#TantanganMenulisGurusianan Hari Ke-231

Alhamdulilah, pagi hari sudah dapat syukuran dari kakak, mbakyu Rini. Putra sulungnya menyelesaikan S1 di Universitas terbesar di Jogja, biasanya orang menyebutnya dengan nama Yujiyem. Sebuah plesetan dari anak-anak muda Jogja.

Namun dibalik kegembiraan mbakyu Rini, terungkap bahwa sebenarnya berharap ada wisuda bagi putra sulungnya yang telah menyelesaikan pendidikannya di PTN tersebut. Biasanya wisuda di kampus itu diadakan tiap bulan Februari, Mei, Agustus, dan Nopember. Minimal wisuda daring, begitu harapannya. Karena ingin punya foto kenangan putranya menggunakan toga, sehingga perjuangannya membesarkan dan membiayai putranya terbayar.

Semenjak suaminya meninggal tujuh tahun lalu, dia terpaksa membanting tulang untuk mencukupi kebutuhannya yang dirasa masih kurang dengan gaji pensiunan suaminya. Sehingga dengan selesainya pendidikan anak sulungnya menjadi tonggak keberhasilannya mendidik dan membiayai anak-anaknya.

Namun ternyata pihak Rekotorat tidak mengijinkan diadakannya wisuda, sekalipun melalui daring seperti kampus-kampus lainnya. Alasannya terlalu ribet, kata mbakyu Rini. “Nggak apa-apa tidak ikut wisuda, yang penting sudah dapat ijazah sebagai bekal mencari pekerjaan”, kataku menyemangatinya. Semoga dengan berbekal ijazah dari jurusan Teknologi Rekayasa Internet, segera bisa memulai berkarya. Mengingat jurusannya banyak di butuhkan di lapangan kerja memasuki era 4.0. Mungkin masih banyak orang tua calon wisudawan yang merasa kecewa dengan ditiadakannya wisuda daring, seperti mbakyu Rini ini. Bersyukurlah, bisa lulus dan menyelesaikanya sarjananya dengan predikat cum laude. Selamat. Semoga menjadi ilmu yang barokah, Aamiin.