BUAH KEIKHLASAN
BUAH KEIKHLASAN
#36
CERITA ANAK
Sepulang dari mencari rumput siang itu, Adit mandi dan langsung masuk ke kamarnya. Dia duduk menghadap jendela. Wajahnya murung tak bahagia. Berjuta rasa berkecamuk dalam batinnya setelah bertemu Rendi teman sekelasnya tadi.
"Diiit...ayo makan!", teriak ibu dari dapur. Adit tak menyahut karena pikirannya selalu teringat pada percakapannya dengan Rendi. "Dit,mulai sekarang pelajaran dan tugas-tugas sekolah diberikan Bu guru secara on-line melaui hp...".Adit hanya menghela napas mendengar ucapan Rendi. Jangankan untuk membeli hp, untuk makan sehari-hari saja ibu harus banting tulang seperti itu,tak tega Adit memintanya pada Ibu. Derit pintu kamar membuyarkan lamunannya, tiba-tiba Leni adik perempuannya sudah berdiri di sampingnya.
"Kak ayo makan, ibu menunggu sejak tadi...", Leni menarik tangan kakaknya. Sudah menjadi kebiasaan adiknya itu bersikap manja kepadanya.
"Baiklah...", Adit menghela nafas seoalah ingin menahan semua perasaannya.
Sejak kepergian ayahnya beberapa bulan yang lalu karena kecelakaan, Ibulah yang mengambil alih peran ayah. Ibu membanting tulang mencari nafkah dengan bekerja serabutan. Kadang menjadi buruh cuci setrika di rumah orang - orang kaya di desanya. Kadang disuruh orang membantu menuai padi ketika musim panen. Adit yang baru duduk di kelas empat SD itu selalu menjaga perasaan ibunya. Dia selalu membantu semua pekerjaan ibu yang sangat dihormatinya. Dia tak ingin melihat ibunya terlalu lelah dan banyak pikiran. Dia membatu mengasuh Leni adiknya, bersih-bersih rumah dan merumput untuk pakan seekor kambing peninggalan ayahnya.
Lauk ayam goreng yang dihidangkan ibu sore itu, tak mampu menggugah selera makannya. "Tambah lauknya Dit,ini ada rejeki dikasih Bu Lurah tadi pagi", ibu menambahkan sepotong ayam goreng ke piringnya.
" Untuk adik saja Bu, Adit sudah kenyang", Adit memindahkan ayam goreng ke piring adiknya.
"Tumben makanmu sedikit , sakitkah nak ?", Ibu meraba kening Adit.
" Tidak Bu , Adit baik-baik saja", buru-buru ditepisnya tangan Ibu sambil tersenyum. Mati-matian disembunyikannya kegundahan hatinya. Adit tak ingin membuat ibu cemas . Adit tak ingin menambah beban pikiran ibu. Cukuplah Ibu bersusah-payah mencari nafkah. Ibu tersenyum menatap wajah Adit penuh kasih."Ya sudah, jaga adikmu ya, ibu mau ngantar baju-baju ini ke rumah Bu Lurah".
Lewat tengah malam, ketika ibu dan adiknya telah lelap, Adit masih tak dapat memicingkan mata. Dipandanginya wajah ibu yang lelap .Gurat kelelahan nampak jelas di wajahnya. Pandangannya beralih kepada Leni adiknya yang lucu yang selalu membuat hari-harinya menjadi ceria. Dengan sangat perlahan dia bangkit, dan sedikit berjinjit takut membangunkan ibu. Menuju ke kamar mandi, diambilnya air wudhu. Kemudian dengan sangat khusyuk bocah lelaki itu shalat dua rakaat, kemudian sambil bersimpuh dia berdoa menengadahkan tangan. Dia berdoa untuk kebaikan dan kesehatan ibu serta adiknya . Untuk almarhum ayahnya. Untuk kemurahan rejeki, untuk kemudahan segala urusannya. Doa- doa terus dilantunkan disertai derai air mata anak yatim itu. Lirih, hidmad disaksikan Yang Maha Pemurah,Yang Tak Pernah Tidur beserta para malaikatNya.
"Assalamu'alaikum...", suara seseorang memecah kesunyian pagi .
"Waalaikum salam..."
Ibu yang sedang berada di dapur bergegas ke ruang tamu. Dikiranya tetangga yang mengantar baju untuk dicuci, segera dibukakannya pintu.
Ibu sedikit terkejut melihat seorang lelaki paruh baya dengan senyum ramah berdiri di depan pintu. Dia mencari seorang bocah lelaki bernama Adit yang telah mengembalikan tasnya yang tertinggal di mushola beberapa hari yang lalu. Dengan penuh tanya ibu segera memanggil Adit yang sedang membereskan kamar.
"Nah, anak ibu ini sungguh berhati mulia, dia telah mencari alamat saya untuk mengantar berkas-berkas berharga milik saya". Lelaki itu menjabat tangan kecil Adit dan membelai kepalanya dengan lembut. Ibu hanya tersenyum sambil mengangguk. Sebagai ucapan terima kasih Bapak itu memberikan sebuah amplop tebal kepada Adit. Semula Adit menolaknya, tapi Bapak itu terus memasukkan amplop itu ke saku bajunya. Adit memandang ibu, dan ketika ibu mengangguk diapun mengucapkan terima kasih sambil tersenyum....
Sungguh Rahmat Allah hanyalah sebatas kening dan sajadah...
Kumpulangambarkece.blogspot.com
Wringinagung, 07 Juni 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren bu
Terimakasih bun sudah berkunjung
Mantap... Bagus bu
Terimakasih pak Ari
Subhanallah cerita anak oke ...Bu
Terimakasih bund salam kenal
Suip bunda...ttng kejujuran ya...
Ya bunda Herlis, terimakasih sudah mampir
Keren bu..nama adeknya sm kyk namaku..hehehe..
He he maaf bunda tidak ada unsur kesengajaanTerimakasih salam kenal
Mantul cernaknya bu. Barokallah
Ya bund... terimakasih sudah mampir
Mantap ceritanya bunda
Terimakasih bunda
Mantap
Terimakasih bunda Erida, salam kenal
Mantap...cerita tentang kejujuran...Salam
Terimakasih bunda Erida Yanti
Terimakasih bunda Erida Yanti