Lanjutan - Mengadu Nasib
Saya bersyukur mendapat lingkungan dan teman-teman yang baik. Sebagai perantau, kami tak hanya menyibukkan diri untuk bekerja mencari nafkah. Mengisi hari libur, kami rutin mengikuti kajian Islam di majelis-majelis ilmu. Kalau orang-orang menuntut ilmu agama di pesantren, beda dengan saya dan teman-teman, menuntut ilmu agama di pesantren kehidupan. Untuk menambah wawasan, kami kadang ‘berburu’ kegiatan seminar, jumpa penulis terkenal, dan kegiatan menarik yang seringkali disosialisasikan di majalah-majalah Islam. Padahal ga tau jalan, modal nekad yang penting tau alamat. Kalau nyasar tinggal balik ke terminal. Alhamdulillah selalu dapat walau hadir terlambat.
Kegemaran membaca tentu masih berlanjut. Alhamdulillah, target setiap menerima gaji wajib membeli minimal satu buku, dapat terwujud. Selain itu juga berlangganan majalah Islam. Ketika sudah bekerja, konsumsi majalahnya bukan lagi majalah remaja, tetapi majalah yang mengupas masalah keislaman, memuat kisah teladan, informasi dunia Islam, dan juga politik. Namanya majalah Sabili, majalah ini dikemas dengan bahasa yang lugas, tegas, dan berani.
Saya jadi ingat, saking sayangnya sama buku, setiap lembar pertama bagian dalam selalu diberi catatan, “Dilarang melipat kertas sebagai pembatas!” Tapi namanya orang, ada saja yang melanggar, bahkan lupa mengembalikan. Tapi tak apa, yang penting bermanfaat. Dulu belum belajar tertib administrasi, belum tahu membuat catatan daftar peminjaman buku/administrasi seperti sekarang.
Lingkungan yang mendukung membuat wawasan kita semakin berkembang, hingga akhirnya semangat kembali melanjutkan pendidikan. Yang saya pikirkan saat itu, saya harus kuliah, meskipun bukan di perguruan tinggi ternama, yang penting bisa terus sekolah. Saya kuliah usai bekerja, lebih tepatnya kuliah malam. Karena perjalanan jauh, setiap hari pulang hingga pukul 23.00. Lelah menjalani rutinitas? Pastinya. Tetapi cita-cita untuk melanjutkan pendidikan memberikan kekuatan untuk terus bertahan.
Singkat cerita, saat wisuda saya hanya didampingi teman kontrakan. Kakak yang berada jauh di kampung, tidak memungkinkan untuk hadir, Saya menangis… Bukan karena Kakak tak bisa datang, tapi menangis haru dan bahagia. Tak pernah menyangka, nama saya disebut sebagai wisudawan terbaik. Alhamdulillah ya Allah… Sungguh tak terduga. Selama sekolah saya belum pernah mendapat peringkat 1, paling mentok peringkat ke-4. Itu pun jarang-jarang. Tapi saya tetap berkeyakinan, ini bukan semata-mata karena usaha saya. Saya yakin ini adalah jawaban Allah atas doa-doa Ibu dan Ayah dulu saat beliau berdua masih ada.
Tak lama setelah wisuda, saya kembali resign dari perusahaan. Saya hijrah ke Bekasi dan bekerja sebagai guru privat disana. Sebelum pindah, saya sempat mendaftar lowongan guru bantu di Pemda Kabupaten Bogor. Selain itu juga melayangkan lamaran sebagai guru SD di yayasan sekolah Islam ternama yang perpusat di Jakarta.
Tak lama berselang, saya mendapat panggilan untuk mengikuti tes masuk dari kedua instansi tersebut. Tes guru bantu di Pemda Kabupaten Bogor dilakukan sekali. Pelaksanaannya seperti tes CPNS. Sementara tes pegawai baru di yayasan tak hanya dilalui dalam satu tahap, melainkan melalui berbagai tahapan. Dari tes tertulis, hafalan Al Quran/ doa-doa, wawancara, psikotest, dan juga tes mengajar langsung selama seminggu di sekolah milik yayasan.
Alhamdulillah… Lagi-lagi tak menyangka, saya lulus dan diterima keduanya. Waktu pengumuman hanya selisih beberapa hari saja. Namun keyakinan hati lebih condong memilih yayasan sekolah Islam. Banyak yang menyayangkan, mengapa saya tak memilih menjadi guru bantu yang ditawarkan Pemda, padahal saat ini guru bantu sudah diangkat menjadi PNS seluruhnya. Namun saya tidak pernah menyesal. Saya berkeyakinan bahwa rezeki Allah yang jamin, bukan pemerintah. Kita sama-sama berjuang untuk mendidik anak bangsa, hanya wadahnya saja yang berbeda.
Lalu bagaimana dengan keinginan menjadi penulis? Belum terlaksana, masih lama. Hi hi… To be continue ya!
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar