Koneksi Antar Materi Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan
“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best). Bob Talbert
Sebagai seorang guru Bahasa Inggris, saya memaknai kutipan di atas bahwa yang paling penting bukanlah bagaimana mereka bisa berbahasa Inggris dengan baik dan memahami setiap materi yang saya ajarkan. Bukan itu! Tapi yang terpenting adalah bagaimana mereka dapat menghargai setiap proses pembelajaran, memaknai setiap hal yang terjadi, mengambil hikmah, nasihat yang didapatkan dari setiap proses dan materi yang diberikan. Jadi bukan tentang siapa yang nilai bahasa Inggrisnya paling tinggi, tapi siapa yang giat, pantang menyerah, menghargai guru dan kawan, dan menikmati setiap proses pembelajaran.
[[1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?]]
Filosofi Pratap Triloka terdiri dari tiga semboyan yaitu ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Semboyan tersebut memiliki arti di depan memberi teladan, di tengah memberi motivasi dan di belakang memberikan dukungan. Pratap Triloka sangat berkaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin. Ing Ngarso Sung Tuladha memberikan pengaruh yang besar dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin. Seorang pemimpin harus memberikan teladan atau contoh yang baik tidak hanya bagi murid namun juga bagi guru dan semua warga sekolah. Kemudian, untuk mewujudkan semboyan kedua yaitu Ing Madya Mangun Karsa seorang pemimpin harus senantiasa memberikan motivasi kepada siswa maupun guru di sekolahnya untuk dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri. Lalu, semboyan Tut Wuri Handayani bagi seorang pemimpin di sekolah bermakna agar ia selalu dapat memberikan dukungan, arahan, dan bimbingan kepada warga sekolah yang ia pimpin. Dengan termaknai dan terlaksanakannya Pratap Triloka tersebut diharapkan pemimpin di sekolah dapat membawa warga sekolahnya untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan setinggi-tingginya.
[[2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?]]
Seorang guru hendaknya memiliki nilai-nilai positif yang sudah tertanam dalam dirinya. Nilai-nilai tersebut selalu mendasari dirinya untuk selalu menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid. Nilai-nilai positif tersebut diantaranya mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai positif itu akan melahirkan prinsip-prinsip dalam pengambilan keputusan yang adil dan bijaksana. Prinsip-prinsip ini harus dipegang teguh ketika kita berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dari situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral).
[[3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.]]
Coaching adalah keterampilan yang sangat perlu dan penting dalam menggali suatu masalah yang terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Dengan langkah coaching TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Konsep coaching TIRTA sangat ideal apabila dikombinasikan dengan 9 langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan yang dipelajari di modul 3.1. Pembimbingan yang telah dilakukan oleh pendamping praktik dan fasilitator telah membantu saya berlatih mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid, sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal dan apakah keputusan yang saya ambil tersebut akan dapat saya pertanggung jawabkan.
[[4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?]]
Kemampuan guru dalam mengelola aspek sosial emosional dirinya sangat mempengaruhi pengambilan keputusan. Di antara kompetensi sosial emosional yang perlu dikelola dengan baik oleh seorang guru adalah Kesadaran Diri, Pengelolaan diri, Kesadaran Sosial-Empati, Keterampilan membangun Relasi, dan Pengambilan Keputusan yang bertanggung Jawab. Dalam pengambilan keputusan, guru perlu menerapkan kompetensi sosial emosional tersebut dengan berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan dan melakukan 9 langkah pengambilan keputusan. Dengan demikian, ia akan dapat membedakan mana yang dilema etika dan mana yang bujukan moral, serta dapat mengambil keputusan yang adil dan bijaksana.
[[5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?]]
Untuk permasalahan atau kasus yang menyangkut masalah moral atau etika, pengambilan keputusan haruslah tetap mempertimbangkan nilai-nilai kebajikan universal, terutama dalam langkah penentuan nilai benar atau salah. Apabila dalam langkah ini hanya mempertimbangkan nilai yang diyakini secara pribadi maka mungkin saja keputusan yang diambil menjadi bersifat subjektif, sehingga keputusan yang diambil tidak akan tepat dan bijaksana. Dalam hal ini, guru dapat menerapkan nilai-nilai kolaboratif dan reflektif, yaitu meminta masukan atau saran dari orang lain tentang keputusan yang akan diambil dan merefleksikan kembali keputusan yang telah diambil. Dalam hal ini ia dapat berkonsultasi dengan rekan sejawat atau unsur pimpinan mengenai permasalahan tersebut, agar mendapatkan bahan pertimbangan yang lebih lengkap dan reliable.
[[6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.]]
Pengambilan keputusan yang tepat terkait kasus-kasus dilema moral atau etika dapat dimaksimalkan jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dapat dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut, maka keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat, maka hal tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
[[7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?]]
Di lingkungan sekolah, tantangan yang biasanya ditemukan terutama dalam permasalahan siswa adalah sulitnya berkoordinasi dengan orang-orang di sekitar siswa tersebut seperti orangtua atau walinya. Terkadang orangtua terlalu membela anaknya sehingga tidak bisa melihat kesalahannya. Sering juga ditemukan siswa yang memiliki orang berpengaruh di belakangnya yang seringkali menyulitkan eksekusi keputusan.
Hal ini ada kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan masyarakat bahwa guru tidak lagi menjadi pihak yang dihargai atau disegani seperti dahulu. Guru seringkali hanya dianggap sebagai ‘karyawan’ yang bekerja di sekolah sehingga kekurangan atau ketidakpuasan atas kinerjanya dapat dikomplain. Orang tua tidak segan-segan menghardik dan bersikap tidak sopan kepada guru anaknya bila ia merasa anaknya dirugikan, tanpa mengetahui kejadian sebenarnya.
[[8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?]]
Pengambilan keputusan yang didasarkan pada 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan ini akan mempengaruhi pengajaran yang dilakukan. Proses pengajaran yang diberikan akan memerdekakan murid, karena keputusan yang diambil merupakan keputusan yang berpihak pada murid. Guru melakukan proses pembelajaran yang menuntun bukan menuntut, dan memberikan kesempatan bagi murid untuk dapat mengekspresikan pemahamannya dengan berbagai cara sesuai dengan minat murid (berdiferensiasi). Dengan menerapkan hal ini berarti guru telah memberikan kemerdekaan belajar bagi murid dan kemerdekaan untuk memutuskan hal baik yang akan dipresentasikan untuk menunjukkan pemahamannya sebagai hasil belajar yang telah ia lalui.
[[9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?]]
Proses pendidikan kita diharapkan bermuara pada terbentuknya siswa-siswa yang memiliki Profil Pelajar Pancasila, dimana di masa depan nanti mereka akan tumbuh menjadi sosok yang mampu mengambil estafet kepemimpinan negeri ini.
Sebagai pemimpin pembelajaran, guru hendaknya dapat melakukan pengambilan keputusan untuk melakukan pembelajaran yang berpihak pada murid, dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, memasukkan keterampilan sosial emosional dan menanamkan budaya positif, maka diharapkan murid-muridnya akan belajar dengan senang dan nyaman sehingga akan menumbuhkan suatu komunitas yang “wellbeing”.
Sebaliknya, ketika seorang guru mengambil keputusan yang salah atau kurang bijaksana yang “melukai” murid, maka bisa jadi berdampak buruk bagi masa depan murid. Keputusan yang salah bisa membuat murid merasa trauma atau rendah diri sehingga tidak mau lagi untuk mengembangkan diri dan potensinya. Oleh karena itulah, bagi seorang guru keputusan tepat, yang berpihak kepada murid menjadi sangat penting. Sebelum memutuskannya, seharusnyalah keputusan itu telah melalui proses panjang dengan berbagai pertimbangan.
[[10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?]]
Pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin yang saya pelajari di modul 3.1 ini merupakan titik puncak dari modul-modul sebelumnya. Keberhasilan seorang pemimpin untuk memberikan keputusan yang tepat ibaratnya merupakan puncak gunung es yang terlihat di permukaan. Padahal sebenarnya, hal itu didasari oleh banyak hal yang menjadi filosofis dan pemikiran yang tersembunyi di bawah permukaan. Filosofis KHD dengan Pratap Triloka-nya, nilai, peran, visi guru dan budaya positif menjadi dasar pemikiran bagi seorang pemimpin pembelajaran untuk dapat menghasilkan keputusan yang bijaksana.
Sebagai seorang peimpin pembelajaran, guru harus memahami kebutuhan belajar murid. Inilah pentingnya pembelajaran berdiferensiasi. Guru harus mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, sehingga keputusan yang diambil merupakan keputusan yang diambil dengan kesadaran penuh, dengan mempertimbangkan relasi, empati dan tanggung jawab. Bukan keputusan emosional. Keterampilan coaching juga dibutuhkan, karena proses ini dapat digunakan untuk membantu murid mengambil keputusan yang bertanggung jawab, disamping dapat pula diterapkan pada rekan sejawat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa modul 3.1 memiliki keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan dari modul-modul sebelumnya. Pemahaman yang baik ditambah dengan penerapan yang benar tentunya dapat mewujudkan outcome siswa yang lebih baik dan pendidikan yang lebih berhasil di masa depan.
[[11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?]]
