Berikut versi yang lebih menarik dan menggugah dari cerita Idul Fitri yang Bunda tulis:

Kebahagiaan Idul Fitri

Fajar merekah, menandakan hari kemenangan telah tiba. Udara pagi terasa sejuk, seolah ikut menyambut datangnya Idul Fitri. Setelah sebulan penuh berpuasa, hari ini menjadi momen istimewa bagi setiap muslim yang merayakannya.

Seusai takbir berkumandang dan shalat Idul Fitri dilaksanakan, orang-orang kembali ke rumah dengan hati penuh rasa syukur. Senyum merekah di wajah mereka, tangan saling berjabat erat dalam hangatnya maaf dan doa. Anak-anak riang berlarian, mengenakan baju baru yang telah dipersiapkan dengan penuh cinta oleh orang tua mereka.

Tradisi silaturahmi pun dimulai. Dari rumah ke rumah, sanak saudara dan tetangga saling mengunjungi. Tak ada sekat antara yang muda dan yang tua, antara yang kaya dan yang sederhana—semua larut dalam kebersamaan. Suara tawa, canda, dan doa mengalir begitu hangat, menciptakan kenangan indah yang akan selalu diingat.

Di meja-meja, aneka hidangan khas Lebaran tersaji, dari ketupat yang harum hingga opor ayam yang gurih. Setiap suapan terasa lebih nikmat karena disantap dalam suasana penuh kasih sayang.

Idul Fitri bukan sekadar hari raya, tetapi juga saat di mana hati kembali bersih, pintu maaf terbuka lebar, dan kasih sayang semakin erat terjalin.

Senin, 1 Syawal 1446 H, 31 Maret 2025,