Nurfitriani

Nurfitriani Makkasau Ramli, lahir di Ujung Pandang yang sekarang lebih dikenal dengan nama Kota Makassar, Sulawesi Selatan, 19 Mei 1988. Saat ini mengajar di sa...

Selengkapnya
Navigasi Web
Jadilah Luar Biasa (Tantangan Menulis Hari ke 16)
Menantang masa depan

Jadilah Luar Biasa (Tantangan Menulis Hari ke 16)

Menjadi seorang guru adalah sebuah pilihan. Saat memulai langkah, tanamkan dalam diri bahwa guru merupakan tugas mulia. Yang kita hadapi adalah manusia yang juga punya hati. Perbaiki dan luruskan tujuan, agar bisa mendidik dengan cara yang baik, bukan hanya menambah pengetahuan melainkan mengajarkan kebaikan, meninggalkan kesan yang selamanya mereka akan kenang.

Gambaran guru yang seperti itu menjadi harapan bagi banyak orang. Berusaha menjadi dan memberikan yang terbaik. Segala hal mungkin telah dilakukan, belajar dari pengalaman guru guru hebat yang bisa memotivasi diri lewat seminar seminar. Belajar dari tulisan tulisan inspiratif yang ada di google atau dari buku buku tentang bagaimana menjadi guru yang baik.

Banyak hal yang kemudian telah dipelajari, namun realitanya secepat kilat kita melupakan semuanya. Pembelajaran di kelas menjadi biasa biasa saja, tidak ada yang spesial, membuat anak didik semakin hari semakin bosan dan mengurangi minat belajar mereka. Dari semuanya, guru menjadi penanggung jawab penuh.

Seperti itulah ketika hati dan pikiran saling bersebrangan. Hati menginginkan sebuah perubahan, namun ego merasuki pikiran untuk menjadi malas dan tidak melakukan apa apa. Disadari atau tidak, hal itu terjadi hampir setiap hari. Jika bukan kita yang melakukan perubahan, selamanya akan seperti itu. Guru akan terkungkung dalam sekat kemalasan dan ego yang semakin menjadi, ditambah dengan ujian dunia untuk menjadikan materi diatas segalanya. Guru yang tadinya mulia, dikenal tanpa tanda jasa berbalik mengharapkan imbalan dari setiap usahanya. Hilanglah nilai kebaikannya, bukan lagi dengan hati, tetapi karena materi.

Mulailah melakukan sedikit perubahan, pandangi wajah anak didik kita, dekap hatinya, mulailah berbicara dengan penuh kasih sayang. Bukan hanya mengajarkan satu kali satu melainkan dari hati ke hati. Pertahankan suasana hati agar tetap kondusif, berpikir jernih, posisikan diri menjadi mereka, apa yang disuka dan tidak disukai, dan jadilah dirimu sendiri, natural tanpa dibuat buat. Semua itu kita lakukan penuh dengan cinta.

Jangan fokus pada hasil yang ingin dicapai melainkan bagaimana membuat anak mencintai prosesnya. Saat kita membawa mereka menggunakan helikopter untuk mencapai puncak gunung yang indah, akan jauh berbeda rasanya saat kita mengajak mereka untuk terlebih dulu mendaki gunung itu. Tidak ada pelajaran dan nilai didalamnya, keindahan yang sia sia. Karena dari sebuah proseslah mereka banyak belajar.

"Tak perlu menjadi biasa jika kita bisa jauh luar biasa"

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tulisannya menggugah semangat bu

24 Feb
Balas

Terima kasih banyak bu yuni

24 Feb



search

New Post