Bagian 1

Ku hirup semerbak udara pagi, segar ditambah semerbak aroma bunga mawar yang bermekaran di dekat jendela kamarku. Kicauan burung menambah semangatku pagi ini, kupenjamkan mata, tenggelam dalam hayalan akan masa depan yang indah. hemmm, Namaku Dumayanti Warastri, biasa dipanggil Yanti, maklum orang desa. Putri dari Bapak Sugih Waras dan Ibu Jayanti. Kuhiasi hari-hariku dengan berangkat ke sekolah dan membantu ibu bertanam sayuran dipekarangan rumah. "Yanti, yann.... segera kesini" suara ibu yang memekakkan telinga, membuatku terhenyak dari lamunanku. " Jam berapa ini?" ...tanya ibu. Aku terdiam, " segera ambil wudhu, gih" pinta ibuku. Aku segera berlari ke kamar mandi, kuambil wudhu, segera menunaikan sholat subuh, walau agak kesiangan, harus tetap ku tunaikan.

**

Tampak Bapak kembali dari musholla Abah Umar, berjalan menghampiriku, "anak gadis, harus belajar bangun pagi, jangan sampai waktu subuhnya terlewatkan" Bapak menasehatiku. " Nggih pak" jawabku.

Selanjutnya ku hampiri ibu, pekarangan rumahku memang penuh dengan tanaman produktif, beraneka sayuran tumbuh subur, lumayan sekedar untuk mengurangi belanja sehari-hari. Apalagi di sekolah-sekolah digalakkan GEMAS (gemar makan sayur) termasuk di sekolahku SMAN 1 Kalidawir. Tentunya ini akan membuatku menemukan variasi menu yang berbeda. Ku petik sayur kangkung yang tumbuh subur, menu hari ini adalah cah kangkung. Menu sederhana, itulah yang kami punya.

**

"Kapan, pengumuman kelulusan yan?" tanya Bapak " Besok Senin pak, tanggal 10 Juni" jawabku pelan. " Semoga lulus ya" doanya. " Bapak minta maaf, belum bisa membiayai kuliahmu, penghasilan Bapak sebagai petani hanya cukup untuk makan, dan membiayai sekolah ke-4 adikmu, Bapak harap kamu bisa memakluminya" imbuhnya.

Aku terdiam, agak kecewa, namun apalah daya, keadaan yang memaksaku menerima kenyataan. Ibu menepuk bahuku, menguatkan aku, padahal ibu tahu persis ingin sekali aku melanjutkan kuliah, mengambil S1 PGSD di Universitas di kotaku. Aku ingin menjadi guru, berbagi ilmu, mendidik tunas bangsa, cita-cita yang mulia, namun harus kandas terkendala biaya.

**

Tibalah hari dimana, kelulusan diumumkan, berdebar-debar rasanya, ku genggam tangan Reni sahabatku. Aku yakin pasti lulus, insyaallah. Pak Budi sengaja mengumpulkan kami di Aula, beliau menyampaikan pengumuman terkait kelulusan. Ada beberapa yang lulus bersyarat. Alhamdulillah aku lulus murni, dengan nilai yang lumayan bagus.

**

Ibu menyambut di depan pintu, " piye nduk?..kowe lulus? tanyanya penasaran. "Alhamdulillah buk, lulus" jawabku pelan. Bagi kedua orang tuaku kelulusanku merupakan hal yang membahagiakan sekaligus melegakan, beban membiayai pendidikan sedikit berkurang.

**

" Tok, tok .. Assalamualaikum mbak yu" .. terdengar suara yang tak asing ditelingaku. Suara Bu Lik Darsih, wah sepertinya beliau sudah kembali dari Jakarta, segera ku hampiri. "Bulik, kapan sampai?" tanyaku. "Tadi malam nduk, dapat cuti 3 hari, eh ini tak bawakan oleh-oleh, bagi sama adik-adikmu ya!" pintanya. " Oke Bu Lik" jawabku. Bu Lik Darsih telah lama merantau di Jakarta, bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Walau hanya sebagai pembantu namun beliau berhasil membiayai kedua anaknya hingga ke jenjang kuliah.

"Bu Lik, bolehkah Yanti ikut ke Jakarta?" tanyaku

Bersambung...