Berikut pemahaman saya tentang modul 3.1:
Dilema etika merupakan dua keputusan yang sama-sama benar sedangkan bujukan moral adalah dua keputusan dimasa salah satunya adalah keputusan yang salah. Jadi jelas bahwa dilema etika benar lawan benar sedangkan bujukan moral keputusan yang benar lawan salah.
Tentu seringkali guru menemui atau menghadapi situasi dimana harus mengambil keputusan yang di situ terdapat nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama memiliki nilai kebenaran, namun saling bertentangan. Dalam modul ini sangat jelas bahwa sesulit apapun keputusan yang akan diambil, sebagai guru paling tidak selalu berpatokan dengan 3 unsur yang berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil.
Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini:
1. Individu lawan kelompok (individual vs community)
2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Seorang guru sebagaim pemimpin pembelajaran juga dapat menganalisis 3 prinsip atau pendekatan dalam pengambilan keputusan yang memuat unsur dilema etika, serta menilai dirinya memiliki kecenderungan menggunakan prinsip yang mana pada saat pengambilan keputusan. Ketiga prinsip tersebut adalah:
Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Suatu pengambilan keputusan, walaupun telah berlandaskan pada suatu prinsip atau nilai-nilai tertentu, tetap akan memiliki konsekuensi yang mengikutinya. Pada akhirnya kita perlu mengingat kembali hendaknya setiap keputusan yang kita ambil didasarkan pada rasa penuh tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal, serta berpihak pada murid. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, guru juga harus memastikan bahwa keputusan yang diambil adalah keputusan yang tepat. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah keputusan tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan. Ada 9 tahapaan pengambilan dan pengujian keputusan yaitu sbb:
Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang salingbertentangan
Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini
Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini
Pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulias, uji instuisi, uji publikasi, uji panutan/idola)
Pengujian paradigma benar atau salah
Prinsip pengambilan keputusan
Investigasi tri lema
Buat keputusan
Meninjau kembali keputusan dan refleksikan
Hal yang menurut saya diluar dugaan adalah ketika saya mengambil suatu keputusan saya hanya berpikir benar-salah, untung-rugi saja. Ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya mengambil sesuai pemikiran saya saja namun perlu melihat 4 paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Karena selama ini saya cukup menyelesaikan semua kasus dengan musyawarah lalu mufakat dan memiliki resiko paling kecil.
[[12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?]]
Dulu saat melakukan pengambilan keputusan saya diskusikan dengan kepala sekolah dan rekan sejawat yang lebih senior untuk mendapatkan masukan terkait pengambilan keputusan pada situasi moral dilema. Langkah-langkah pengambilan keputusan yang dilakukan oleh kepala sekolah sudah sesuai dengan apa yang dipelajari di modul ini, meskipun tidak sama persis. Dan tidak se-sistematis di dalam modul.
[[13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?]]
Setelah saya mempelajari modul 3.1, saya menjadi lebih mantap, yakin dan percaya diri dalam mengambil keputusan terkait kasus dilema etika, terutama sebagai pemimpin pembelajaran. Setelah melalui proses analisis paradigma dan prinsip pengambilan keputusan serta pengujian keputusan melalui sembilan langkah ini, saya merasa lebih percaya diri karena saya tahu keputusan saya benar dan efektif. Sehingga dengan melakukan tahapan yang tepat akan meminimalisir dampak negatif terhadap pengambilan keputusan yang telah saya ambil karena telah melalui tahapan yang seharusnya. Keputusan yang saya ambil juga saya usahakan berpihak pada murid. Segala keputusan yang saya ambil kini lebih berdampak positif terhadap lingkungan sehingga lingkungan nyaman, aman dan kondusif. Melalui 9 langkah pengujian dalam pengambilan keputusan, saya merasa semua langkah tertata dan terbantu dalam setiap penyelesaian kasus dilema etika yang saya hadapi.
[[14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?]]
Menurut saya mempelajari topik Modul 3.1 ini sangat penting bagi saya sebagai individu karena profesi saya sebagai guru dan sekaligus seorang pemimpin pembelajaran yang sering dihadapkan pada permasalahan/kasus-kasus dilema etika ataupun bujukan moral. Sebelum saya mendapat pengetahuan tentang pengambilan keputusan, saya merasa bahwa banyak hal dan keputusan yang saya buat tidak didasarkan pada cara berpikir yang jelas dan terstruktur. Akan tetapi sekarang saya lebih terbantu dalam membuat keputusan yang tepat. Sekarang saya lebih percaya diri memutuskan segala kasus baik dilema etika dan bujukan moral dengan menggunakan sembilan langkah pengambilan keputusan yang sudah dipelajari di modul ini.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar