Cumbu Rumbai Sajadah (6)
#Pov : Jalan Buntu
Oleh : Nur Aisiyah
Seandainya aku bukan seorang guru tentu aku akan menggebrak meja itu. Biarkan retak sekalian. Biar meja itu juga merasakan retaknya hatiku saat ini. Seandainya aku bukan wali murid dari anakku yang bersekolah disini tentu aku sudah melayangkan protes. Baik secara terbuka ataupun tertutup kepada pihak pihak terkait. Namun marwahku sebagai guru membatasi itu semua. Aku harus berpikir matang sekalipun aku dipihak yang benar. Sekolah ini sudah kuibaratkan rumahku sendiri.
Enam belas tahun bukan waktu yang sebentar. Kudatangi tempat ini setiap hari, kecuali hari jumat dan libur. Bahkan malam sekalipun.
Tiga minggu adalah waktu yang dijanjikan Pak Danu untuk melakukan investigasi dan aku juga akan dijanjikan beliau sebuah penyelesaian sebaik baiknya atas masalah ijazah anakku. Namun pertemuanku hari ini dengan Pak Danu sungguh diluar ekspektasi dan harapanku. Meski semalam kurangkai doa terbaik memohon pada Alloh agar masalah ini bisa diselesaikan dengan manis. Karena bagaimanapun aku sudah menganggap kepala sekolah ibarat orang tua yang selalu mengayomi dan memberikan yang terbaik kepada anaknya. Tapi agaknya masih jauh panggang dari api
Ruangan di lantai 2 ini menjadi saksi atas kekecewaan hatiku hari ini.
"Kami tim pengolah nilai mengakui ada kesalahan Bu Dewi."
"Maksudnya?"
"Sepertinya ada kesalan dalam menyalin nilai yang menyebabkan nilai TIK Wedha dibawah Kriteria. Coba ibu lihat file ini."
Pak Danu menggeser laptopnya dan menunjukkan file berisi kumpulan nilai nilai selama tiga tahun. Ini adalah file nilai yang kami terima baik dari guru van maupun wali kelas.
"Nilai anak ibu di materi yayasan banyak yang kosong. Dan file nilai ini disalinkan di kolom pelajaran TIK. Nah, itulah yang menyebabkan nilai akhir yang menjadi nilai ijazah anak ibu jauh dari rata rata."
"Sebentar, nilai materi yayasan anak saya banyak yang kosong? Itu artinya tidak tuntas?"
Pak Danu mengangguk.
"Koq bisa? Padahal dibuku laporan materi yayasan. Senua setoran sudah terstempel tuntas. Saya selalu mengecek. Apa perlu besok saya bawakan buku laporan materi ketuntasan? Agar bapak percaya dan yakin?"
"Lagian pak, kalau materi yayasan anak saya tidak tuntas sudsh tentu tidak naik kelas. Iya kan? Karena tuntas materi yayasan menjadi syarat naik kelas. Betul begitu kan?"
Kami terdiam beberapa saat. Larut dalam pikiran masing masing.
"Tim bapak kan banyak. Apakah tidak dicek dulu sebelum hasil print out nilai itu diserahkan ke tim penulisan nilai ijazah?"
Emosiku tersulut. Ya Rabbi, tolonglah hamba. Aku seperti bertempur dengan saudaraku sendiri. Sungguh tidak enak berada dalam posisi seperti ini.
"Kami sebenarnya sudah wanti wanti kepada seluruh guru agar berhati hati dan teliti memasukkan nilai. Mengecek kembali sebelum diserahkan ke kantor. Kalau mereka semua bisa bekerja dengan baik tentu tidak ada kesalahan dan menimbulkan suudzon seperti ini."
Aku sudah tak sanggup merespon perkataan Pak Danu. Sungguh mbulet.
"Baik Pak Danu, saya akan berusaha memahami posisi bapak. Baik saya akan berusaha memaklumi karena kita manusia tempatnya salah. Masih manusiawi. Lalu bagaimana dengan permohonan saya?"
"Permohonan yang mana, Bu?"
"Permohonan agar ijazah anak saya dibuatkan surat keterangan dari kepala sekolah sebagai penguat kalau memang terjadi kesalahan penulisan nilai."
"Oh, itu. Kemarin saya sudah minta staf TU untuk membuatkan. Namun saat diajukan bapak kepala sekolah tidak mau menandatangi surat tersebut."
"Mana pak surat keterangannya. Saya mau lihat."
Pak Danu mengeluarkan sebuah stopmap merah dan memberikan padaku. Kubuka perlahan. Isinya sudah sesuai dengan yang kuharapkan. Dan benar, tidak ada tandatangan apalagi stempel sekolah diatas namanya.
Namun aku tak percaya begitu saja. Aku pamit undur diri dan minta ijin ke Pak Danu untuk meminta surat keterangan itu. Aku akan mencoba minta tanda tangan bapak kepala secara langsung. Aku akan mencoba menghadap sendiri.
Joglo Batharakatong, 3 Januari 2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar