi struktur teks cerita sejarah.

15. Peserta didik berdiskusi menentukan bagian orientasi cerita.

16. Peserta didik berdiskusi menentukan bagian pengungkapan peristiwa dan menuju konflik.

17. Peserta didik berdiskusi menentukan bagian konflik dan puncak konflik atau disebut klimaks.

18. Peserta didik menyimpulkan cerita sejarah.

19. Kemudian hasil jawaban yang sudah didiskusikan dibuat mind mapping.

Desain mind mapping yang digunakan diserahkan sepenuhnya kepada daya imajinasi dan kreativitas peserta didik, pendidik hanya menyediakan saja bahan-bahannya.

20. Setiap anggota kelompok secara aktif saling bertugas, misalnya ada yang menggunting, menulis, menggaris, memberikan lem dan menempelkan. Semuanya saling mengarahkan dan memberikan ide/gagasannya agar mind mapping yang disajikan berwarna dan menarik.

Mengomunikasikan (Menyajikan Hasil Karya)

21. Dengan percaya diri, kelompok peserta didik mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas secara bergantian.

22. Peserta didik saling menanggapi dan menyanggah hasil presentasi kelompok lain.

Dalam proses ini pendidik memantik peserta didik untuk saling aktif menanggapi dan menyanggah hasil diskusi kelompok lain. Peserta didik pun aktif bertanya jawab dan menanggapi presentasi. Dalam proses ini peserta didik dibimbing saling berkerja sama, berkolaborasi, dan berkomunikasi.

23. Semua kelompok peserta didik mengumpulkan LKPD dan karya mind mapping untuk dinilai oleh pendidik.

Setelah mengumpulkan karya mind mapping, kemudian karya tersebut di pajang di depan kelas agar peserta didik lain dapat melihat kelompok manakah yang karyanya menarik.

24. Kemudian pendidik memberikan hadiah kepada peserta didik.

25. Dalam tahap ini pendidik memberikan hadiah kepada seluruh peserta didik. Hadiah yang akan didapat oleh peserta didik ada di dalam Kotak Misteri yang disediakan oleh pendidik.

26. Kemudian peserta didik bergantian mengambil hadiah berupa pulpen dan di pulpen tersebut ada kertas yang berisi catatan manis dari pendidik.

27. Pesan yang ada di kerta tersebut bertujuan untuk memotivasi peserta didik supaya lebih semangat di masa yang akan datang. Peserta didik juga lebih senang mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia.

28. Peserta didik membuka kertas pesan dari pendidik, kemudia dibaca secara bergantian. Peserta didik senang dan lebih semangat mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia.

29. Pembelajaran menjadi aktif dan tujuan pembelajaran tercapai.

Kegiatan Penutup

1. Peserta didik bersama pendidik menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dilakukan terkait identifikasi struktur teks cerita sejarah.

2. Ice breaking: Pada tahap setelah menyimpulkan, pendidik menyampaikan kepada peserta didik bahwa di depan kelas ada Pohon Harapan. Menjelaskan juga bahwa peserta didik akan menuliskan harapan-harapan di masa yang akan datang, lalu peserta didik menempelkannya di Pohon Harapan di depan kelas secara bergantian.

3. Peserta didik dibimbing untuk melakukan refleksi kesimpulan materi hari ini. Adapun kegiatan refleksinya sebagai berikut :

1. Apa yang telah kalian pelajari hari ini?

2. Apa yang paling kalian sukai dari pembelajaran hari ini?

3. Apa yang belum dipahami pada pembelajaran hari ini?

Pada tahap merefleksikan, pendidik menyampaikan bahwa peserta didik akan menyampaikan refleksi dengan ditulis di kertas catatan yang selanjutnya dimasukkan ke Amplop Refleksi Pembelajaran. Media Amplop Refleksi Pembelajaran yang sengaja oleh pendidik di tempel di bawah Pohon Harapan. Cara ini efektif karena meningkatkan keaktifan peserta didik. Peserta didik menjadi senang.

4. Peserta didik mengerjakan tes akhir (posttest) kepada peserta didik untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran.

5. Pendidik memberikan penguatan tentang kebermanfaatan setelah belajar materi struktur teks cerita sejarah.

6. Peserta didik menerima informasi dari pendidik terkait materi selanjutnya yang akan dipelajari.

7. Peserta didik bersama pendidik berdoa untuk mengakhiri pembelajaran.

Siapa saja yang terlibat?

Adapun orang-orang yang terlibat di dalam Praktik Baik ini adalah peserta didik kelas XII TBSM 2, pendidik mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMK AlJilani Babakan, dosen dan guru pamong sebagai pembimbing dalam proses melaksanakan Praktik Baik,tim teknisi (kameramen dan editor), kepala sekolah, dan waka bidang kurikulum yang selalu membantu untuk mengupayakan proses pembelajaran Praktik Baik ini tercapai.

Sumber daya dan materi yang diperlukan?

1. Sumber daya atau materi yang diperlukan untuk mewujudkan Praktik Baik yakni buku siswa kelas XII, jaringan internet, printer, dan website atau URL. Selain itu, media penilaian pembelajaran yakni aplikasi Quizizz untuk tes awal dan tes akhir.

2. Dalam penerapan Model PBL membutuhkan kemampuan pendidik dalam mengelola pembelajaran/kelas, supaya pada saat proses pencarian masalah dan menyelesaikan masalah, peserta didik aktif dan terbimbing/terarah. Bila model PBL tidak digunakan maka peserta didik saat menyelesaikan masalah sendiri, ini akan kesulitan bagi peserta didik pasif dan berkemampuan rendah.

3. Dalam penerapan metode Mind Mapping yang dibutuhkan yakni konsep atau desain, bahan-bahan seperti gambar atau foto yang terkait dengan materi, kerta origami, pernak-pernik, pensil atau spidol berwarna, kertas asturo, kertas manila, dan lain-lainnya.

4. Kutipan novel “Gajah Mada Bergelut dalam Tahta dan Angkara” karya Langit Kresna Hariadi, novel “Mangir” karya Pramoedya Ananta Toer, dan novel “Diponegoro” karya Remy Silado.

5. Tayangan video dari youtube.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post