Kisah Seorang Anak dan Doa Ibunya
Aku bukanlah seorang guru bahasa Indonesia yang piawai merangkai kata-kata menjadi untaian kalimat yang indah. Namun, setidaknya aku pernah menulis skripsi dan tesis, dan pengalaman itu cukup membuatku percaya diri untuk membantu anakku.
Sejak awal, anakku kerap menghubungiku, bertanya tentang pemilihan judul, menentukan variabel, dan merancang penelitian. Aku senang bukan main! Bisa ikut serta dalam perjalanan akademiknya, meski hanya sebagai teman diskusi dari kejauhan.
Namun, perjuangan baru saja dimulai. Setelah menentukan judul, ia harus menghadapi para dosen pembimbing. Satu dosen masih bisa ditemui, meski tetap sulit. Tapi yang satunya lagi, seorang "dosen terbang" yang sering berada di luar kota, benar-benar menguji kesabaran. Berkali-kali janji pertemuan tertunda, berkali-kali ia harus mengubah konsep penelitian. Aku melihat semangatnya mulai meredup.
"Bun, rasanya Caca ingin mengajukan non-aktif saja..." katanya lirih suatu malam melalui telepon.
Hatiku mencelos. Aku tahu perasaannya, aku tahu betapa berat jalan yang sedang ia tempuh. Tapi aku tidak ingin ia menyerah. Aku terus menyemangatinya, mengatakan bahwa inilah proses yang harus dijalani. Tak ada gelar sarjana yang didapat dengan mudah. Aku pun diam-diam berdoa, memohon kepada Allah agar anakku dikuatkan hatinya dan dimudahkan jalannya.
Ketika akhirnya judul disetujui, ia melompat kegirangan. Seperti menemukan setetes embun di tengah gurun yang panas. Dengan semangat baru, ia mulai menulis Bab 1, lalu Bab 2, dan seterusnya. Namun, tantangan berikutnya kembali menghadang. Dosen pembimbingnya kembali sulit ditemui, revisi demi revisi terus menghantui, dan tekanan semakin membuatnya lelah.
Aku dan suamiku bisa merasakan kelelahan itu. Maka, kami memutuskan sesuatu: membawanya ke negeri Jiran, Malaysia, untuk sekadar melepas penat. Aku ingin ia melihat dunia lebih luas, ingin ia tahu bahwa perjuangan ini belum seberapa dibandingkan perjalanan hidup yang akan datang.
Setelah pulang, aku melihat sinar baru di matanya. Ia kembali menyentuh skripsinya dengan tekad yang lebih kuat. Tiga bab sudah rampung. Kini, ia tengah menunggu bimbingan berikutnya, berharap revisi kali ini menjadi yang terakhir.
Sebagai orang tua, kami hanya bisa mendukung dan terus mendoakan. Kami tahu, di balik setiap perjuangan, ada Allah yang akan membantu. Dan aku yakin, anakku akan sampai di garis akhir dengan kemenangan yang manis.
Sabtu, 15 Ramadhan 1446 H 15 Maret 2025
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar