Nurdalena Lm

Guru SDI Al Azhar 20 Cibubur Bergabung dengan gurusiana.id mulai 23 Oktober 2020. Belajar menulis, berbagi kisah, pengalaman, dan ilmu yang tak seberapa...

Selengkapnya
Navigasi Web
Anakku Tak Bisa Pulang

Anakku Tak Bisa Pulang

Pukul 16.28 terdengar suara dering telpon yang cukup mengejutkan. Aku lihat, tertera nomor telpon tidak dikenal. Langsung aku klik tombol terima. Biasanya kalau ada panggilan dari kontak tak dikenal, kalau bukan dari murid maupun orang tua murid, biasanya dari Si Kakak, anak perempuanku yang pertama. Muridku cukup banyak, tahun ini aku mengajar 168 anak, karena itu tak cukup memori telpon selulerku untuk menyimpan kontak mereka. Sedangkan kontak tak dikenal yang aku perkirakan dari anakku, karena fasilitas wartel di pesantren tempat sulungku mondok, disediakan ponsel dengan nomor kontak yang selalu berganti dan disetting tidak bisa menelpon balik.

Benar adanya, panggilan itu dari sulungku, “Assalamu’alaikum Bunda!” sapa gadisku dengan riuh rendah nun jauh disana. “Wa’alaikumussalam. Apa kabar sayang. Semoga Kakak sehat ya.” Jawabku dengan penuh kerinduan. “Bunda, Kakak sedih. Ga ada perpulangan liburan semester ini.” Ia mulai menumpahkan rasa sedih dan keluh kesahnya. Rupanya, kondisi pandemik yang belum kunjung usai, mengakibatkan perpulangan liburan dari pondok pesantren tempat anakku menimba ilmu, ditiadakan. Aku bisa memahami, anakku pasti sangat sedih sekali.

“Yang sabar ya Sayang. Kondisinya memang masih belum banyak berubah, malah yang terpapar masih terus meningkat. Alhamdulillah Om Irvand sudah pulang dari Wisma Covid-19 dan sudah mulai bekerja kembali. Semoga di pondok banyak kegiatan yang seru untuk mengisi liburan, jadi Kakak engga bosan!” Begitu hiburku kepada sulungku tersebut. Oya, adikku sebelumnya juga termasuk pasien yang terpapar covid-19. Alhamdulillah karena tak ada riwayat pernyakit pernapasan maupun jantung, gejala yang dirasakan tidak terlalu berat. Tapi istirahatnya cukup lama, lebih dari sebulan.

“Bunda, Kakak kan ga pulang,kirim lagi makanannya ya buat persediaan.” Pinta anakku dengan manja. “Iya Kak, nanti Bunda kirimkan paketnya melalui jasa pengiriman langganan kita ya.” Begitu jawabku untuk menenangkannya. Rasa rindu tentu tak akan terbayar dengan kiriman paket, namun setidaknya itu bisa menghiburnya selama menjalani liburan di Pondok.

Alhamdulillah menurut anakku, ia mendapat teman-teman dan ustadzah yang baik. Hal itu membuat dia lebih betah dan nyaman. Dan selama liburan ini, akan banyak diisi berbagai kegiatan lomba-lomba dan juga perkemahan akbar. "Peluk cium dari jauh ya Sayang, insya Allah kita akan berkumpul lagi pada liburan semester 2 nanti, full 50 hari. Semoga keadaan akan semakin membaik. Amin..."

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Subhanallah, bu ..sy turut merasakan rindu bunda dan putrinya.... InsyaAllah yg terbaik untuk tidak diliburkan, putrinya masyaAllah hebat ..semoga hatinya selalu seluas samudera...aamiin

05 Nov
Balas

Aamiin. Semoga sehat selalu

05 Nov
Balas

Ijin folow

06 Nov
Balas

Iya Bu Fifit. Terima kasih

05 Nov
Balas



search

New Post