Nurfitriani

Nurfitriani Makkasau Ramli, lahir di Ujung Pandang yang sekarang lebih dikenal dengan nama Kota Makassar, Sulawesi Selatan, 19 Mei 1988. Saat ini mengajar di sa...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menjemput Mimpi (Tantangan menulis hari ke 4)
Sekumpulan Ibu mengerumuni bapak penjual sayur

Menjemput Mimpi (Tantangan menulis hari ke 4)

Hampir setiap hari melewatinya, dan setiap hari pula menyaksikan pemandangan ini. Bagi sebagian orang mungkin ini hanyalah pemandangan biasa, seorang bapak penjual sayur yang dikelilingi ibu ibu di pagi buta, dagangan sang bapak yang tak lain adalah sayur mayur menjadi idola di pagi hari, buktinya sayur mayur itu menjadi rebutan sampai tak tersisa lagi, kulirik jam yang tertera di handphone ku, ini masih jam 06.32 pagi. Pagi ini saya menyaksikan langsung kejadiannya, sebab sang suami kembali melakukan kebiasaannya, singgah di sebuah minimarket dan membeli apa yg muridnya inginkan, tentunya sebagai reward bagi anak yang menunjukkan prestasi apapun itu di sekolah.

Lama kupandangi kejadian itu, hiru pikuk ibu ibu saat memilih sayur yang telah disiapkan sang bapak penjual sayur. Bukan yang diinginkan ibu ibu itu, tapi apapun yang dijual, mereka akan membelinya, bahkan sampai tak tersisa.

Kami pun berlalu melanjutkan perjalanan menuju sekolah tempat kami mengajar. Sepanjang jalan memori saya terus merekam kejadian tadi, bahkan sempat mengabadikannya di galeri hp. Kejadian itu begitu membekas pagi ini, bukan karena bapak penjual sayurnya ganteng. Tetapi terlebih pada pelajaran hidup yang bisa saya ambil. Disaat sebagian orang mungkin masih terlelap, bermalas malasan di tempat tidur mereka, kemudian menarik selimut lagi untuk melanjutkan mimpi, tetapi masih ada orang yang peduli dengan mimpinya, memaksa diri untuk bangkit dan mewujudkan mimpi.

Si bapak penjual sayur mungkin sudah tidak memiliki mimpi di hari senjanya kini, namun masih ada mimpi mimpi lain yang ingin dia wujudkan. Mimpi sang istri yang menginginkan keluarganya hidup berkecukupan dan bahagia, atau bahkan mimpi anak anaknya yang masih panjang, sang bapak pasti menyadari itu, bahwa mimpi anak anaknya ada pada dirinya, anak anaknya masih harus terus melanjutkan pendidikannya, membuat anak anaknya berguna bagi bangsa dan agamanya, atau setidaknya sang anak bisa lebih baik dari dia.

Pelajaran kedua bahwa rezeki harus kita jemput, baik bapak penjual sayur ataupun ibu ibu tadi, mereka bangun dikala yang lain masih terlelap, mereka menjemput rezekinya masing masing, sang bapak mendapatkan uang untuk kerja kerasnya, uang itu digunakan untuk membiayai hidup anak istrinya, membiarkan dapur rumahnya tetap mengepul. Dan ibu ibu tadi bisa membeli sayur, mereka masak untuk anak dan suaminya, itupun rezeki untuk mereka makan. Tiap kejadian di dunia ini memiliki makna tersendiri, pelajaran hidup yang tersirat, dan tugas kita agar lebih bisa memaknai setiap kejadian, sesederhana apapun pasti ada hikmah dibaliknya.

Makassar, 12 Februari 2020

Pagi yang penuh cinta

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post